Cemburu

9 1 0
                                    


Kafka, bian, reza, dan dimas menaruh tubuh salsa di atas kasur UKS.

Kami semua saling menatap, tak mengerti apa yang sedang terjadi dan apa yang harus kami lakukan sekarang.

" Ini semua gara-gara lo kaf, omongan lo itu nyakitin salsa " Maya mulai berargumen.

" Loh ko gue sih? Kan dia yang nyamperin gue, seharusnya dia udah tau dong konsekuensi nya "

" Udah dong jangan bikin ribut di UKS " Bian mencoba menenangkan keadaan.

Aku masih sibuk memberikan minyak kayu putih di kepala, hidung dan tangan salsa.

Itu setauku, meskipun aku tidak benar-benar paham soal mengurus orang pingsan.

" Menurut gue, ini agak aneh sih. Apa gak terlalu drama cuma karena hal sepele dia langsung pingsan " Kata reza dengan gerak gerik meyakinkan kami.

" Gue juga mikir gitu " Dimas setuju dengan ucapannya.

" Heh maksud lo salsa pura-pura pingsan? Ya gak mungkinlah "

Maya tak percaya jika salsa bisa melakukan hal itu, padahal sebenarnya aku juga berpikir hal demikian.

" Mana ga ada yang piket UKS lagi " Bian mendengus kesal.

" Kalau menurut gue mending kalian berempat keluar aja deh "

Aku terpaksa harus menyuruh keempat makhluk itu keluar dari UKS, aku hanya merasa kasihan pada salsa jika nanti ia terbangun rasa malunya pasti akan bertambah naik.

Bian seketika memegang bahuku, kejadian ini membuat aku dan dia jadi perhatian kami semua.

Bahkan aku melihat sorot mata kafka yang begitu membara, dia menahan amarahnya.

" Yaudah kita tunggu di luar ya, kalau ada apa-apa panggil aja "

Aku hanya mengangguk mendengar ucapan bian.

Mereka beranjak pergi dari tempat ini, setidaknya aku merasa agak lega sekarang.

" Rei, salsa bener pingsan atau cuma pura-pura sih? "

Sebelum aku menjawab pertanyaan maya, salsa secara tiba-tiba bangun dari pingsannya. Ia langsung duduk di hadapanku dan maya, kami berdua kaget pastinya.

" Rei, may "

Salsa langsung menangis terisak, bahkan air matanya mengalir dengan deras.

Aku dan maya berusaha menenangkan salsa.

" Sal, lo cuma pura-pura ternyata. Gue sama Reina khawatir sama lo sal "

" Salsa lo yang tenang ya "

Aku bisa melihat dengan jelas jika tangis salsa membuat ia cukup merasakan sesak di dadanya.

" Gue malu, gue gak tau harus gimana lagi buat kafka suka sama gue "

" Kenapa dia tega sama gue? "

" Apa perjuangan gue selama ini ke dia masih kurang? "

" Gue kurang apa sih? Apa gue kurang perpect buat dia? "

Ya, salsa benar. Sebenarnya salsa kurang apa di mata kafka? Dia cantik dan secara fisik bisa di bilang idaman banyak lelaki.

Salsa juga sama persis sepertiku, yang membedakan kami hanya dari dandanannya. Aku lebih menggunakan make up natural saja yang cukup simple sedangkan salsa terlihat lebih wahhh.

" Gue bakal ngomong sama dia sal, siapa tau aja dia berubah pikiran "

Salsa segera menahan maya.

BEST PARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang