Satu hari setelah pengakuan Eliza, Kathleen mengantongi informasi tentang Roxy. Pria itu bekerja sebagai bartender di Exon. Pekerjaan sampingan lebih tepatnya. Pekerjaan utama Roxy sendiri menjadi salah satu tangan kanan pimpinan Bloody.Bloody, mafia dengan bisnis pembunuh bayaran, serta perdagangan senjata. Namanya cukup di segani. Tidak satupun yang bisa mengusik Bloody, FBI sekalipun. Hingga kini teka-teki siapa pemimpin kelompok itu masih menjadi misteri.
Bloody adalah otak di balik penyerangan. Anehnya tidak ada satupun anggota Bloody yang diamankan. Polisi malah mengamankan geng lokal yang tidak ada hubungan apapun dengan Bloody.
Kathleen ingin memastikan siapa klien Bloody. Dengan berani ia memutuskan untuk menemui Roxy sendiri. Kathleen menolak pengawalan. Karena tujuannya datang hanya untuk berbicara. Bukan untuk menyerang.
Keputusannya itu membuat Ryan berang. Mereka sempat beradu argumen dengan sengit. Hingga Kathleen terpaksa menerima keputusan jika Damian datang bersama dirinya secara terpisah. Mereka saling mengawasi dari jauh.
Tak heran jika Ryan menang dalam perdebatan. Sejatinya Ryan bukan tipe pria yang berperinsip jika wanita selalu benar dan pria selalu salah.
Kathleen mengendarai mobilnya dengan pelan. Ia sudah melumpuhkan segala macam penyadap yang dipasang secara tersembunyi Ryan.
Kurang dari lima ratus meter mencapai Exon. Kathleen mendengus kesal dengan satu suv keluaran Chevrolet yang sedari tadi mengikutinya. Kathleen memilih mempercepat laju dan membelokkannya ke gang kecil. Ia keluar dari mobil. Memilih sembunyi dibalik sebuah pilar besar di salah satu bangunan.
Benar saja mobil itu ikut berhenti tidak jauh dari mobil Kathleen. Ada dua orang pria. Mereka tidak turun. Memilih mengawasi dari dalam mobil dengan kaca yang sengaja di buka pada sisi penumpang.
Kathleen memilih berjalan menunduk. Menghindari dirinya tertangkap dari pantulan kaca spion. Sampai tepat di samping pintu penumpang. Kathleen meraih leher pria di sisi penumpang kemudian menodongkan pistol pada kepalanya. Sedangkan pria di balik kemudi dengan sigap langsung mengarahkan pistolnya pada Kathleen.
"Buang senjatamu!" Kathleen berseru seraya menarik sedikit pelatuk pistolnya. Sang pria di balik kemudi segera membuang pistol kearah kursi belakang.
"Bos, jangan bunuh kami, Bos!" ujar pria yang menjadi sandra Kathleen.
"Aku tidak suka diikuti! Bilang pada bosmu!"
"Nona juga bos saya!" balas pria di balik kemudi. Bukan merasa kasian Kathleen kembali menekan pistol pada kepala sanderanya.
"Bosmu Ryan! Aku tidak punya anak buah tukang nguntit seperti kalian."
"Ki ... kita hanya menjaga Nona. Tidak ada maksud lain," jawab pria di balik kemudi dengan sedikit gemetar.
"Kalau mau menjaga harusnya bilang! Tidak membuntutiku seperti itu! Paham!"
"Bodoh! Ganti pakaian kalian. Aku sudah bilang Jangan perlihatkan identitas! Mau aku ajari ulang?!"
"Tidak, Nona. Kami paham."
"Pulang kalian. Awas kalau kalian masih mencari masalah. Aku lubangi kepala kalian!" ancam Kathleen segera berlalu.
"Cantik tapi galak, tak heran jika dia tak memiliki kekasih!" gerutu pria di balik kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being in Love
ActionAku pernah mencintai jauh sebelum aku membenci, hingga aku lupa akan rupanya. Aku pernah mencintai dalam, melebihi dasar lautan, hingga aku lupa daratan. Aku pernah mencintai tinggi hingga aku lupa jika aku tak bersayap. Yang tak aku ketahui apakah...