Part 4

1.2K 103 10
                                    

Selamat membaca,
💐💐💐💐

"Mike and the beer, huh?" ejek Mike sembari menatap kaleng bir yang dia genggam lantas menyesap pelan.

Mike menertawakan dirinya yang tengah menikmati bir kaleng seolah itu white wine favoritnya. Dia sadar jika terlihat konyol setelah mendapatkan satu kecupan pipi dari wanita yang sampai sekarang Mike belum tahu siapa namanya.

Kecupan? Mengingat itu membuat Mike kembali tersenyum. Bukankah selama ini dia mendapatkan apapun melebihi kecupan. Lantas kenapa Mike bertindak bak kucing yang tengah malu-malu.

"Konyol," ujar Mike sembari terkekeh.

"Kau baik-baik saja, Mike?" tanya Daniel berdiri di sebelah Mike.

"Beer? Really?" ejek Daniel sembari terkekeh.

Mike menaikkan kedua bahunya, tidak peduli dengan ejekan Daniel.

"She's so fucking cute," ujar Mike tiba-tiba hingga membuat Daniel tersedak.

"Who?" tanya Daniel penasaran.

"Wanita yang kau kirim untuk menyelamatkanku. Aku bertemu dia hari ini," jawab Mike.

"Uhuk," Daniel tersedak.

"Dia bersamaku memergokimu," ujar Mike menetap Daniel dengan pandangan mengejek.

"Uhuk ... uhuk ...." Kali ini Daniel benar-benar terbatuk-batuk.

Mike menggelengkan kepala. Daniel begitu menutup rapat akses dirinya mendapatkan informasi tentang wanita itu. Namun sayang celah itu terbuka sendiri tanpa Mike duga juga.

"Bagaimanapun usahamu menutup informasi tentang dia, sepertinya Tuhan lebih memihakku kali ini," ujar Mike menepuk bahu Daniel sebelum beranjak pergi.

Mike berhenti, menoleh pada Daniel yang tengah sibuk mengumpat. Mike tidak peduli bagaimana respon Daniel. Mike tidak akan menyerah untuk menemukan cara mendapat informasi tentang wanita itu. Kali ini Mike tidak peduli siapa yang dia hadapi, dan seberapa bahaya itu.

"Oh, ya. Aku lupa berterima kasih atas kecupannya," ujar Mike santai yang disambut umpatan Daniel bahkan teriakan ancaman Daniel tak dia hiraukan.

Mike tidak akan melepas begitu saja wanita yang sudah membuat jantung Mike bergetar. Tidak semudah itu.

Semantara di tempat lain, Kathleen tengah duduk sembari menatap langit gelap. Pikiran Kathleen melayang ke segala arah. Secangkir kopi panas bahkan sudah dingin tanpa tersentuh.

Kathleen tengah kecewa dengan pihak kepolisian terkait hasil penyelidikan atas penyerangan di Red Bean beberapa haru lalu. Dalam konferensi pers, polisi menyampiakan jika pelaku hanya geng lokal, dan tidak ada motif apapun selain perampokan. Serta tidak ada siapapun yang memerintahkan mereka melakukan penyerangan.

Hal itu cukup jelas jika dalang di balik penyerangan bukan sembarang orang. Hingga membuat polisi mengabaikan bukti yang dikirim Ryan. Hingga salah satu petinggi di kepolisian meminta Ryan untuk tidak lagi ikut campur.

"Sialan! Mereka pikir bisa lari dariku!" gumam Kathleen menyesap kopi hitamnya.

"Tidak biasanya kau minum kopi di jam segini," tanya Ryan ikut duduk di sebelah Kathleen.

"Kau sudah lihat beritanya?" tanya Kathleen pada Ryan.

"Ya. Apa itu akan membuat kita menyerah?" tanya Ryan sembari menyesap kopi hitamnya.

"Me? No, never! Akan aku buat dia membayar berkali-kali lipat," jawab Kathleen geram.

"Yah, aku akan melubangi kepala mereka setelahnya."

Being in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang