"If someone you love, having an affair behind you, slap his face. Seriously slap his face and go get some gelato."
Gustav masih menatap Kania lembut setelah apa yang baru diucapkan Kania. Tak ada yang bisa dilakukan sekarang. Hanya menunggu, entah sampai kapan? Ia berusaha untuk selalu ada di setiap keadaan terburuk Kania. Mata Kania masih mengkristal. Sepertinya saat ini yang terburuk? Sudah hampir setengah jam ia masih belum memulai ceritanya. Hanya kalimat emosional tadi saja, padahal biasanya ia cukup ceriwis ketika sedang sangat kesal akan sesuatu. Sesekali bibir lembutnya menikmati Chocolate Chip gelato yang ada di hadapannya. Setiap kali pula keadaan bukannya membaik, air matanya justru keluar lagi. Bahunya berguncang tak sanggup menahan semuanya.
"Lalu?" kata itu keluar begitu saja.
Gustav mulai tak sabar ingin mendengar ada kalimat yang keluar dari bibir Kania. Wanita yang sedari tadi masih sibuk memagut gelatonya sambil terus terisak.
Kania pun tersadar ia sudah mendiamkan Gustav cukup lama. Ia menatap Gustav, tatapannya sayu seolah tidak ada harapan hidup lagi. Sedetik kemudian Kania mencoba menghapus percikan kristal bening penyesalan yang sedari tadi terus turun dari ujung matanya.
"Sudah selesai." Kania dengan suara agak gemetar dan matanya kembali berkaca-kaca "Ia bilang ini sudah berakhir." Seketika itu meledaklah air matanya.
Gustav paham betul dengan keadaan ini, ia mulai berpindah tempat duduk di sebelah Kania. Kania langsung merengkuh lengan Gustav dan menyandarkan kepalanya di pundak pria yang sudah hampir seharian menemaninya. Dalam keadaan seperti ini, Gustav sadar, ia Tak perlu lagi menanti semua cerita Kania. Keadaan sudah cukup buruk untuk melanjutkan. Walau sebenarnya ia masih merasa semuanya berubah terlalu cepat. Bukannya baru sebulan yang lalu Kania terlihat sangat bahagia dengan pria yang ia tangisi saat ini? Ia masih ingat bagaimana kebahagiaan itu tersirat.
*Sebulan Lalu................
"Bagaimana?" bisik Kania.
Gustav tahu Kania sedang memberi sebuah kode. Ini bukan pertama kalinya ia meminta pendapatnya untuk menilai sesuatu. Ia pasti ingin mendengar pendapat mengenai seorang pria bersetelan kemeja putih bergaris yang datang bersamanya.
"Lumayan," Gustav berusaha se-objektif mungkin.
Kania memandang Gustav, ia dekatkan wajah memeriksa kembali pernyataan Gustav. "Apa? Lumayan? Hanya itu? Padahal aku berharap lebih." Kania menanggapi komentar singkat Gustav dengan agak kecewa.
Gustav mengangkat kedua alisnya, ia meragu. "Aku tidak bisa menilainya terlalu banyak, aku hanya bisa menilai dari apa yang sekilas aku lihat." Gustav memberikan alasan mengapa penilaiannya cukup singkat.
Kania melihat ke arah pria yang datang bersamanya, lalu ia palingkan lagi wajahnya ke arah Gustav. "Ehm..iya, kali ini mungkin kau benar!" ia mengangguk-angguk tanda setuju.
Gustav sedikit berada di atas angin, Kania menyetujui alasan dari jawaban yang sedemikian singkat tentang sosok baru yang bersamanya.
Kania memandang wajah Gustav lekat, ia mengernyitkan dahinya kali ini. "Tapi" ia memberi jeda "Aku yakin ia yang aku cari selama ini, tampan...pengertian, kami seperti sudah cocok satu sama lain." Kania menatap prianya itu kembali dengan rona hangat senyum kebahagiaan. Ia berusaha betul terlihat meyakinkan bahwa pilihannya tepat. Walaupun ini sudah ketiga kalinya ia berkata demikian, di hampir setiap kali ia mengenalkan pria barunya.
Gustav meninggikan suaranya, memberi kesan tegas. "Semua selalu tampak sempurna di awal, bukan?" Gustav agak pesimis mengingatkan.
"Ahh...kamu selalu seperti itu!" Kania berusaha tak peduli dengan celoteh barusan. "Baiklah, sekarang kamu tahu kan rasa apa yang cocok menggambarkan perasaanku hari ini?" senyumnya merekah sesaat ia berusaha menguji kemampuan Gustav meracik gelato.
Gustav mengangkat kedua alisnya, mengingat kesukaan Kania, bibirnya terbuka. "Seperti biasanya kan, cotton candy gelato? With A much swirl of pink and purple cotton candy," Gustav berbicara tegas karena ia paham benar dengan selera Kania.
"You are always know about me, one scoop, please!" Kania tersenyum puas, Gustav masih cukup paham dengan apa yang menjadi kesukaannya. Lalu kania berbisik lirih mendekati gustav "Gelato always makes me fall in love, Gus."
Benar saja, Gelato memang selalu membuat Kania jatuh cinta. Walaupun terkadang kisah jatuh cintanya Kania tidak semulus harapannya. Tepat tiga puluh hari setelah senyum kebahagiaan Kania, sejak ia memamerkan kekasih baru. Berujung pada kisah Kania menangis seharian dihadapan Gustav. Kania kehilangan untuk kesekian kali. Obatnya akan tetap sama, Classic chocolate gelato yang akan menyembuhkan dan membuatnya bangkit untuk melanjutkan kehidupan.
Gustav selalu membuatnya yakin bahwa gelato solves everything. Setelah cukup lama memeluk lengan Gustav, Kania pun mengangkat kepalanya.
"Gustav." suaranya lembut namun agak serak "Jangan pernah bosan ya, hadir di saat-saat terburukku?"
Gustav tidak menjawab, ia hanya memandangi sahabatnya-Kania-dengan lekat.
"Setiap kali aku jatuh sejatuh-jatuhnya, setidaknya izinkan kupagut sekali lagi gelato bersamamu di sini," Melihat Gustav tak merespons, wajahnya Kania memelas, ia tatap wajah Gustav sangat dalam "Please" Kania memohon karena Gustav tidak berjanji apa-apa dan hanya menatapnya
Gustav pun mengangguk pelan, tanda setuju kalau ia akan selalu jadi pendengar yang baik dan seseorang yang selalu hadir di saat Kania ada di kondisi terburuk sekalipun.
"Bagaimana Kania gelatonya, mau tambah lagi?" tiba-tiba suara oma mencairkan suasana antara Gustav dan Kania.
Kania berusaha menghapus air mata dengan tangannya. ia mendongakan kepalanya menatap oma. "Sudah cukup oma," tolak Kania halus lalu tersenyum ke arah oma.
"Sudahlah, memang kaum pria seperti itu?" oma mencoba menggoda Kania seraya mengerlipkan salah satu matanya yang langsung dijawab dengan gelak tawa Gustav dan Kania.
Semua orang tahu bagaimana sifat oma. Ia selalu terlihat muda meski usianya jauh lebih tua. Entah apa yang membuatnya terlihat muda? Di usianya sudah 67 Tahun, masih terpancar pesona kecantikannya. Bisa saja celetukan khas anak muda tadi yang membuatnya sebugar ini. Oma itu nenek gaul up to date. Karena ia mengikuti segala perkembangan zaman, terkadang membuat Gustav dan Kania geleng-geleng kepala. Seperti kemarin, saat ia tiba-tiba banyak tanya tentang instagram. Dari mulai pertanyaan sederhana, instagram itu apa? Hingga ia minta dibuatkan akun instagram agar ia dan usaha Zang Crẽme bisa terkenal.
Oma selalu seperti itu kalau ia menemukan hal-hal yang baru. Mau tidak mau akun itu dibuat dan hadirlah akun @omazangcrẽme. Ketika akun itu di-publish, Gustav dan Kania shock bukan main, karena dalam hitungan beberapa hari, akun itu memiliki banyak sekali pengikut yang tidak lain para penikmat gelato kami. Lagi-lagi oma menunjukan dirinya sebagai seorang pengusaha gelato berpengalaman yang tidak pernah mau berhenti belajar dan tetap mengikuti perkembangan zaman meski usianya sudah menua.
Kania pun bersyukur ia dapat terdampar di sini seharian ketika kondisinya seperti ini. Ini merupakan surga paling indah di Ibu kota. Bagaimana tidak, di sini ada oma yang selalu bisa menjadi pemecah tawa. di sini pula ada seorang sahabat terhebat yang patut ia syukuri. Gustav lah yang selalu jadi yang pertama hadir dikondisi Kania seperti sekarang ini, dan yang paling penting tentu saja Classic Chocolate ice yang sedari ia pagut perlahan-lahan. Harapannya sederhana, Ia hanya ingin kelembutannya menyembuhkan hatinya yang baru saja terhianati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelato of Love (Proses Terbit) END
Teen Fiction"Gelato mengerti perasaan manusia yang memagutnya, namun Gustav belum mampu mengambil inti Gelato untuk mengungkapkan perasaan kepada Kania. Kania juga terus-terusan memperkenalkan cowok baru yang ia yakini benar-benar jadi pendamping hidupnya. Dite...