9

12.4K 440 2
                                    

Bismillah Assalamu'alaikum
Jangan lupa vote nya ya kk
Krisan membangun di terima dengan sangat
Terimakasih 😘






Tidak ada tahlilan di rumah duka, tidak ada tiga hari, tujuh hari, seratus hari, apalagi dua tahun.
Setidaknya itulah yang di ajarkan Ayah pada keluarga ini.
Tidak ada bunga tidak ada batu nisan.

Sebulan sudah kepergian Ayah.
Alesha memilih tinggal menemani Ibu yang masih berduka.
Terlarut dalam kesedihan tak tertepi, separuh nafas telah pergi belahan jiwa menghadap sang Ilahi Robbiy
Melepas beban hidup yang merajami, memandangi foto lama 21tahun silam saat keduanya mengucap ikrar suci pernikahan menghadirkan Kasih Allah. Mengharap RidhoNYA.

"Bu?" Cindra datang merengkuh tubuh wanita paruh baya yang rapuh itu.
Seperti dejavu pernah ia alami saat keadaan yang sama menempa diri. Saat dimana ayahnya pergi.
Tatapan wanita itu kosong, Cindra menggenggam jari mertuanya. Sudah dua hari dia menginap di rumah mertuanya. Ingin menitipkan istrinya sementara. Saat ia pergi, itulah tujuannya. Namun hingga saat ini baru dikumpulkan keberanian untuk bicara pada ibu mertuanya.

"Bu, Cindra ingin ijin pamit, Mama di Jakarta --!" ucapnya terhenti, menyeka setitik air dikantung matanya yang merah.
Wanita itu kini mengalihkan pandangan kehadapan menantunya yang berjongkok di didepannya.

"Katakan Mama kenapa?"
Tanya wanita itu lembut.

"Mama---?" Dia tak melanjutkan, hatinya bimbang ingin mengutarakan.

"Kenapa Cindra?"
Tanya mertuanya antusias.

"Mama kecelakaan, motor yg dikendarainya di tabrak dari belakang sekarang Mama kritis di rumah sakit, Cindra ijin pamit, tapi Cindra pergi sendiri titip Cia Bu, biar ibu tidak merasa kesepian!" Lanjutnya lemas.

Wanita itu kaget menutup mulutnya, "Innalillahi, bawalah Cia agar dia bisa membantu disana!" Ujar Ibu

"Tidak bu, segera saya kembali bila keadaan Mama sudah membaik, di sini juga Ibu butuh Cia, Cindra mohon bu, jangan Cia diberi tau Cindra gak mau dia khawatir," Ibunya diam tak mengerti akan jalan pikiran menantunya.

"Saya akan katakan saya dinas dijakarta, tolong bu!"
Ucapnya, memohon.

"Pergilah Ibu akan buat Cia mengerti. Semoga Mama cepat diberi kesehatan, sampaikan salam Ibu untuk mama," ucap ibu tulus.
Lelaki itu beringsut berlalu berkemas setelah mengucapkan terimakasih.

Jauh dihatinya tak ingin meninggalkan wanita itu, tapi wanita yang melahirkannya juga butuh dirinya.

Alisya tengah belajar di kampusnya.
Alesha dan Alya menjaga Butik ibunya, yang tidak jauh dari Bengkel Ayah yang di percayakan pada suaminya Alya, Keanu.
Bengkel itu kini sudah berkembang pesat.
Usaha jerih payah akan membuahkan hasil manis selagi kita mau bersyukur atas tiap nikmat hidup yang selalu Allah berikan.

****

"Assalamu'alaikum Bu!" Alisya masuk mencari-cari wanita tercintanya.

"Eh, da pulang nduk." Tanya Ibu memberi tangannya dicium takdzim putri bungsunya.

"Uda makan Bu?"
Tanyanya menyandarkan tubuh di sofa maroon itu.

"Uda, Cia laper nduk?" Tanya ibu.
Cia mengangguk.
"Mas Cindra kemana bu? tadi gak ada dikampus?"
Sebelum kuliah tadi Ia tidak melihat mobil Cindra hingga sekarang pun dia,tidak melihat suaminya itu.
Kalau dirumahnya ia biasa dengan sikap dingin suaminya. Tapi ini dirumah orangtuanya.
"Tidakkah dia bisa mengatur kondisi? percuma dia dosen!" Gumamnya kesal dalam hati.

"Cindra pamit kerumah Mamanya," ucap Ibunya.
"Loh kok? kok mas Cindra ga ngabarin eh ga ngasi tau Cia ya bu?"
Tanyanya heran.
'Dia pamit dengan ibu, tapi tidak memberitau aku, ya Allah hampir lima bulan menikah bahkan aku tidak tau dimana rumah mertuaku,' batinnya berkecamuk.

Dia ingin bertanya pada ibunya, dimana rumah mertuanya.
Tapi di urungkan.

"Bu Cia kembali kerumah Mas Cindra dulu ya?" Alisya minta ijin, setelah melahap santap siangnya.

"Mau apa Cia disana kan gada suami kamu?" Lanjut ibunya.

"Mau ambil si mini bu!" ucapnya berbohong.

"Oh iya...kamu ga bisa tidur kalo gada simini ya? kecuali beberapa hari di sini karena ada guling hidup yang dipeluk." Ibunya tersenyum meledek putrinya yang berubah masam. Pipinya merah karena malu.

"Ibu Iih!" Alisya, pergi setelah menyalim tangan ibunya.

***

"Assalamu'alaikum!"
Alisya mengucapkan salam tapi tidak ada yang menyahut. Ia menilisik rumah suaminya dari depan kebelakang. Seperti pencuri mengintip dibalik jendela yang tertutup rapat..

"Kemana Bi umi?" pikirnya.

"Alisya ngapain?" Tanya ibu tetangga yang melintas di depan rumahnya.

"Nyari bi Umi bu, liat ga?"
Tanya Alisya pada Ibu yang mengenakan blouse biru dongker celana kulot hitam dan hijab bermotif hitam

"Kemarin pagi masih beli sayur di bang Ucok, sore rumah kamu udah sepi sampe sekarang," balas wanita paruh baya itu.

"Ibu pulang dulu ya Lis, uda ditunggu Fano dirumah!"
Alisya mengangguk.

"Kemana mereka?" gumamnya.

***

22:00
"Bu ... Cia bobok sini ya?"
Menepuk kasur disamping ibunya.

"Eh Cia, sini nak, boleh." Alisya langsung menarik selimut dan memeluk tubuh ibunya.
Tak butuh waktu lama Alisya terlelap.

"Kasian kamu nak, apa suami mu ga cinta sama kamu? Kamu harus mendapatkan suami yang kakak mu---?" tak melanjutkan ucapan, dalam hatinya menangis dan airmata pun menetes. Di belai sayang rambut anak nya.

Alesha dan Alya sudah mendapat laki laki yang mereka harapkan, sementara Alisya.
Hati Ibu itu perih, dia beranggapan Cindra sengaja menghindari putrinya.
Ketepatan dengan keadaan Mamanya.

"Astagfirullah," ucapnya.
"Aku gak bole bersu'udzon,semoga pikiran ini tidak benar tidak terbukti!" serunya.

Hari hari dilalui Alisya seperti gadis yang belum bersuami.

Alya dan Keanu memilih tinggal dekat Bengkel Ayah.
Tidak ingin berjumpa dengan suami Aliysa yang mereka tidak tau bahwa Cindra pergi ke Jakarta.

Alesha pun pindah ikut suaminya ke Aceh. Suaminya dipindah tugaskan kesana setiap dua tahun bahkan empat tahun sekali mereka pindah.
Suaminya bertugas di salah satu Badan Pendapatan Daerah.

" Gak apa nduk disini ada Alisya dan Alya, tiap pekan mereka datang liatin Ibu, ingat pesan ibu
Menikah berarti memulai hidup berdua, menghadapi susah senang bersama dan tentu saja berjuang bersama. Kamu dibesarkan dengan penuh cinta dan pengorbanan hingga bisa hidup layak dan mendapatkan pendidikan yang baik." ujar ibu getir, Ada kekhawatiran yang menyelinap di hati ibu mengenai apakah kehidupan rumah tanggamu kelak akan bahagia dan jauh dari mara bahaya?

"Semoga kamu bahagia juga murah rezeki dan diberi anak yang sholeh dan sholeha aamiin." Ucap ibu kala melepas anak sulungnya ikut dengan suaminya.

*****

Dosen itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang