O1

500 72 4
                                    

Pagi ini Subin udah berada di depan rumah Isabell dari beberapa menit yang lalu, tapi yang ditunggu gak kunjung muncul. Sebenernya dia pengen banget mampir bentar, tapi dilarang Isabella karena dia sebentar lagi selesai siap-siap.

Cowo itu baru pengen turun dari motornya, tapi dia urungin begitu ngeliat sosok yang dia tunggu sedaritadi keluar dari rumahnya. Dengan meneteng helm di tangannya, cewe itu menghampiri Subin yang sudah siap di motornya. Pagar rumahnya dibuka secara tidak sabaran oleh Isabella, sedangkan Subin hanya memperhatikan gerak-geriknya dari atas motor.

Alis Subin terangkat begitu merasa kalo temannya lagi dalam mood yang gak bagus dilihat dari mukanya yang tertekuk.

"Masih pagi udah jelek aja dih." celetuk Subin dengan nada menggoda. Namun, yang diterima Subin selanjutnya ialah sebuah pukulan yang lumayan kuat di punggungnya.

"Berisik." Isabella berdecak, dan beranjak naik ke atas motor.

"Galak amat" cibir subin, kemudian menolehkan kepalanya ke belakang, menatap sang lawan bicara.

"Mau sarapan dulu gak?" Tawarnya.

Isabella menggelengkan kepalanya, sambil memutar kepala Subin ke arah depan, "gak mau, gak mood." tolaknya dengan ketus.

Subin ketawa kecil ngedenger jawaban Isabella, lalu menjalankan motornya beranjak pergi dari situ.

++

Sampai di parkiran sekolah, Isabella langsung turun dari motor dan menyerahkan helmnya ke Subin. Kemudian, beranjak pergi meninggalkan Subin yang masih di parkiran.


Di jam setengah tujuh ini, sekolah masih sepi, soalnya terbilang masih pagi juga sekarang. Jadi gak banyak murid yang berlalu-lalang di sana.


Untuk hari ini Subin dan Isabell berangkat lebih awal karena biasanya mereka dateng gak sepagi itu, minimal jam 7 lewat dikit baru sampai di sekolah.

Sesampainya di kelas, Ia langsung duduk dan membuka tasnya, mencari ikat rambut yang dia masukin ke dalam tas sebelum berangkat, "Perasaan gua bawa deh tadi."

Masih sibuk dengan tasnya, Isabella gak menyadari Subin yang masuk ke kelasnya. Dari depan pintu kelas, matanya melihat ke arah Isabella yang lagi rusuh banget sama tasnya, dan hendak menghampiri kursi di mana cewe itu duduk.

Tanpa babibu, Subin langsung duduk di kursi yang masih kosong di sebelah Isabella. Siempunya belum datang. Isabella cuma melayangkan tatapan sinis ke Subin, "ngapain disini?" tanyanya.

Subin naikin sebelah alisnya sambil memperhatikan Isabella, "Lagi red day, ya? Pantesan galak gini, sakit gak perutnya?" tanyanya dengan santai.

"Diem anjing."

Mendengar umpatan itu, Subin langsung mengangguk paham. Tangannya bergerak ke arah kepala Isabella, merapihkan rambutnya hendak mengikatnya. Dia nunjukin iket rambut yang ada di tangannya ke temannya itu, "punya lu kan ini?"

"Oh, lo yang ngambil ya?!" tanyanya dengan tidak santai.

"lu yang jatohin di parkiran tadi, Bu."

Baru aja Isabella ingin meraihnya, tapi Subin udah duluan narik tangannya menghindar. Kemudian, tangannya mengikat rambut Isabella dengan telaten dan hati-hati, bener-bener dihayati sama dia biar hasilnya memuaskan dan bikin dia seneng.

Isabella hanya diem dan beralih mainin handphone-nya. Membiarkan Subin ngelakuin apa yang dia mau, daripada energinya kebuang abis ngomenin Subin.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Subin pun mengajak Isabella untuk ke sarapan di kantin. Selain laper, dia juga udah agak gabut karena handphone-nya ditinggal di tas.

Isabella menggelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone, "Lo aja, gue gak laper."

Subin berdeham, kemudian narik paksa handphone Isabella hingga terlepas dari tangan si pemilik. Dengan segera, dimasukin ke kantong celananya.

Isabella memberikan tatapan malas ke Subin, sambil berdecak pelan. Kesel bener dia tuh pagi ini, udah acak-acakan moodnya, ditambah lagi dateng bulan pula.

"Gausah menel bisa gak sih? kalo mau ke kantin yaudah sana, gue gak mau." ketusnya sambil ngeliatin Subin jengkel.

"Lo belom sarapan, ntar sakit perut ngoceh-ngoceh, nyusahin orang." balas Subin.

"Oh, jadi gue nyusahin lo?" tanya Isabella sembari mengangkat alisnya sebelah, gak lupa tatapan sinis yang diberikan ke Subin.

Subin menghela napas dan bangun dari duduknya, tangannya menarik tangan Isabella agar cewek itu berdiri. Isabella sendiri nahan badannya agar gak bangun, dia udah semales itu buat jalan.

"Minta gue gendong ya lo?" cibir Subin, gregetan sama temen cewenya ini, berdiri aja berasa lagi ditagih uang kas.

Dengan terpaksa cewe itu berdiri terus jalan duluan ninggalin Subin di belakang yang lagi gelengin kepalanya sambil mencoba buat sabar.

"Buruan dih, lelet banget ngapa sih." dumel Isabella yang udah berdiri depan pintu, ngeliatin Subin yang masih berdiri di tempat duduknya Isabella.

"Tadi bilangnya gak mau," ledek Subin yang ngikutin suaranya Isabella tadi, udahnya ketawa sendiri.

"Bacot, Bin."

Cowo itu berdiri depan Isabella, ngacakin poni si cewe, ngebuat si pemilik berdecak kesal, "Tangan lo minta gua patahin beneran, poni gue berantakan, sialan."

Subin cuma nyengir, "ampun kanjeng ratu." dia narik cewe yang lebih pendek darinya itu agar ngedeket ke dia dan merangkulnya.

"lagian galak amat kek anjing tetangganya kak Hanse."

"mau mati lo?"


"bercanda, sayang."


Normal kah sayang-sayangan sama temen? Emangnya boleh se-mesra ini sama temen????

friendshit, jung subin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang