#03: Cruel

5.4K 933 288
                                    

Di suatu kafe yang berusaha menghidupkan suasana tentram dengan memadukan sepinya ruangan bersama musik instrumental di tengah hiruk-pikuk kesibukan metropolitan, terdapat Kaia yang tengah bertukar cakap dengan Beez mengenai tulisannya mendadak berhenti karena ponselnya berdering. Mood bagusnya mendadak terusik tepat saat dirinya melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Karin. Ya, sepupunya yang sekaligus merangkap diri menjadi musuh di kehidupannya.

"Nggak usah diangkat," saran Beez.

Kaia menggeleng pelan. "Nggak apa, kok," balasnya sembari mengangkat telepon dari Karin lalu menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Gue bentar lagi sampai rumah. Siapin air mandi sama cemilan pedes, terus minuman dingin apa aja deh bebas."

"Loh? Lo balik? Bukannya libur semester itu bulan depan, ya?"

"Iya. Napa? Gak seneng lo?"

"Gak gitu. Kaget aja. Oh, iya, gue nggak bisa siapin itu semua. Lagi di luar."

"Di mana?"

"Bintangbucks."

"Beliin gue minum."

"Gue lagi nabung. Nanti gantiin, ya?"

"Elah itungan banget, njing. Satu cup gede minuman itu nggak sebanding sama biaya yang orangtua gue keluarin buat lo."

Kemudian teleponnya diputus satu arah oleh Karin tanpa memberi sedetik pun untuk Kaia sempat membalas perkataannya. Di hadapannya sudah ada prajurit pembela Kaia yang gemas sembari menggigiti sedotannya karena ingin menindak kasus penindasan Karin terhadap temannya yang bagai tiada akhirnya. "Pernah kepikiran nggak buat makan sate daging Karin?"

Mata Kaia seketika membulat, ia refleks mencubit temannya itu pelan. "Ya enggak, lah!"

Temannya itu malah tertawa.

"Emang dasar otak penulis cerita thriller," sindir Kaia. "Beliin dulu minum buat Karin. Abis itu langsung pulang, ya," tambahnya.

Beez hanya mengangguk lalu mulai memasukkan barang-barangnya yang ada di atas meja mereka ke dalam tasnya sembari menunggu temannya yang tengah berada di hadapan kasir, menentukan minum apa yang hendak ia beli untuk sepupunya. Di tengah-tengah ia menunggu Kaia kembali, dia memeriksa kolom permintaan pesan di Twitdernya lalu ia membukanya satu per satu. Matanya sedikit membulat saat melihat ada pesan dari akun dengan nama Aristeia Publisher menjadi salah satu dari deretan permintaan pesan yang masuk. Saat ia menekan dan memperluas pesan yang dikirim oleh Aristeia untuknya, ekspresi terkejutnya yang sejenak sempat hilang kembali muncul ke permukaan. Dia sekarang tengah membaca pesan berisikan tawaran penerbitan dari seorang editor yang bernama Januar. Pesan yang juga membuatnya senang beberapa hari yang lalu karena temannya ditawari tawaran penerbitan oleh penerbit yang sama.

Lama menenggelamkan dirinya dalam diam, ia sampai-sampai tak menyadari bahwa temannya Kaia sudah kembali dengan satu cup minuman berukuran besar yang khusus ia pesankan untuk Karin. Paham Beez tengah asyik di dalam pikirannya, ia memilih untuk membereskan barang-barangnya terlebih dahulu kemudian baru ia menegur wanita yang tengah menyelam jauh ke dalam pikirannya.

"Beez. Kesambet nanti," tegurnya sembari memasukkan barang terakhirnya ke dalam tas miliknya.

Dirinya sedikit terperanjat. "Eh, udah?"

MaristeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang