Ini kisah kita Penyihir mungil. Aku akan menceritakan bagaimana dirimu menyihir hatiku hanya dengan tawamu. Kita akan tetap abadi, aku berjanji. Kamu akan abadi dalam tulisan ini, kamu akan abadi dalam gelapnya malam, kamu akan abadi dalam hatiku.
Aussie, 12 Maret 2014.
*****
Dari kejauhan, aku dapat menatap gadis dengan rambut gelombangnya sedang berlari-lari kecil. Lalu dengan tergopoh-gopoh ia menghampiri gadis lainnya. Mereka berbeda. Gadis lainnya dengan lancang menjambak rambutnya. Lalu dengan kejam menumpahkan minuman bergas pada tubuh gadis itu.Aku hanya dapat menonton, dengan sebatang rokok yang menyemburkan asap pada udara. Mereka saling melempar tawa, melemparkan gadis itu dengan tomat busuk. Uh, menjijikkan. Aku bersumpah, jika ia berada di dekatku aku akan melemparnya. Agar ia jauh dari jangkauanku.
"Heh cacat! Jangan berani-berani ngelawan gue apalagi jawab omongan gue! Atau lo akan dapat dari yang gue lakuin sekarang!" Dia hanya dapat menunduk, meyembunyikan wajah cacatnya. Wajahnya tidak layak untuk dilihat, memang. Pantas sekali dia menyembunyikannya.
"Liet gue cacat! Lietin wajah cacat lo itu! Cih," lalu mereka tertawa. Dengan kurang ajarnya gadis itu meludahi wajah si buruk saat ia mendongak. Itu keterlaluan, tapi aku tidak peduli. Aku beranjak dari kursi, meninggalkan kantin.
Aku masih dapat mendengar tawa mereka yang menggelegar. Terkadang aku tidak mengerti, kekejaman di sekolah ini sudah kelewat batas. Namun, mereka yang disebut guru tidak pernah mempedulikan itu.
Saat aku berjalan dengan gontai, sembari menatap sekelilingku. Aku dapat melihat mereka---gadis-gadis gila. Sedang mengumbar pesonanya, lalu cekikikan agar aku terpesona. Demi apapun, mereka tidak jauh dari si buruk. Mereka sama-sama menjijikkan.
Aku tidak peduli dengan mereka, dengan langkah besar aku melewati mereka dan berjalan seolah-olah mereka hanyalah angin. "Kak," aku menoleh. Ada yang memanggilku.
"Aku mencintaimu," ah, mulai lagi. Ia berjalan dengan gontai, menghampiriku. Gadis mungil dengan bisingnya. "Kapan kakak nembak aku?" Aku hanya mengerinyit. Tidak mengerti atas ucapannya. Aku merasa, aku tidak pernah berjanji akan menembaknya.
"Lo mau mati?" hanya itu yang dapat aku sampaikan. Lalu berjalan meninggalkannya. Dia, Agnes. Aku mengenalnya, adik kelas dengan ambisinya untuk mendapatkanku. Aku tidak tahu pasti mengapa ia begitu tergila-gila padaku.
Dasar gadis udik, tidak tahu malu. Bahkan ia rela ditertawakan. Padahal aku tidak berniat menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Ia cantik, sungguh.
"Bukan nembak gitu ih Kak!" Agnes kembali mengejarku. Menyamakan langkah kami. Aku hanya dapat menghela napas. Ia begitu keras kepala.
"Jadi maksud lo apa?"
"Tembak aku jadi pacar kakak, gitu!" sungguh, ia gila.
"Gue nggak minat, lo terlalu murahan."
****
"Kas, gue ada game. Gue jamin ini pasti seru banget," ujar Shawn. Sahabatku.Sekarang, kami berada di cafe dekat sekolah. Membolos adalah kebiasaanku, belajar itu membosankan. Untuk apa aku belajar? Jika akhirnya aku akan mendapatkan yang aku impikan. Itu terjamin. Jangan mempersulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
If (You Are There)
De TodoIni kisah kita Penyihir mungil. Aku akan menceritakan bagaimana dirimu menyihir hatiku hanya dengan tawamu. Kita akan tetap abadi, aku berjanji. Kamu akan abadi dalam tulisan ini, kamu akan abadi dalam gelapnya malam, kamu akan abadi dalam hatiku. ...