Ini ketiga kalinya Eunna menginjakkan kakinya ke kelab Seokjin. Meskipun begitu, rasa takutnya sama besar seperti saat pertama kali ke tempat menyesakkan itu.
Bau pekat dari alkohol dan asap yang mengudara tercium jelas, di tambah suara musik yang memekakkan telinga, Eunna tidak mungkin terbiasa dengan hal yang seperti ini. Semuanya benar-benar asing dan kelewat bebas.
Baik untuk melepas penat dari dunia yang menjengkelkan atau hanya sekedar mencari kesenang, bagi Eunna tempat ini sangat tidak layak untuk didatangi. Tapi setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda, memiliki kebiasaannya masing-masing. Eunna jelas tidak akan mengerti.
"Sendirian?"
Eunna refleks menoleh. Dia menemukan seorang pria yang berdiri tepat di sampingnya, mengenakan pakaian kantor dengan beberapa kancing kemeja yang telah terbuka. Penampilannya terlihat kacau dengan bau alkohol begitu menyengat saat dia kembali membuka mulut.
"Boleh aku duduk di sini?"
Kedua tangan Eunna saling meremas. Dia hanya menganggukkan kepalanya ragu. Detik setelahnya pria itu telah mengisi sisi kosong di sebelahnya.
"Pekerja? Atau pengunjung?" Tanyanya santai dengan tangan yang mulai menjalar hendak menyentuh pipi Eunna, namun Eunna dengan segera mengalihkan wajahnya ke samping.
"Kutebak pekerja." Pria itu terkekeh pelan. "Masih malu-malu, aku suka."
"Kau pasti masih baru, aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Dia memiringkan tubuhnya penuh guna menatap wajah Eunna dengan sangat leluasa.
Tangannya mendarat di paha Eunna, membuat Eunna kaget dan segera menoleh. Namun seolah tidak melakukan hal yang salah, pria itu malah menggerakkan tanggannya untuk mengusap kulit Eunna perlahan.
"Omong-omong kau ini cantik sekali. Daripada bekerja di sini, lebih baik menjadi pacarku saja. Aku akan memberikanmu uang setiap kita habis bercinta"
"Tanganmu, Tuan." Eunna tidak tahan untuk tetap diam. Dia segera menyingkirkan tangan pria itu lalu menggeser duduknya menjauh.
Pria itu lagi-lagi terkekeh pelan. Dia menunjuk ke arah seseorang yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka, "Kau lihat itu, seseorang mengawasimu."
Eunna melirik kecil dan menemukan pria bertubuh besar terang-terangan menatap ke arahnya. Dia meneguk salivanya. Itu salah satu pria yang memukulinya saat dia berusaha untuk kabur dari kelab.
"Ingin kulaporkan jika kau baru saja menolakku?" ancamnya lembut.
Tangan Eunna mulai basah, dia menarik napasnya berat "Apa maumu?"
"Bercinta, tentu saja. Apa yang kau harapkan dari sebuah kelab malam, sayang?"
Eunna mengepalkan tangannya kuat. Dia benci mendengarnya namun tidak memiliki keberanian apapun untuk menolak. Ingatan tentang bagaimana dirinya disiksa kembali membayangi. Matanya memanas saat dirinya hanya bisa membalas pelan. "Kau harus memesan kamar pada Seokjin."
Pria itu tersenyum puas. Raut ketakutan dari gadis di hadapannya ini memberikan hiburan tersendiri. Apalagi saat dia kembali menyentuh pahanya, tidak ada penolakan apapun seperti yang diterimanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATHETIC FATE [M]
Lãng mạnGoo Eunna tidak memiliki pilihan lain selain menyerahkan nyawanya pada Kim Seokjin. Namun daripada nyawa, lelaki itu justru meminta hal yang jauh lebih berharga. Hidupnya benar-benar hancur hingga berpikir bahwa neraka jauh lebih baik daripada melay...