Bab 1

366 40 16
                                    

HAPPY READING

Dalam harapku dan inginku
Kau ada disana
Di setiap langkahku dan mimpiku
Kau ada disana

Mungkin suatu saat nanti
Kau dan aku bersama
Berdua kita jalin kasih
Dalam satu ikatan cinta

Oh Tuhan tolong
Jaga dirinya disana
Aku disini kan menunggu
Hingga diriku dan dirinya
Indah pada waktunya

Oh Tuhan tolong
Jaga dirinya disana
Aku disini kan menunggu
Hingga diriku dan dirinya
Indah pada waktunya

[Indah Pada Waktunya - Rizky Febian Feat Aisyah Aziz]

•••

BAB 1 : Pertemuan singkat

Pagi ini matahari tampak malu-malu untuk menyinari bumi. Kicauan burung-burung menjadi dentingan nada yang mengalun merdu di telinga Anzella. Dia menguncir rambutnya, kemudian menyambar almamaternya di atas kasur.

Anzella keluar kamar, tungkai kakinya dilangkahkan menuju dapur. Di sana sudah ada wanita paruh baya yang tampak terlihat cantik, sedang membuat teh manis.

"Pagi Bi," sapa Anzella. Bokongnya ia daratkan di kursi yang sedikit reyot.

"Pagi kesayangannya Bibi." Wanita yang dipanggil bibi itu berjalan mendekati Anzella dengan tangan yang membawa nasi goreng kesukaan Anzella, dan juga teh manis untuk pagi ini.

"Bibi." Anzella merengut tak suka saat pipinya dicubit gemas oleh sang bibi.

"Kenapa Anzella sayang?" tanya bibi.

"Jangan cubit, pipinya sakit," keluh Anzella. Bibi tersenyum dan mengecup pipi merah merona milik Anzella.

"Kalo udah dikasih cium, pasti sembuh." Tawa renyah bibi memecahkan suasana, Anzella terkikik geli melihat bibinya yang begitu bahagia saat menggodanya.

"Aku bukan anak kecil lagi, jadi bibi jangan perlakukan aku layaknya aku berumur 10 tahun. Aku kan udah umur 17 tahun." Anzella menopang kedua tangannya di dada.

"Iyah-iyah, Anzella itu udah besar. Kalo gitu sarapannya di makan dulu, bibi mau siapin kue-kue yang mau kamu bawa nanti."

Bibi beranjak pergi, meninggalkan Anzella yang tiba-tiba termenung. Mengingat tawaran temannya kemarin, untuk bekerja di cafe shop milik kakaknya. Anzella ragu, jika harus meminta izin kepada Bibi. Dia takut bibi tak mengizinkannya, pasti bibi akan marah dan bilang kalau Anzella tidak perlu bekerja, padahal bibi sendiri terlihat begitu kelelahan harus berdagang keliling. Belum lagi dengan cuci gosok, sore harinya.

Anzella meletakan dagu di tangannya. Dia sedang berpikir, bagaimana caranya agar bibi mengizinkannya bekerja. Anzella harus punya alasan yang jelas dan masuk akal.

Setelah lama berpikir, Anzella mengangguk kepala sambil tersenyum tipis. Lalu, memakan sarapannya yang sudah dibuat oleh sang bibi.

"Zell, ini cuma ada 50 kue. Bilang sama Bu Narsih, sekarang sedikit dulu soalnya hari ini udah ada pesanan 200 kue." Bibi meletakan keranjang kue di meja.

Dahi Anzella mengerut. "Serius Bi? Alhamdulillah."

"Iya, Alhamdulillah. Makanya, pulang sekolah kamu bantu bibi buat kue ya."

Anzella terdiam sejenak, dia bingung harus apa sekarang. Anzella takut kalau bibi tidak setuju, akan usulannya untuk bekerja.

Anzella mengigit bibir bawahnya. "Hmmm... Bi, kalo Zella kerja boleh gak?" tanyanya.

AnzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang