Tak tahukah kamu, dadaku berdesir tiap angin semilir?
Tak tahukah kamu, jantungku menggema tiap mata berjumpa?
Tak tahukah kamu, duniaku berhenti berputar, melambat, hanya karena bibir tipismu mengembang semu?Lewat tatapan, aku menyampaikan asa.
Lewat semilir angin, aku sampaikan ingin.
Lewat semu merah, aku tunjukkan resah.Hari ini, gerimis menitik.
Menjadi saksi, inginku yang tak pernah terjadi.
Melawan semesta, membelenggu takdir.
Bertemu denganmu, dan berkisah dengan apik.Mendung langitku, seiras mendung kalbu.
Kalimat abstrakku, tak tergapai maksud olehmu.
Hanya melempar senyum, tak lantas menyiram rinduku.
Aku tahu, aku mengharap semu.
Hadirmu seradar denganku, hanya menjadi tangisan relung waktu.
Berharap menerabas fakta, membohongi jiwa.
Jika kita tak saling kenal.Lihatlah mataku.
Lihatlah debar jantungku.
Lihatlah gempa jiwaku.
Tatkala senyummu, hadir tak seiras inginku.
Disini aku bergetar, mengharap umpan balik yang sejalan.
Tak tahu mengapa, batinku terus berteriak.
Melupakan fakta, jika semua harap hanya semu semata.Klaten, 13 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Kata
PoesíaKetika senja merubah asa, disitulah aku berharap. Ketika mendung bergelayut, disitulah hatiku mengelabu. Ketika awan tersibak, disitulah matahari bersinar. Ketika waktu bisa ku atur, akan kuhentikan waktu ketika bersamamu. I have a dream, just a dre...