Mike kembali melumat bibir candunya dengan lembut. Menyesap rasa manis hingga membuat darahnya berdesir. Tak sekalipun, Mike memberi kesempatan pada sang pemilik bibir untuk mengambil napas. Entah sudah berapa menit. Toh tidak akan membuat mereka kehilangan nyawa, pikir Mike.Mike mulai berpindah menuju leher menawan—yang selama ini hanya bisa dia lihat.
"Mike ...." Suara indah yang mengalun dari bibir Kathleen membuat Mike semakin menggila.
Plak ....
"Aduh ...." Mike mengaduh saat sebuah tangan mendarat di kakinya.
Mike mengerjap membuka mata mendapati Kathleen berdiri di samping ranjangnya dengan menenteng selimut yang biasa dia gunakan. Wanita itu berhasil menarik selimutnya.
Mike mengedarkan pandangan. Sial, dia merutuk dalam hati kala mimpi yang mengancam kesehatan jiwanya itu, selalu menghiasi tidurnya. Semakin intens sejak dia merasakan bibir wanita itu dua hari lalu.
Mike dibuat frustasi. Terlebih saat Kathleen bersikap biasa saja. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa sama sekali. Jika wanita lain, mungkin Mike juga bersikap sama. Tidak mempermasalahkan sebuah ciuman. Tapi ini Kathleen. Mike tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Masih jelas di ingatan Mike bagaimana mereka saling membalas, bahasa tubuh mereka menginginkan lebih. Namun entah bagaimana sebuah tato telapak tangan tercetak pada pipi Mike. Tanpa kata Kathleen meninggalkan Mike yang tercengang bodoh.
Mike membiarkan Kathleen berlalu. Tidak mengejar ala-ala cerita dongeng pengantar tidur. Dia juga merasa marah saat Kathleen menamparnya. Bukankah mereka saling menikmati. Lantas kenapa malah tamparan yang Mike dapat.
Mike menatap Kathleen yang memalingkan wajah, mungkin karena Mike dalam kondisi topless hanya menggunakan boxer. Tanpa berkata apapun Mike berlalu menuju kamar mandi, meninggalkan Kathleen yang tengah berdiri di samping ranjangnya. Mike masih kesal dengan wanita itu. Harga diri Mike tertampar. Dua kali sudah Kathleen menamparnya.
Satu jam dia menghabiskan waktu di dalam kamar mandi. Ada sesuatu yang harus dia tenangkan selain hatinya.
Mike melihat setelan jas yang disiapkan Kathleen berada di atas ranjangnya. Mike mengambil dan mengenakannya.
Mike hanya kesal. Tidak berarti dia harus bersikap kekanakan. Dia masih menginginkan Kathleen dengan porsi yang semakin lebih. Bukan secara fisik. Mike ingin menggapai hati Kathleen. Dan Mike akui jika dia benar-benar jatuh hati pada wanita itu. Kali ini Mike akan merubah semua skemanya.
Mike menyerngit heran mendapati meja makannya penuh dengan makanan yang Mike tahu salah satu makanan khas negara tetangganya, Indonesia. Tumben. Mike menatap Kathleen yang tengah berdiri di samping meja dengan pandangan menyelidik. Apakah mungkin Kathleen mengerjainya tentang urusan dapur. Pertanyaan itu seolah berputar-putar di kepalanya.
"Mama yang memasak, katanya kamu suka pecel buatannya. Dia memaksaku membawakannya untukmu." Kathleen menjelaskan seolah tahu beragam pertanyaan yang akan Mike ajukan.
Mike tahu jika Aline, ibu dari Daniel dan Kathleen berasal dari Indonesia. Wanita paruh baya yang membuat Mike selalu ketagihan masakannya sejak Mike menganal Daniel delapan tahun silam. Mike kira Kathleen juga mewarisi bakat membuat makanan enak seperti Daniel. Namun sayangnya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being in Love
ActionAku pernah mencintai jauh sebelum aku membenci, hingga aku lupa akan rupanya. Aku pernah mencintai dalam, melebihi dasar lautan, hingga aku lupa daratan. Aku pernah mencintai tinggi hingga aku lupa jika aku tak bersayap. Yang tak aku ketahui apakah...