#01 : Aristeia

7K 354 2
                                    

Based on Maristeia AU in Twitter.

Di kota yang tak dapat dikategorikan kecil, terdapat satu bangunan kokoh bertitel Aristeia, sebuah bangunan yang menghimpun insan-insan kreatif—secara spesifik, sebuah perusahaan penerbitan dengan tiga divisi mayor yakni Redaksi Fiksi, Redaksi Non-fiksi, serta Majalah Moodest. Melihat dari luasnya cakupan Aristeia, sudah dapat dipastikan bahwa penerbit ini telah mencapai dan mampu mempertahankan posisi titik 'keberhasilan'nya.

Pada istirahat makan siang di hari yang sibuk dan melelahkan di Aristeia, ada satu editor Redaksi Fiksi yang diam di tempatnya seolah-olah ia terpaku di meja kerjanya. Netranya bagai tak sudi memalingkan pandangannya dari layar monitor. Tak ada yang berani mengganggunya ketika sudah memancarkan aura super fokus itu kecuali sahabat karibnya yang memang pada saat itu bermaksud mengacaukan fokusnya.

"Nung! Makan soto, ayo!"

Nama editor yang tengah fokus pada layar monitornya adalah Meru—Meru Jiwa Mahasastra alias Editor M. Alasan mengapa sobatnya—Januar memanggilnya 'Nung' adalah tidak lain dan tidak bukan karena arti nama Meru itu sendiri. Ya, Gunung.

"Nanti. Nemu naskah terlampau bagus, nih."

"Kita pekan ini tuh sibuk dan kewalahan banget. Dikasih waktu istirahat tuh dipakai, lah!"

"Lah? Ini loh beautiful in disguise-nya jadi editor. Lagi kewalahan, terus nemu naskah bagus dan layak terbit."

Januar menggeleng namun memahami kebiasaan sobatnya yang satu itu. "Emang dasar. Coba, judulnya apa sama penulisnya siapa?"

"Gitu, dong. Now we're talking. Judulnya Gleon, yang nulisnya Ivy. Di Twitder."

"Wah. Gua punya beberapa temen di penerbit lain, ngelamar naskahnya dia terus gua denger-denger, sih ... ditolak brutal sama dianya."

Mendengar itu, seketika jiwa editor Meru semakin antusias karena mengetahui bahwa penulis yang hendak ia berikan tawaran penerbitan memiliki pendirian yang solid dan selektif dalam memilih penerbit mana yang hendak ia jatuhi kepercayaannya untuk menerbitkan tulisannya.

"Let's see what Editor M can do."

Setelah mengatakan itu, Meru mengalihkan komputernya ke mode Tidur lalu beranjak dari duduknya. Sedikit dirinya meregangkan badannya sembari berjalan beriringan dengan Januar yang memegang dua sendok di tangannya sedari tadi.

"Ngapain bawa sendok?"

Januar mendengus. "Kenapa lagi kalau bukan Mas Ruri sendoknya habis?"

Mendengar itu kemudian Meru sedikit panik dan hendak kembali untuk mengambil sendok. Namun, Januar menahannya. "Udah gua bawain, Nung."

"Ngomong, dong!"

"Makasih, dong!" Januar meniru nada Meru.

"Nanti pas gua bilang makasih lu malah merinding," ucap Meru dengan nada malas sembari telunjuknya memencet tombol lift.

"Iya, sih."
📖📖📖

Setelah percakapan kecilnya dengan Januar, ia langsung saja mengenalkan Gleon kepada atasannya—John. Jelas, atasannya mengetahui jikalau Meru sudah memperkenalkannya kepada suatu naskah, itu artinya dirinya sedang mengenalkan sekaligus mengajukan naskah tersebut kepadanya. Mengingat betapa jelinya Meru dalam memilih naskah untuk naik ke percetakan, ia langsung memberikan Meru kewenangan untuk mengajukan tawaran penerbitan pada Ivy alias penulis Gleon tanpa terbesit ragu sedikit pun.

Ketika Aristeia sudah kembali lagi ke jam kerja, Meru yang tak ingin berlama-lama menunda relasi kerjasama berama Ivy kemudian mengirimkan pesan personal ke akun Twitder Ivy yang kebetulan juga menjadi laman kepenulisannya menggunakan akun resmi Penerbit Aristeia. Tak perlu lama hingga akhirnya Meru menerima balasan dari Ivy yang di sisi lain tengah sedikit berharap Aristeia akan muncul di antara penerbit-penerbit yang memberinya tawaran penerbitan. Dua kalimat balasan dari Ivy membuatnya berhasil terdiam sejenak.

Aristeia Publisher

Halo, Ivy. Perkenalkan saya M dari Penerbit Aristeia. Maksud saya mengirim pesan tidak lain dan tidak bukan adalah hendak bertanya dan menawarkan kerjasama. Apakah naskah dengan judul Gleon sudah bekerjasama dengan penerbit lain? Jika belum, berkenankah Anda menjalin kerjasama dengan Penerbit Aristeia? Kami tunggu kabar baiknya. Terima kasih.

Salam, M dari Aristeia.


Ivy

Siang, M. Saya Ivy. Sebelum menjalin kerjasama dengan penerbit, saya biasanya bertanya, apa yang mereka pikirkan tentang tulisan saya. Saya izin bertanya. Apa yang anda pikirkan tentang tulisan saya yang berjudul Gleon? Omong-omong, terima kasih banyak, atas tawarannya. Saya tunggu jawaban untuk pertanyaan di atas. Salam, Ivy.




Maka dari itu, saya, Ivy, izin bertanya. Apa yang anda pikirkan tentang tulisan saya yang berjudul Gleon?

Pertanyaan itu berhasil mengitari pikiran Meru dalam sekejap detik. Usai membaca itu ia lalu kembali mengingat apa yang dia pikirkan saat membaca Gleon sebagai pembaca sekaligus editor. Sejenak ia larut dalam lamunannya bersamaan dengan dirinya teringat betapa ia tertarik pada tokoh utama wanita dalam cerita Gleon yang bernama Gloria karena pembawaan karakternya membuatnya teringat pada seseorang yang presensinya senantiasa menetap di dalam hatinya. Setelah dirasa formulasi jawabannya cukup, ia kemudian menyusun kata demi kata hingga menjadi satu paragraf yang menghimpun pandangannya lalu mengirimkan Ivy jawabannya sesegera mungkin.

Aristeia Publisher

Pertanyaan yang menarik. Gleon sebetulnya merupakan rekomendasi personal saya terhadap redaksi. Cerita ini membuat saya mengingat banyak hal yang saya dan orang sekitar saya alami di masa lampau (yang pastinya juga pernah dialami orang lain). Pengemasanmu dalam cerita membuat saya terkagum. Intensitas serta pembedahan konflik dikemas oleh diksi yang tepat dan hidup. Walau ini fantasi tetap saja di beberapa aspek saya merasa ini realistis dan indah. Seperti metafora dan analogi untuk kejadian dunia nyata. Ini pendapat murni saya selaku pembaca dan editor.

Ivy

Terima kasih banyak, M. Kamu juga, pintar dalam mengemas pendapat. Untuk konsiderasi lanjutan, silakan kirim kontrak ke surel yang tertera di laman profil saya, ya. Ini saya belum memberi jawaban untuk Aristeia. Saya mau mempertimbangkan terlebih dahulu. Seterusnya akan saya hubungi. Saya izin undur diri untuk sekarang. Sekali lagi, terima kasih atas penawarannya, M. 


Senyum Meru merekah saat melihat respons positif dari penulis yang ia incar naskahnya. Secepat kilat dia langsung mengirim contoh Surat Perjanjian Penerbitan Buku ke alamat surel milik Ivy kemudian ia langsung mengabarinya bahwa contoh surat perjanjiannya sudah dikirim dan memberitahunya bahwa pihak penerbit akan menunggu jawaban selambat-lambatnya tiga bulan. Tidak lupa ia mengucapkan kalimat yang lumayan persuasif di belakang pesan singkatnya 'Jangan terburu-buru kalau ragu, dan jangan dilama-lama kalau mau.' begitulah katanya.

Setelah itu, tak ada lagi percakapan lanjutan di antara Meru dan Ivy. Ivy lanjut dengan kegiatannya, pun Meru yang kemudian langsung melanjutkan penyuntingan naskah milik penulis lainnya yang tengah ia lakoni bagian penutupnya.

MaristeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang