One

814 36 34
                                    

Riak air hujan masih setia menemani Bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riak air hujan masih setia menemani Bunga. Didekapnya erat bantal di pelukannya sambil menempelkan pipi kanannya. Matanya menembus ribuan tetes hujan yang pecah ke bumi.

I'm jealous of the rain

That falls into your skin

It's closer than my hands have been

I'm jealous of the rain

Alunan lagu milik Labrinth memenuhi pendengaran gadis itu. Bibirnya ikut bersenandung mengikuti lirik lagu. Betapa ipod miliknya pun bisa begitu mengerti dengan memutar lagu yang tepat untuk suasana sekarang.

Cause I wish you the best of all this world could give

And I told you when you left me this nothing to forgive

Seketika Bunga ikut meninggikan suaranya untuk menyesuaikan nada. Dengan penuh penghayatan gadis itu terus bernyanyi tanpa menyadari ayahnya sudah berada di dalam kamarnya. Tepat di belakang gadis itu.

Seulas senyum tergurat di wajah sang ayah, menyaksikan gadis bungsunya yang saban hari kian dewasa. Tak lagi sesosok anak kecil cerewet yang selalu mengajaknya pergi ke taman hanya untuk membagikan gulali yang ia beli kepada temannya di sana.

"Temen Bunga nggak bisa beli gulali, jadi Bunga beli terus kasih ke temen. Kata tante yang di tv berbagi itu indah, Ayah."

Tanpa sadar tangan yang mulai keriput itu bergerak mengelus kepala sang anak.

"Ayah?"

"Kamu udah makan?"

Bunga meletakkan ipod miliknya di meja lalu menggeleng. Gadis itu menikmati usapan di kepalanya. Ia bisa saja tertidur jika ayahnya melakukan itu dalam waktu yang lama.

"Anak ayah udah besar aja. Ayah juga jadi makin tua. Jadi, kapan kamu mau bawa calon kamu ketemu sama ayah?"

Seketika Bunga cemberut.

"Ayaahh," rengeknya, "Kan Bunga belum ada calonnya, kalo udah ada pasti langsung diajak ke rumah, kok."

"Lagian juga Bunga masih kuliah, jadi nggak mau mikirin calon dulu."

"Kalo kamu emang mau nikah sambil kuliah juga sah-sah aja, kok."

"Yaudah iya Ayah, ayo makan dulu. Bunga lapar nih. Bunda dimana?" Gadis itu merangkul lengan Tuan Fahaddis dan mengajaknya menuju ruang makan. Jelas sekali kalau ia sedang melarikan diri dari pembahasan mengenai 'calon' yang dimulai ayahnya.

Back To Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang