Sayang

9 1 0
                                    


" Iyah ini rumah aku "

Kafka memasukkan motornya ke halaman rumahnya ini, aku mengikutinya dari belakang.

" Sini aku copotin "

Dia memegang pengait helm yang ku gunakan dan membantuku untuk melepaskannya.

" Tadi aja gak di pakein, sekarang so so an di bukain "

" Iyahh maaf, lain kali aku buat jasa pasang dan lepas helm deh "

" Eh jangan "

Aku mencubit perut kafka.

" Aww " Rintihnya.

" Pelanggannya cewe atau cowo? " Tanyaku dengan polos.

" Ya cewe lah, jiji dong kalau cowo "

Aku mencubit perutnya lagi.

" Sakitt rei "

" Iyah engga ko "

" Aku kan bos nya, biar pegawai aku aja yang ngelakuin itu "

" Kalau bos kan pelanggannya khusus "

" Cuma kamu aja "

Aku tersenyum geli.

" Ehh gembel deh "

Aku beranjak menuju depan pintu rumah kafka.

" Ayo masuk "

" Jangan malu malu "

" Anggap aja rumah sendiri "

Kafka terkekeh sambil memegang perutnya.

" Woyyy itu rumahku "

" Iyah gue tau ko "

Aku melipat tanganku di depan dada.

" Tapi kan nanti bakal jadi rumah gue juga "

Kafka tersenyum lebar mendengar ucapanku. Dia menggeleng pelan tak percaya pada apa yang baru saja aku katakan.

" Ko kamu gemeshinn sih? "

Kafka menghampiriku lalu mencubit kedua pipiku dengan ekspresi gregetnya.

" Aduhh sakit ka "

Aku mengelus pipiku.

" Uuuu tayang tayang, pipi dede sakit ya? Sini kaka usapin deh "

Dia mengelus lembut kedua pipiku.

Sikapnya saat ini membuat pipiku berubah menjadi merah merona.

Sungguh, aku masih tak percaya pada perlakuan kafka kepadaku.

Sangat, sangat, sangattt jauh berbeda dari sikapnya dulu padaku.

" Ko dede sih? Emangnya tukang es di kantin "

" Kan tadi panggil aku ka "

" Maksud aku itu ka kafka bukannya kaka "

" Udah udah deh, ayo masuk "

Kafka mendorong tubuhku untuk masuk ke dalam rumahnya.

Lalu dia menyuruhku untuk duduk di sofa ruang tamu.

" Buuu, buuu mirnaa.. "

Dengan langkah agak terburu buru seorang wanita paruh baya menghampiri kami.

" Iya ada apa den kafka? "

" Bu kenalin, ini Reina calon istriku "

Aku tersenyum manis padanya, meskipun ucapan kafka membuat jantungku berdetak kencang.

BEST PARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang