9. Aku Seorang Istri ?

11 3 0
                                    

Seorang wanita tengah duduk menulis sesuatu, dengan rambut yang bergelombang panjang, di urai sesekali tertiup angin yang berhembus dari jendela di sebelahnya, wajahnya nampak serius, jari-jarinya yang manis terus saja tak Berhenti menulis sesuatu, sesekali dia membenahi syal dilehernya, syal berwarna cokelat muda yang di padukan dengan garis-garis dengan beberapa warna seperti merah, putih dan hijau tua.

"Ah, seandainya saja aku tidak harus pergi duluan, apa yang akan terjadi jika aku pergi sebelum bisa menyatukan mereka kembali !!" Ucap wanita tersebut dengan memandang ke luar jendela dan sesekali menghela nafas panjang.

"Erina ?" Seorang pria menyapa dan duduk di depannya.

"Kiral ?" Dengan tergesa-gesa Erina menutup buku kemudian memasukkannya ke dalam tas.

"Buku apa ?" Kiral bertanya dengan nada manis.

"Bukan apa-apa !" Jawab Erina santai.

Erina memang seseorang yang sangat dewasa, dengan mudah dia bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan.

Erina memandang pria dihadapannya dengan penuh cinta, dia pun tak tahu kenapa rasa cinta itu kembali padanya, jika akhirnya dia tetap tidak bisa memiliki Kiral seutuhnya.

Terkadang Erina berharap, dia bukanlah Dewi Sumbadra, terkadang Erina berharap, dia tak pernah ingat apapun tentang masa lalu, terkadang Erina berharap, dia bisa terlahir dengan sosok dan peran yang berbeda, tapi dia sadar, dia bukanlah Tuhan.

"Huft !!" Tanpa sadar, Erina kembali menghela nafas panjang.

"Kamu memikirkan sesuatu ?" Kiral kembali bertanya.

"Aku cuma berfikir, alangkah baiknya kalau seandainya aku suka daging, mungkin aku bisa makan steak seperti kamu sekarang !" Jawab Erina dengan senyum manis, menutupi apa yang di fikirkannya.

"Kenapa tiba-tiba hhaa !!" Kiral tak bisa menahan tawanya.

"I Love You !" Tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut Erina.

"I Love You Too !" Kiral menjawab tanpa ragu.

Suasana pun kembali tenang dan keduanya menyantap makanan yang ada di hadapan mereka dengan lahap.

***

Dor.. Dor.. Dor... !!!

Suara tembakan memenuhi setiap sudut ruangan, Fara dengan serius mempelajari teknik menembak.

"Sudah waktunya makan siang !" Kiral mendekati Fara.

"Saya tidak makan !" Ucap Fara cuek dengan mata masih terpaku pada sasaran tembak.

"Aku nggak mau kalau kamu pingsan, terus aku harus menggendong mu ke klinik !" Jawab Kiral tepat di telinga Fara, sontak saja hal tersebut membuat Fara tersentak dan mundur selangkah.

"Ba.. bapak ngapain ?" Jawab Fara gugup, mukanya memerah seketika.

"Aku menawarkan makanan padamu !" Ucap Kiral tersenyum sembari memasukkan potongan kecil roti ke mulut Fara.

Dengan sangat terpaksa Fara harus mengunyah Roti di mulutnya walaupun dengan mata sedikit terbelak, kemudian sesegera mungkin Fara merebut roti yang ada di tangan Kiral dan memakannya sendiri, khawatir Kiral akan menyuapinya lagi.

"Fftt !!" Tanpa sadar Kiral tersenyum kecil.

"Kenapa bapak tertawa ?" Fara memberikan pertanyaan dengan tatapan pembunuh.

"Jangan salah paham, aku merasa, kamu memang masih kecil, bahkan kamu ngambek dengan hal sekecil ini !" Jawab Kiral.

Fara hanya melirik tajam kemudian memalingkan mukanya dan kembali fokus pada sasaran tembaknya.

Love & Curse Of The Seven KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang