8. Kenangan Yang Kembali Datang

7 2 0
                                    

“Kucing yang lucu, baru kali ini aku melihat kucing yang bisa memakan popcorn”

Dira melirik sesaat pada pemuda yang duduk tepat dibangku sebelahnya.

“Dia bahkan bisa memakan hamburger sekotak besar” Dira menjawab acuh perkataan pemuda disampingnya sambil mengabaikan geraman kucing yang memperingatinya dari balik kandang.

“Wah… keren!!”

Dira hanya bergumam menanggapi keantusiasan berlebihan [menurut Dira] yang ditunjukan oleh pemuda disampingnya dan kembali fokus kepada Natha diatas panggung lalu diam-diam membenarkan letak kamera yang ia pasang pada bajunya.

Dengan pakain formal celana bahan berwarna hitam serta kemeja putih yang dilapisi jas hitam Nathan terlihat begitu tampan mempesona, tidak heran melihat semua tamu menyambutnya begitu antusias walaupun jarak antara dirinya dan panggung lumayan jauh tetapi Dira masih bisa melihat dengan jelas betapa bersinarnya Mahawira Natha diatas panggung.

“Ngomong-ngomong siapa nama kucingnya?”

Dira menatap datar pemuda yang lagi-lagi berbicara padanya. Sedikit terganggu karena ia sedang konsentrasi memperhatikan Natha.

“Ah, maaf”

Melihat tatapan datar Dira pemuda itu pun berdehem sesaat dan membetulkan posisi duduknya yang sejak tadi menyamping sambil kembali melihat kearah panggung.

“Ssstt Dira kamu membuat orang baik itu merasa tak enak” Dira melihat Rion yang berbisik sangat pelan perlahan melirik kepada pemuda yang terlihat bosan disebelahnya

“Namanya Rion”

Pemuda itu kembali menatap Dira tersenyum sangat lebar “Nama yang unik, ah ya namaku Hildan kamu?”

Dira mengabaikan Rion yang mengeong penuh percaya diri padanya “Anindira”.

Belum sempat tangan Dira menjabat tangan Hildan yang terjulur kearahnya, seorang perempuan yang duduk disebelah Hildan sudah lebih dulu menjabat tangannya sambil tersenyum misterius.

“Cintya Birdie, Salam kenal Anindira”

Dan tepat saat itu juga Dira merasakan perasaan aneh yang membuat dadanya sesak.

***

Di sebuah Istana megah yang dikelilingi oleh awan putih bagaikan kabut. Seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan ornamen bunga dirambutnya mengendap-ngendap di lorong istana terkadang tubuhnya bersembunyi dibalik pilar ketika mendapati dayang istana yang akan melewati dirinya.

Sama seperti hari-hari sebelumnya gadis itu akan kembali pergi menyelinap keluar istana tanpa ketahuan.

“Siapa yang betah lama-lama dengan buku-buku tua membosankan itu” gumam gadis itu kesal sambil kembali menyelinap dan berlalu pergi melewati lorong istana

Gadis itu kembali tersenyum usil saat mendapati beberapa prajurit sedang berjaga disebuah pos kecil tepat disebelah pintu gerbang penghubung istana dengan dunia luar. Ia pun berjalan mendekati penjaga dengan tenang. Dikedua tangannya terdapat kendi yang terbuat dari tanah liat.

“Paman!”

Perajurit yang sejak tadi bercengkrama terkejut. Buru-buru berdiri tegak dengan kepala menunduk ketika melihat Nawang wulan berjalan mendekat menghampiri mereka.

“Tuan Putri ada apa gerangan hingga datang kemari?”

Nawang wulan mencebikan bibirnya lucu kesal melihat orang-orang selalu segan jika berbicara dengannya.

“Apa aku tidak boleh datang kesini?”

“Bukan seperti itu Tuan Putri tetapi Paduka Raja melarang kami untuk memperbolehkan Tuan Putri untuk datang kemari”

Love & Curse Of The Seven KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang