9. Killed Two Birds with One Stone

44 2 2
                                    

Sejak pertemuannya di toilet dengan The Butterflies beberapa waktu yang lalu, Maddie selalu terngiang-ngiang perkataan Britney tentang sikap Alex pada Sarah. Apalagi setelah yang terjadi di rumah Sarah, hubungan Maddie dan Sarah pun menjadi canggung. Terlebih sesaat lagi mereka bertiga akan berada dalam satu ruangan untuk melaksanakan proses audisi.

Maddie memasuki hall dan mendapati belum seorang pun teman seklubnya di sana. Hanya ada Sarah seorang diri yang sedang memeriksa naskah yang akan digunakan untuk audisi mereka sebentar lagi.

Sarah menoleh ketika mendengar gemerincing tas Maddie. "Kau sudah datang?" sapa Sarah dengan senyumnya.

Maddie hanya membalas senyuman. Jantungnya berdegup kencang setiap berada di dekat Sarah sejak peristiwa itu. Ada gejolak di dadanya yang membuatnya ingin membenci Sarah, namun di sisi lain dia juga tidak ingin melakukannya.

"Jadi ada berapa siswa yang mendaftar audisi kita?" tanya Sarah sambil menghampiri Maddie.

Maddie membuka tasnya dengan gemetaran. Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi nama para siswa yang ingin mendaftar untuk pementasan A Midsummer's Night Dream mereka.

"Umm ... ada sekitar empat puluh siswa yang mendaftar. Lima belas di antaranya anggota klub," jawab Maddie. Dia berusaha berbicara setenang mungkin meski pada akhirnya suaranya tetap bergetar.

"Dan kau juga mendaftar pastinya?" balas Sarah sambil tersenyum, sama sekali tak menyadari kecanggungan Maddie.

Maddie mengangguk. "Hermia," jawab Maddie pendek menyebutkan karakter yang dia pilih untuk audisi.

Sarah mengernyitkan dahinya. "Kupikir kau lebih cocok untuk Titania," kata Sarah merasa sedikit kecewa dengan pilihan Maddie.

Maddie tersenyum dan menggeleng. "Aku hanya ingin memerankan Hermia," balas Maddie. Suaranya sudah tidak terlalu bergetar lagi.

"Baiklah. Tunjukkan kemampuan terbaikmu nanti!" balas Sarah.

"Kukira sudah ramai sekali di sini." Sebuah suara membuat Maddie dan Sarah serentak menoleh. Degup jantung Maddie yang mulai stabil kembali mengencang. Alex berjalan ke arah mereka.

Sarah tersenyum lebar, tak nampak sama sekali beban di wajahnya. Sepertinya dia benar-benar melupakan kejadian malam itu.

"Audisi masih setengah jam lagi. Mungkin mereka masih menghafal script mereka," balas Sarah sambil tersenyum.

Alex menghampiri Maddie. Dia sama sekali tak tampak terganggu dengan keberadaan mereka bertiga. Tidak seperti Maddie yang hanya bisa membeku menghadapi situasi ini. Maddie hanya tersenyum kecil.

"Kau tampak mengagumkan seperti biasa," kata Alex sambil mengecup bibir Maddie.

Maddie semakin rikuh meski baik Sarah maupun Alex bersikap biasa saja. Maddie masih tersenyum kaku lalu berkata, "sepertinya aku harus mengambil beberapa properti di mobilku."

"Ah, baiklah. Kutunggu di sini," balas Alex.

Lalu Maddie bergegas keluar dari hall. Dia berhenti sejenak tak jauh dari pintu untuk mengambil nafas dalam-dalam. Keadaan di dalam sana membuat nafasnya sesak meski tak seorang pun mengintimidasinya. Maddie menyandarkan punggungnya di dinding dan memejamkan matanya.

Maddie memikirkan sekali lagi hubungannya dengan Alex. Alex dan reputasinya bisa bersikap begitu manis di hadapannya. Alex, siswa Clementine yang tak pernah berpacaran.

Dengan satu tarikan panjang, Maddie melangkah kembali menuju pintu hall. Dia sedikit mengintip ke dalam. Di dalam ruangan besar itu hanya ada dua orang, Sarah dan Alex. Tentu saja Maddie mendapatkan pemandangan yang membuat dadanya sesak.

Clementine CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang