Bab : 8

218 10 0
                                    

Happy Reading

*-*

I she shadows long beneath
The montain top . I'm not
The afraid when the rain won't
Stop cause you light the way
You light the way, you light the way

[Flashlight]

🎼🎼🎼


Azriel duduk di bangku panjang yang ada di rooftop. Cuaca hari ini tampak begitu cerah, Azriel memandangi awan putih yang berada di langit. Hati dan pikirannya menjadi tentang dan damai. Saat-saat seperti ini Azriel membutuhkan seseorang untuk menjadi sandarannya. Dulu saat Zillana masih ada, ia yang akan menjadi sandaran Azriel. Tapi sekarang, tidak ada sama sekali.

Azriel menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya hingga asap mengepul dari mulutnya. Azriel bukan perokok hanya saja ia akan menggunakan benda itu saat frustasi atau banyak masalah yang membuatnya kacau.

"Kenapa gue jadi kangen sama Zillana ya?" Azriel mengusap wajahnya dengan kasar. Kepalanya terasa pusing, ia memijat-mijat keningnya agar rasa pusing itu sedikit menghilang.

"Hidup gue itu seperti mati, gak berguna sedikitpun untuk orang lain. Banyak yang menginginkan gue mati, tapi kenapa Tuhan gak ambil nyawa gue?"

Azriel meringis, saat mengingat Papahnya yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada. Dulu papah adalah kebanggaan untuk Azriel, papah menyayanginya dengan begitu tulus dan juga papah selalu memberikan pelukan hangat saat Azriel kedinginan. Tapi, sekarang Azriel malah mendapatkan tatapan kebencian dari papahnya.

"Suatu saat gue bakal buktiin, kalo gue mampu menjadi orang sukses. Dan Azam akan gue hempas layaknya benalu yang menempel di kehidupan gue," ucap Azriel dengan keyakinan penuh. Ia harus percaya dan berusaha untuk membuktikan itu semua.

"Ular memang berbisa, tapi manusia lebih cerdik dari hewan buas." Azriel tersenyum penuh kemenangan.

•°•

Anzella berjalan sembari membawa buku-buku tebal menuju perpustakaan. Ia tampak kesulitan saat membawa buku tebal itu. Bagaiman tidak, bukunya sangat tebal dan Anzella harus membawanya sendirian. Sungguh mengenaskan.

Anzella merasakan gatal di kakinya. Membuat keseimbangan badanya berkurang dan semua buku jatuh berserakan di lantai dengan Anzella yang mengaduh, karena pelipisnya terkena ujung buku.

Darah mengucur dari pelipis gadis itu, "Aduh, berdarah lagi." Anzella membersihkan darah itu dengan tangannya.

Azriel yang sedang berada di lapangan mengamati Anzella dari sana, cowok itu menggeleng saat melihat kecerobohan Anzella.

Azriel membuang bola basket itu ke sembarang arah, lalu kakinya melangkah mendekati Anzella.

"Ceroboh banget jadi cewek," ketus Azriel, ia membungkuk kemudian mengambil beberapa buku dan menatanya hingga rapi.

Mata cokelatnya melihat darah di pelipis Anzella, "Pelipis lo berdarah."

Anzella mengangguk tanpa melihat Azriel yang kini menatapnya aneh, Azriel memberikan sapu tangan kepada Anzella, membuat gadis itu terdiam kaku.

"Pake ini, biar darahnya berhenti." Anzella mengambilnya dengan gugup, kenapa perasaannya begitu berkecamuk.

"Terima kasih," balas Anzella.

Azriel membantu Anzella untuk berdiri dan membawa buku itu dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain, menarik Anzella ke uks. Entah kenapa Azriel tidak suka melihat Anzella terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang