Bab : 6

180 12 6
                                    

Happy Reading

So please don't break my heart
Don't tear me apart
I know how it starts
Trust me I've been broken before
Don't break me again
I am delicate
I know how it starts
Trust me I've been broken before
[It's You - (Ali Gatie)🎼]

❤❤❤

Anzella membuka matanya yang terasa berat, rasa perih di pipi membuat gadis itu meringis, luka cakaran itu terlalu dalam. Arina yang melihat Anzella bangun langsung menghampiri gadis itu.

Bella, Teddy dan Halifah tidak tahu akan keadaan Anzella. Arina membantu Anzella untuk duduk. Rasanya sakit melihat Anzella seperti ini, luka dimana-mana membuat gadis itu menghela napas berat.

"Zell, maaf gue gak bisa jaga lo." Arina menunduk, ia mencoba untuk tidak menangis. Jujur saja Arina merasa bersalah karena sudah lalai. Anzella mengangguk pelan sembari tersenyum tipis.

"Aku gak apa-apa kok," lirih gadis itu seraya melayangkan tangannya di pucuk kepala Arina.

"Jujur gue ngerasa bersalah banget pas liat lo kayak gini, seharusnya tadi gue anterin lo, bukan malah ninggalin lo," oceh Arina panjang. Anzella terkekeh pelan, selalu saja berlebihan.

"Jangan gitu, kamu gak salah kok." Anzella berusaha meyakinkan Arina.

"Cerita! Kenapa lo bisa kayak gini?" Arina menatap Anzella dengan memohon. Anzella hanya diam, enggan untuk menceritakan hal yang paling ia benci.

"Zell, kok lo malah diem sih!" kesal Arina sembari memanyunkan bibir pinknya.

Anzella menghela napas berat, ia malas jika harus menceritakan apa yang ia alami. Anzella tidak terlalu suka urusan pribadinya menjadi sebuah pertanyaan.

"Rin, kita keluar aja yuk, aku gak betah," ucap Anzella mengalihkan pembicaraan. Arina memutar bola mata malas, ia tahu ini yang akan di lakukan Anzella untuk menutupi semua masalahnya.

Jujur Arina merasa bahwa Anzella tidak pernah percaya padanya dan yang lain. Ia selalu menutupi semua masalah yang menimpahnya, padahal Arina berharap bisa membantu Anzella. Tapi gadis itu tetap kekeh untuk tidak memberitahu Arina bahwa dirinya sedang kesusahan.

Arina diam memandangi Anzella yang kini sudah berdiri di lantai dengan nakas meja yang menjadi pegangannya.

'Zell, gue mau lo jujur. Sebenernya lo anggap kita sebagai teman gak sih, kenapa lo terlalu tertutup. Padahal, dulu lo sering bilang kalo gue dan yang lain harus terbuka, cerita kalo ada masalah, tapi lo malah ingkarin kata-kata yang pernah lo bilang sama kita' Batin Arina.

Arina menunduk sedih sembari berjalan mengikuti Anzella. Anzella menghela napas berat, tidak seharusnya ia tertutup seperti ini. Arina dan yang lain selalu ada disisinya tapi Anzella tidak pernah mau terbuka. Alasannya karena Anzella tidak mau menyusahkan mereka, Anzella tidak mau merepotkan mereka. Anzella lebih suka memendam sendiri daripada harus bercerita ke orang lain.

'Rin, terima kasih atas semuanya. Maaf kalo aku selalu menutup diri'

⭐⭐⭐

Azriel dan Bagas berjalan menuju ruang marching band, di sana sudah ada Gara dan Gibran yang sedang duduk sembari mencoret-coret kertas di meja. Azriel dan Bagas menghampiri mereka.

"Lagu apa tuh?" tanya Bagas seraya mendaratkan bokongnya di kursi kayu.

"Ini kita lagi nyari kunci gitar sama drum buat lagu yang judulnya cantik lumayan kan buat ngeluluhin hati gebetan," sahut Gara.

AnzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang