KESAKITAN

1K 67 0
                                    

KU INGIN DIPELUK KAMU

DAN MELUPAKAN SEMUA

JARUM PADA JAM DINDING

DAN JUGA KALENDER

JUGA RANJANG TEMPAT KITA SEKARANG

ADALAH DUNIA KITA BERDUA

****

Nasib dan takdir adalah rahasia Tuhan. Begitu juga dengan kematian. Bahkan malaikat pun tidak tahu kapan mereka akan mati.

Kehilangan Emily adalah mimpi terburuk bagi Ina. Ia tersiksa dengan itu.
Tersiksa batin
Tersiksa jiwa dan raga.
Tapi mengapa semua orang menyalahkannya? Ia bahkan juga tak ingin kehilangan kekasihnya itu. Tapi banyak orang berpikir, kematian Emily ia lah penyebabnya.

_

Saat ini Ina tengah berjalan keluar kampusnya. Sebenarnya ia masih ada beberapa urusan dikampus. Tapi ia memutuskan untuk segera lenyap dari tempat itu detik ini juga.

Cemoohan dari para penghuni kampus terdengar seperti suara gagak yang sedang memberitahu akan kematian seseorang.
Para penghuni kampus yang maha agung itu tak hentinya melontarkan kata kata makian yang kasar.
Suara suara bising itu seperti akan membunuh Ina ditempat itu.

"Dasar pembunuh!!"

"Perusak!!!"

"Udah ngerebut pacar orang, sekarang jadi pembunuh! Mau loe apa sih!!!"

Ina terus berjalan menghindari penghuni kampus yang sedang mengolok oloknya. Ia menutup telinganya kuat kuat. Namun tetap saja suara suara itu menembus gendang telinganya.

"Yaaahh namanya juga orang munafik. Nggak bakal punya malu lah!"

"Orang kek gitu nggak pantes hidup lah! Bakteri!!!"

"Kuman!"

"Perlu dibasmi tuh hahahaha!!"

Ia berjalan cepat. Berusaha menghindari mereka. Tapi tetap saja orang orang yang berpapasan dengannya ikut ikutan mengolok oloknya.

"Woy Ina! Urat malu loe dah putus ya?"

"Nggak punya malu dia mah. Bisanya kan malu maluin hahahahaha"

Para penghuni kampus yang maha agung itu tak hentinya mengoloknya disertai tawa tawa yang menyebalkan.

"Urus hidup kalian sendiri!!!!! Hidup kalian juga berantakan!!!" teriak Ina dengan terisak.
Namun orang orang itu hanya menertawainya.

"Halah! Bilang aja loe gengsi ngakuin kemunafikan loe itu! Mati aja sana loe!"

"Hooh. Lompat aja dari atap gedung. Atau jalan ditengah rel kereta. Kan asik tuh!"

"Menuh menuhin bumi aja loe hahahaha!"

Cemoohan itu tiada hentinya. Membuat ia menangis semakin pilu.
Ia terus berlari keluar. Meninggalkan para penghuni kampus yang maha agung. Berlari dengan deraian airmata.

Sebenarnya dari tadi ada seseorang yang memperhatikan Ina yang menangis karena hinaan dari orang orang itu.
Ada sedikit rasa iba dihati orang tersebut.
Tapi rasa kecewa dan rasa sakit yang ia dapatkan terlalu menguasai. Membuatnya berdiam diri tanpa peduli sama sekali.

***

Dipinggir danau Ina menangis tersedu. Menahannya sendirian. Tak ada satu orang pun yang peduli padanya. Ia merasa putus asa. Rasanya ingin mengakhiri hidupnya. Agar orang orang yang maha agung itu tertawa puas karena seekor bakteri telah musnah.

Ia terus terisak. Berkali kali memukul dadanya. Sesak dan amat sangat sesak. Tapi airmatanya kian deras mengalir.

Ia tak tahu harus mengadu pada siapa. Bahkan untuk mengadu pada Tuhan pun ia merasa malu. Malu karena dirinya yang seorang pendusta.

"Emily... Hikss.. Aku harus apaaaa..." hanya pada kekasihnya lah ia mengadu. Meski sekarang ia tahu, ia hanya sendiri sekarang.

"Aku rindu kamuuu.. Hikss.. Ini sakit sayang.. Sakit..." ia terus memukul dadanya dengan isakan yang menyakitkan.

"Jika bersamamu aku tak kan takut pada apapun... Tapi sekarang aku sendiri Emily... Aku sendiri.."

"Aku harus apaaa.."

Siapapun yang mendengar tangisannya pasti akan terenyuh.

"Aku cuma butuh kamuuu hiks hiks"

Disaat saat seperti ini ia hanya butuh kekasihnya untuk memeluknya. Hanya dengan itu ia merasa tenang. Tak kan gentar pada apapun jua.

Ia butuh dekapan kekasihnya. Pelukannya yang menenteramkan jiwa. Dipelukan kekasihnya ia mampu melupakan segala resah hati.

***

Pukul sembilan malam Ina baru sampai di apartemennya. Matanya bengkak dan masih ada sisa airmata.
Ia kemudian duduk dilantai, bersandar pada ranjang.
Ia duduk memeluk kakinya. Kembali melamun seperti malam malam sebelumnya.

Hanya jarum pada jam dinding yang bersuara. Kalender yang berdiam diri di meja kecilnya. Dan ranjang yang terasa dingin terhembus angin.

"Sayang, ranjang ini terasa hampa sekarang. Tanpa kamu, aku kesepian.
Diranjang ini kita menghabiskan waktu bersama sama.
Saling berbagi cinta.
Seolah dunia milik kita berdua"

BERSAMBUNG

PADA MALAM YANG BERBADAI (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang