Atma (Dia kenapa?)

3 0 0
                                    

Minggu, 01 Desember 2019.

Malam itu hujan turun.
Deras..
Ku terjang jatuhnya air hujan
Ku tahan setiap letupan air  yang jatuh di muka.
Tak disangka sudah hampir sampai.
Mencari tempat parkir.
Air hujan malam itu sangat ribut.
Seakan yang seharusnya ku harus biasa saja
Tanpa terburu dan tergesa.
"Kenapa sih kan cuma air?"
Tapi tetep ajaaa lari, mencari peneduh.

Ku lari ketepi sebrang jalan.
Disana sudah ada 2 temanku;
Zalfin..
Nisa..
Bisa dibilang kami sahabatan.

"Huh.. yah basaahh dehh untung bawa jaket dua" gurauku.

Kulihat zalfin dan nisa sudah berada di pojok kursi dekat pintu masuk. Mata nisa melihat ke arahku.

"Tarik kursinya ian". Ucap nisa.

Tanganku sembari menarik kursi tapi mataku tertuju kepada zalfin, yang ketika aku datang pandangan dia tak sedikitpun melihat kearahku, pandangan dia kosong.

" Dia Kenapa nis?". Tanyaku.
"Gatau dari tadi juga gua datang udah gak enak tu muka". Jawab nisa nada nyindir.
"Tambah gareem biar enak".
"Ahahahaha".

Aku dan nisa tertawa bersama. Tapi tetap saja zalfin tidak merespon sedikitpun.

"Lu kenapaa?". Tanyaku ke zalfin.

Dia hanya diam sambil menatap yang tidak tau apa yang dia tatap.

"Kenapaaa! (Sambil mencabut bulu kakinya)"

Dia menerima rasa sakit dari bulu kakinya yang ku cabut. Zalfin menatap ke arahku.

"Gapapa". Ucapnya tegas.

Aku dan nisa ngobrol seperti biasa, dan menghiraukan zalfin yang tidak tahu dia kenapa.

Kami berdua kehabisan topik pembicaraan. Kita sama sama diam dan main handphone.

"Kita kan keluar buat bercerita yak, kenapa pada diem. Ayolaaa cerita."
"Lu kenapa nis?"
"Dii? Lu kenapa di?"
"Ada cerita apa hari ini?"

Tanya zalfin sambil membenarkan tas mini nya yang warna biru.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang lain. Dia yang katanya pandai berpura-pura untuk tidak terlihat kenapa-kenapa. Justru sifat dan sikap dia sendiri yang menonjolkan kalau dia itu sedang tidak kenapa-kenapa.

Atma ku seakan berteriak.
Rasa ku seakan kecewa.
Bingung..
Harus apa?..
Ayolaahhh ceritaa.
Apa dia berpikir jika cerita tak akan ada saran yang pas yang dia dapat dari seorang aku ataupun Nisa.

Hujan sudah reda.

"Pindah tempat yuk. Bosen". Seru zalfin.

Kami bertiga beranjak meninggalkan kedai yang tadinya kedai kopi, tapi sudah dihuni oleh kedai nasi goreng.

Kami beranjak menuju ke pinggiran sungai Cisadane yang berada di kawasan Tangerang.

Suasana malam itu sangat sendu, dingin, sunyi, sedikitnya kendaraan yang lalu lalang.

"Yaallahhh apa salahkuuuuu". Teriak zalfin.

Aku dan Nisa saling bertatap muka.
Kita sama sama diam.

Dan sedikit ku bergumam.

"Tenangkan hati, Ini bukan salahmu".

Malam itu aku dan nisa pulang duluan. Karena melihat khawatirnya orangtua kepada kita sebagai kaum hawa harus pulang cepat.

Berat rasanya ku melangkahkan kaki tuk beranjak.

Ku berjalan menuju parkir motor. Ku lihat ke arah zalfin yang sedang duduk tertunduk dan terdiam sembari mengelus kucing jalanan.

Selebelum ku stater motor.

"Nis? Dia kenapa si?" .tanyaku sambil berbisik.
"Lu lah tanyaaa. Biasanya kan dia curhatnya ke lu". Jawab nisa sambil stater motor.

Kami berdua pamit dan beranjak pergi meninggalkan zalfin seorang diri disana. Yang tidak asik malam ini.





ATMA (Jiwa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang