Kaia Zantisya, itulah nama asli yang berada di bawah bayang-bayang Ivy si penulis yang belakangan ini menerima beberapa tawaran penerbitan. Memegang buku yang berisi tulisannya merupakan mimpinya sejak lama. Namun, siapa sangka dirinya akan sebingung sekarang ini? Tetapi, ini merupakan kebingungan yang rasional. Di dalam hidupnya, Kaia seolah mau tak mau harus mengubur mimpi-mimpinya karena ia merasa jikalau ia berharap tinggi-tinggi artinya ia tak tahu diri. Setidaknya, ada mimpi yang bisa ia raih dengan usaha sendiri, menerbitkan tulisan-tulisannya—yang seolah ia tinggal mengambil selangkah lagi untuk mewujudkannya. Merasa ini adalah satu-satunya mimpi yang dapat ia wujudkan, ia menjadi amat selektif dalam memilih penerbitnya.
Sejak belia, Kaia sudah menjadi yatim piatu. Ia terlahir tanpa sosok ayah yang memang Tuhan beri waktu singkat di dunia, sedangkan sosok ibunya menyusul sang ayah pada usuanya genap dua belas tahun. Dikarenakan usianya masih jauh di bawah legal, ia terpaksa harus meninggalkan rumah dan tinggal bersama kerabatnya yang paling berkecukupan hingga umurnya menginjak kategori dewasa untuk akhirnya tinggal sendiri. Ia tinggal bersama om, tante, dan sepupunya—Danu, Giandira, dan Karin.
Dengusan kecil berkali-kali ia embuskan saat membaca respons dari beberapa penerbit lain yang juga ia tanya pertanyaan yang sama. Dengusan itu keluar didasari karen dirinya miris dan merasa jawaban yang ia terima serasa bukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang serius. "Padahal pertanyaan itu selain bisa jadi jebakan, bisa jadi kesempatan. Why are they answered with lack of seriousness like this?" gumamnya. Jawaban dari beberapa penerbit selain Aristeia itu sedikit membuatnya kecewa karena ia merasa jawaban itu bertolak belakang sekali dengan surat perjanjian yang mereka tawarkan.
Sembari memikirkan penerbit mana yang akan ia terima tawarannya, Kaia membaca ulang naskah Gleon yang sudah berkali-kali ia baca dan sunting dengan seksama. Sedikit senyuman miris tersirat di wajahnya. Tokoh wanitanya—Gloria dibawakan okehnya kepada pembaca bak tengah menyuguhi mereka kenangan buruknya. Gloria di karyanya adalah seorang wanita yang memiliki banyak kekurangan karena segala keterbatasannya, namanya Gloria yang bermakna kemenangan malah menjadi cemoohan bagi teman sebayanya karena jelas-jelas Gloria selalu di sisi yang penuh kekalahan. Percaya atau tidak, perundungan serupa pernah dialami Kaia tanpa pembacanya ketahui.
"Nanti sekolahnya si Kaia pokoknya harus bareng Karin, Mas. Aku capek kalau harus nyetirin dia ke daerah deket rumahnya."
Kalimat itu terngiang lagi di kepalanya. Satu kalimat yang entah sampai kapan akan terus ia rutukki sekaligus ia syukuri. Mengapa demikian? Karena kalimat itulah yang menghantarkan masa-masa hidupnya bagai neraka baginya, namun di sisi lain, kalimat itu juga yang mempertemukannya dengan Meru Jiwa Mahasastra. Seseorang yang berhasil membuat masa-masa itu akhirnya tak terlalu buruk untuk dilalui. Bukan sebuah kebetulan jikalau Meru juga menjadi inspirasinya dalam pembuatkan karakter Leon di tulisannya, sebagai orang yang menghargai eksistensi Gloria yang tak terlalu disukai publik.
Pada kenyataannya, Kaia bersyukur sudah bisa tinggal dan tumbuh besar bersama Om dan Tantenya. Dia bahkan disekolahkan di sekolah internasional yang diidam-idamkan oleh banyak orang, hanya saja ... Karin bukanlah orang yang senang dengan kehadiran Kaia. Dengan kemampuan bersosialnya, Karin akhirnya berhasil merilis bom kebenciannya pada Kaia bersama teman-teman yang bersekolah dengannya di SMP dahulu. "Namanya sih ... Kaia, tapi anaknya miskin! Hahaha!"
Setahun penuh Kaia mendapatkan berbagai macam penindasan di masa itu. Selama satu tahun itu juga, ia tak mendapatkan sedikit pun pembelaan dari siapa pun, termasuk badan konseling sekolah yang entah ada untuk apa. Hingga akhirnya, seorang lelaki dengan mata berbinar dan memiliki senyum tipis yang menyegarkan untuk dilihat tengah hari saat matahari sedang tinggi-tingginya pindah ke kelasnya. "Kenalin, saya Meru Jiwa Mahasastra. Panggil aja Meru. Salam kenal semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maristeia
FanfictionMaristeia is a simplified version of Meru, Ariste, and Kaia. This is story a between Meru as novel editor and Kaia as one significant author under publisher named Aristeia. [ ON-GOING | PG-15 ] NCT / MARK's AU