0.2

5.2K 491 32
                                    

Renjun melangkahkan kakinya ke arah gedung dengan dua puluh lantai di depannya. Tangannya berkeringat, rasa gugup juga antisipasi terhadap apa yang akan dilakukannya nanti menghantui.

"Huffft." Napasnya berhembus dengan berat sehingga Renjun harus memukul-mukul dadanya saking sulitnya bernapas.

Setelah berhasil melewati pintu masuk, matanya mengedar, mencoba menemukan apa yang di perlukannya.

Receptionist.

"Selamat siang ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang receptionist ramah.

Renjun menjawab dengan ragu, "Eumm ya... Bisa kah aku bertemu dengan Tuan Lee?"

Dahi sang receptionist mengerut, "Apa sebelumnya anda sudah ada janji?"

"Belum" geleng Renjun, "Tapi ini sangat penting, ku mohon."

"Maaf Tuan, bukannya saya tidak ingin membantu tapi ini sudah aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Anda harus memiliki janji sebelum bertemu dengan Sajangnim. Sekali lagi maaf." Sang receptionist membungkuk sopan dengan wajah bersalah.

Renjun tergagap, "A-ah ya, tak apa. Maaf sudah mengganggu dan terimakasih."

Renjun membungkuk sekilas lalu segera berbalik sambil merutuki dirinya. Bagaimana bisa Ia lupa tentang aturan itu. Sibuk dengan gerutuannya sendiri, Renjun terlonjak saat tubuhnya menabrak seseorang.

Renjun mendongak, menatap orang yang baru saja di tabraknya. Seseorang yang tengah di carinya meski bermodalkan sejumput keberanian.

"Jeno/Renjun?" Sapa mereka bersamaan.

T.L.M

Jeno mengangkat sebelah alisnya bingung. Lelaki mungil di depannya ini hanya terus diam, menunduk, mengalihkan pandangan lalu menunduk lagi. Hingga membuatnya jengah.

"So? What's the fuckin' thing that make you want to find me like this, huh?" Tanya Jeno akhirnya.

Renjun bergerak gelisah mendengar pertanyaan itu, bibirnya menggumam pelan, "Juno..."

Jeno semakin mengangkat tinggi alisnya mendengar nama itu, "Yeah, Juno?"

"Bantu aku untuk bertemu dengan saudara mu itu." Kata Renjun cepat.

"What's for?" Tanya Jeno heran.

"Hanya bantu aku. Aku perlu bertemu dengannya."

"Okay, Mr.Huang listen to me. First, aku perlu mendengar alasan kenapa kau ingin menemuinya. Second, kau tau Juno tidak akan kembali kemari, right? And then last, kau juga tau bahwa Juno sudah dimiliki oleh orang yang bahkan tidak akan membiarkan kembaranku itu di sentuh oleh orang lain. So? Care to explain me?"

Renjun memejamkan matanya mendengar semua kalimat Jeno. Kepalanya semakin pening, namun dirinya tetap bertekad untuk bisa bertemu dengan Ayah dari bayinya.

"Ok, fine. A-aku hamil anak Juno."

Satu kalimat dari Renjun membuat Jeno menjatuhkan rahangnya dengan tidak elit.

"Kau? Apa?"

"Aku hamil. Dan Ayah dari bayi di kandunganku ini adalah saudara kembarmu."

"Oh, my..." Jeno mengacak rambutnya frustasi, "How could you-"

Jeno speechless, tidak menyangka mendengar hal ini dari seseorang seperti Renjun.

Mata Jeno menyelidik, memandang Renjun dengan tatapan aneh.

"Kau... Tidak bermaksud untu-"

"Jangan bodoh!" Potong Renjun dengan dengusan, terlalu mengerti jalan pikiran orang di depannya, "Ini bukan drama, dan aku tidak akan melakukan hal rendah itu."

"Lalu?"

Renjun mendengus lagi entah untuk yang keberapa kali, "Aku hanya..."

To be continued

The Little Mess ™ NoRenWhere stories live. Discover now