Pukul delapan pagi, Devlin melangkah menuju toilet. Membenahi pakaian serta gaya samarannya karena tadi sempat bertabrakan dengan siswi dari kelas lain.
Nafasnya terdengar begitu panjang. Tubuhnya sedikit sakit, tidak tahu apa penyebabnya. Kemarin setelah pulang dari acara perjamuan keluarga Heyland, ia tertidur selama perjalanan. Ketika terbangun, ia sudah berada di kamar yang tak asing baginya dan tidak lagi memakai gaun merah saat acara.
Tidak perlu ditanyakan siapa pelakunya kalau bukan sang kekasih.
Dan juga sudah beberapa kali Devlin harus bersembunyi saat hidungnya mengeluarkan darah. Ia tak ingin membuat Justin khawatir. Sebisa mungkin Devlin harus bertindak biasa karena kekasihnya itu memiliki penglihatan yang tajam.
Pulang sekolah nanti ia akan ke mansion dan membicarakan mengenai kepergiannya menuju Argentina.
Saat ini ia menatap pantulan dirinya dicermin, membuka kacamata beserta ikatan rambutnya. Selagi dalam toilet tidak ada orang memudahkan Devlin untuk merapikan diri.
Ia mencuci wajahnya di wastafel. Hari ini Devlin sengaja tidak memakai lensa hitam seperti penyamaran sebelumnya. Ia ingin mengakhiri permainan yang diciptakan oleh Pearl dan kawanan. Ia sudah menyiapkan rencana untuk IDS kedepannya.
Sekali lagi gadis itu menghela napas lalu kembali mengikat kuda rambutnya. Suara deritan pintu terdengar ditengah kesenyapan. Devlin melirik cermin, menatap punggung tak asing.
Ketika sosok itu berbalik, wajah terkejut tak bisa terelakkan. Victoria menatap Devlin tanpa berkata-kata.
"Oh hai." sapa Devlin ramah. Victoria mendecih lalu melangkah pelan dan berdiri disampingnya, menatap gadis berambut cokelat itu dari cermin.
"Sesuai dengan kecurigaanku, ternyata Yvonne Lindsey memang kau." Victoria melipat tangan didada. "Apa tujuanmu sebenarnya Devlin?"
Devlin memejamkan mata sejenak kemudian tersenyum miring. Ia memakai kacamatanya kembali lalu memiringkan tubuhnya hingga berdiri berhadapan dengan Victoria.
"Menurutmu.. apa tujuanku?" tanya Devlin dingin.
Victoria menatap netra biru itu dengan tajam, sama sekali tak takut melihat wajah tanpa emosi tersebut. Ia berdecih. "Aku tidak perlu tahu apa tujuanmu. Entah kau akan menghancurkan hidupku atau hal lain, aku tidak peduli. Aku memang sudah kau hancurkan, ketika kakakku lebih memilihmu."
"Apa kau pernah mendengar kalimat; teman adalah musuh sebenarnya dan musuh adalah teman sebenarnya?" Devlin maju selangkah, menyentuh kening Victoria dengan jari telunjuknya. "Aku hanya menyarankan, jangan terlalu membenci diriku karena suatu saat kau akan membutuhkan bantuanku."
Devlin tersenyum sedangkan Victoria diam menatap gadis itu dengan penuh pertanyaan. Mungkinkah Devlin mengetahui sesuatu tentang keluarganya?
Menghilangkah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otaknya, Victoria memilih untuk berlalu pergi dari hadapan Devlin. Ketika sampai di depan pintu kamar mandi, Victoria berhenti ketika Devlin bersuara.
"Kita lihat saja nanti." kemudian Victoria benar-benar pergi.
Selang beberapa menit, sosok lainnya masuk ke dalam kamar mandi dan sedikit kaget dengan keberadaan Devlin. Gadis itu berdiri disamping Devlin.
Ia adalah Senta.
"Kau tidak diperlakukan buruk dengan Victoria 'kan, Von? Karena aku baru saja melihatnya keluar dari kamar mandi." ujar Senta khawatir.
Devlin tersenyum ramah seraya menggeleng. "Tidak kok. Kami hanya berbincang sedikit."
"Sungguh?" picing Senta curiga. Tidak mungkin mereka hanya berbincang sementara waktu-waktu lalu, Yvonne dibully oleh Pearl dan kawanannya. Terlebih lagi Victoria masuk dalam geng putri Guadalupe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...