Lay Your Head On Me

53 8 15
                                    

Playlist : Photograph - Ed Sheeran

Jangan lupa pencet bintang kecilnya, ya! 😘

🍂🍂🍂


Ainsley menatap lekat Marc, pria yang sudah ia kenal lebih dari separuh hidupnya. Awal mereka saling mengenal saat masih duduk di bangku SMP dan yang paling membekas di ingatan Ainsley pada masa itu ialah Marc seorang anak laki-laki berwajah manis dan sangat baik terhadapnya. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi pria dewasa, memiliki garis rahang cukup tegas meski senyum khas-nya masih sama manis seperti sejak awal mereka bertemu. Alis tebal dan hidung mancung miliknya kontras dengan tatapan mata yang teduh.

Marc tersenyum. "Kau mau sampanye?"

"Ya. Sepertinya aku butuh sampanye." Mata Ainsley tak beranjak dari wajah Marc. Namun ada sesuatu yang sedikit mengganggunya. Ainsley merasa Pont D'léna yang menjadi latar belakang tubuh Marc posisinya terus bergeser. Ia menegakkan badan lalu melihat sekeliling. Benar, posisinya memang bergeser seirama gerak restoran yang mulai beranjak menuju tengah sungai Siene tanpa suara sedikitpun, pasti perancang restoran perahu ini sangat hebat. Ia mengecek smart watch yang melingkar pada tangan kirinya. Jam pintar merk ternama asal Korea Selatan itu menunjukkan angka 08:31PM. Ya, sudah saatnya restaurant boat ini untuk berlayar menyusuri sungai Seine.

Sesaat kemudian waitress datang membawa dua piring chunks of cured salmon di tangan kanan dan dua piring mini baguettes with proper French butter and 'Paris mushroom Royal' yang didampingi oleh mushroom custard di tangan kiri, semua itu lalu ia letakkan di atas meja. Ke empat piring appetizer tersebut tersaji sederhana namun begitu menggugah selera. Di belakang pelayan wanita itu, berdiri seorang pelayan laki-laki membawa satu buah nampan yang di atasnya terdapat sebuah botol berwarna hijau pekat bertuliskan Champagne Dom Pérignon Vintage 1998 dan dua gelas kaca. Pelayan laki-laki itu menjelaskan sedikit tentang sampanye yang dia bawa lalu membukanya dan menuangkan sedikit ke dalam dua gelas kaca.

"Kapan kau memesan?" tanya Ainsley pada Marc sesaat setelah para pelayan pergi.

"Mereka sudah tahu apa saja yang aku mau."

"Kau bahkan tak bertanya apa yang kumau."

"Tak perlu."

"Kenapa begitu?"

"Karena kau pasti memakan apapun yang kupilih, kau tahu aku paham selera makanmu." Marc tertawa kecil.

Ainsley tak menjawab, ia meraih gelas kaca yang sudah terisi oleh sampanye, menyesapnya sedikit sembari memandang Marc. Dia masih begitu mengenalku, sama seperti dulu, batinnya.

"Makanlah, sebentar lagi menu utamanya datang. Jangan sibuk memandangiku terus." Marc meraih satu tusuk Chunk Salmon dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Ini enak."

Ainsley memutar bola matanya. "Kurasa sekarang kau begitu percaya diri, Marc, dan juga menyebalkan." Ainsley ikut mengambil Chunk Salmon dan memakannya. Marc hanya tertawa.

Tak lama kemudian beberapa menu lainnya dihidangkan. Ada Délicat velouté de brocoli, semangkuk sup brokoli lembut di atas truffle hitam yang di iris tipis. Bounces from dainty, lalu a pressée of guinea fowl, dan duck foie gras.

"Kau ada acara malam ini?" tanya Marc di sela-sela makan mereka.

"Harusnya kau tanyakan itu sebelum membawaku ke mari," jawab Ainsley ketus.

Remembering His Fragrance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang