Hidupku yang damai dan tentram seolah
lenyap saat kamu tiba-tiba masuk ke dalam
Kehidupanku tanpa permisi. Membawaku
ke dalam sebuah rahasia. Tentang siapa aku yang sebenarnya!-Anzella Larasati-
*
Kehadiranmu adalah mimpi indahku.
Perbedaanmu adalah hati dan ketulusanmu. Tak ada yang indah selain mencintaimu tanpa henti danjeda. Meskipun kamu bukan keinginanku yang sebenarnya.-Azriel Adipati Wiragraha-
•
•
•
•
•
•
•Anzella Larasati, adalah seorang gadis sederhana dengan kepintaran di atas rata-rata. Ketegasan dan sikap bertanggung jawab membuatnya dipilih menjadi ketua osis. Awalnya Anzella menolak, tapi jika dipikir kembali ini adalah kesempatannya untuk memperdalam pengalamannya.
Anzella tidak terlalu dikenal, ia murid yang lebih banyak diamnya. Ia lebih suka membaca dan berkutat dengan kertas-kertas. Walau begitu, Anzella masih memiliki sahabat. Teddy, Arina, Halifah, dan Bella. Empat orang yang selalu menemaninya sejak SMP Kelas 1.
Anzella merasa cukup, apalagi ada beberapa siswa yang cukup dekat dengannya.
Anzella berlari dengan map yang ada ditangannya. Rambut gadis itu tergerai dan berantakan, karena berlari sepanjang koridor. Tidak peduli dengan siswa-siswi yang memperhatikannya. Yang terpenting sekarang. Ia tidak telat untuk rapat Osis.
Sudah dua kali ini Anzella telat. Ia sering kesiangan, pasalnya setiap malam ia harus membuat kue bersama bibinya. Ya, maklum hanya itu harapannya untuk hidup.
Apalagi, sekarang bibi tengah sakit parah. Meskipun, hanya didiagnosa memiliki penyakit paru-paru. Tetap saja, bibi tidak boleh kelelahan.
Anzella bersyukur atas apa yang sudah Tuhan takdirkan. Ia tak pernah mengeluh, meski kadang rasa lelah menggerogoti diri.
Gadis itu membuka pintu ruang Osis dengan kasar. Napasnya tak beraturan karena berlari. Penampilannya berantakan dengan keringat yang membasahi dahi.
Pak Anwar, selaku pembimbing Osis menggeleng melihat Anzella yang terlihat kacau sekali. Anggota Osis yang lain menghela napas panjang sembari memperhatikan Anzella.
Anzella masuk dengan senyum canggung.
"Kamu habis dari mana, Zella?" tanya Pak Anwar. Intonasinya biasa saja, tapi terdengar tegas di telinga Anzella.
"Eung... Maaf pak, saya telat lagi." Anzella menunduk takut-takut.
"Sudah dua kali kamu telat. Besok jangan telat lagi. Jadi contoh yang baik untuk anggota Osis lain," ucap Pak Anwar.
Anzella mengangguk. "Siap Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Ya sudah, sekarang persiapkan semua program-program yang kamu buat bersama Nadine," ujar Pak Anwar.
Nadine yang disebut namanya, segera menghampiri Anzella.
"Ayo, aku bantu," tawarnya sambil tersenyum. Anzella membalas senyuman Nadine. Lalu, keduanya menyiapkan semua yang diperlukan saat rapat.
Di lain sisi. Azriel Adipati Wiragraha, cowok dengan rahang tegas dan air muka yang kaku, serta tatapan tajam yang mengintimidasi. Menatap nyalang siswa berseragam sekolah lain.
Erland tertawa mengejek, seperti sedang membangunkan jiwa gelap Azriel. Tangan Azriel mengepal kuat, jari-jarinya memutih dengan gertakan gigi yang terdengar samar.
"Gue gak pernah menyangka, kalo seorang Azriel bisa selemah ini." Erland tertawa dengan keras. Melupakan sudut bibirnya yang sudah mengeluarkan darah.
Azriel masih diam, mukanya sedikit melemah kali ini. Ia tidak mau berurusan dengan hama yang satu ini. Lagipula, Azriel malas meladeni manusia pembuat onar seperti orang yang ada di hadapannya.
"Oh, jangan-jangan lo masih bernostalgia dengan masa lalu? Duh, kayaknya lo gila deh," ucap Erland sarkastik.
"Pergi! Sebelum gue habisin lo di sini." Azriel hendak melangkah masuk, tapi tangannya ditarik oleh Erland, dan langsung mendapat bogeman mentah di pipi kanannya.
BUGH
Azriel memegang pipinya yang terasa nyeri. Azriel melirik sinis Erland yang kini tertawa puas, baru saja tangannya hendak melayangkan pukulan, tapi tiga cowok lain menghentikan pergerakan.
"Riel, inget ini depan sekolah," bisik Bagas.
"Iya, Riel. Jangan emosian, lebih baik kita pergi aja." Gibran, cowok itu menepuk bahu Azriel.
Gara mendorong sedikit bahu Erland."Lebih baik lo pergi deh, gak sadar lo lagi di mana?"
Erland terkekeh. "Tanpa lo kasih tau juga gue bakal pergi. Gue juga gak sudi ke sini, kalo bukan karena sesuatu. Dan, lo Riel. Sampai kapanpun gue gak akan berhenti buat hancurin hidup lo!"
Setelah mengatakan itu Erland menaiki motornya. Dengan tatapan tajam dan iris mata yang hitam dapat Azriel lihat. Bahwa kebencian Erland padanya, sudah sampai ke ubun-ubun. Dan, begitu juga dengan kebencian Azriel pada sosok Erland.
Azriel menatap punggung Erland yang sudah menjauh bersama motornya. Moodnya berubah drastis. Ia jadi malas untuk mengikuti pelajaran.
"Bolos, gue males," kata Azriel, lalu pergi mendahului ketiga temannya yang tampak bingung. Sedetik kemudian mereka menepuk jidat masing-masing dan berlari menyusul Azriel.
Memang tidak tahu diri seorang Azriel!
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzella
Teen FictionAnzella Larasati, seorang gadis sederhana yang memiliki otak di atas rata-rata. Jabatannya menjadi ketua osis membuatnya di segani banyak orang. Tapi Anzella adalah gadis yang dingin, ia tidak pernah berbicara kepada orang lain, ia hanya berbicara k...