Gulitanya malam, tak dapat menandingi
Seberapa gelapnya dunia MahasastraKekangan yang membelenggu kian menjadi candu
Hidup enggan mati jelas bukan pilihan
Belenggu rindu yang membuatnya berburu
Tanpa Zantisya ia terus menapak jalananDi mana, di mana, di mana?
Bagai mantra yang gagal dirapal
Tak jua Meru bertemu Kaia
Gulita lalu menghantarkan perihalGulita bukannya sedang baik hati
Jelasnya ia tak menyukai Mahasastra
Berani-beraninya dia menandingi
Kegelapan dirinya Sang Mahagulita?Mahasastra tidak boleh lebih gelap darinya
Melebihi gelapnya Gulita? Langgaran hukum alam
Semesta dan Gulita akhirnya bekerjasama
"Pertemukan mereka, duhai Malam."—
Wajahnya tak ia tunjukkan sedari tadi. Selama bercakap panjang hingga akhirnya kontrak sudah ditorehkan tanda tangan wanita itu, tak ada pergerakan atau sekadar benih ciri-ciri wanita itu mengenali dirinya yang wajahnya tertutup setengah. Hingga temannya akhirnya memutuskan untuk pergi bersama penulis yang tak sengaja ia temui di sana, ia membuka apa yang menutupi wajahnya, menunjukkan siapa dirinya pada wanita itu. "Long time no see, Kaia."
Terima kasih pada Semesta yang sudi bekerjasama dengan Gulita, memerintahkan Malam agar mempertemukan mereka yang sudah terpisah sejak lama. Salah siapa, kegelapan Mahasastra terlalu menjengkelkan.
What do you guys think? Next or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
Maristeia
FanfictionMaristeia is a simplified version of Meru, Ariste, and Kaia. This is story a between Meru as novel editor and Kaia as one significant author under publisher named Aristeia. [ ON-GOING | PG-15 ] NCT / MARK's AU