Bilik 1: Hujan Baru

1.6K 183 33
                                    

"Perkenalkan semua, namaku Hujan Kalandra Rafardhan. Kalian bisa memanggilku Hujan atau Uja. Aku dari Bandung, tapi tidak bisa bahasa sunda," Ucap lelaki manis dengan kedua pipi sedikit berisi, terlihat lebih manis kala ia tersenyum ramah. Senyum ramah tak lepas dari bibir ranumnya.

Rambut yang ditata rapi dengan kacamata bulat menghiasi wajah kecilnya, sangat diingat jelas oleh para penghuni kelas sebelas IPA 2. Adegan Hujan yang sempat salah tempat duduk pun juga jelas diingat oleh mereka.

Kejadian itu sudah tiga bulan lalu. Sekarang Hujan sudah kenal dekat dengan teman sekelasnya, hanya beberapa saja yang memang sulit untuk berbaur dengan orang baru. Hanya butuh waktu 3 bulan Hujan mampu mengikat hati para guru dan sebagian besar siswa di sekolah barunya.

Selama tiga bulan pula, dia sangat penasaran dengan pemilik tempat duduk yang sempat ia salah duduki.

"Bintang telat lagi ya, Fel?" Tanya Hujan kepada Felix yang masih sibuk menyalin pekerjaan rumah dari buku tulis Hujan. Yah, biasa anak muda ketika lupa mengerjakan tugas.

Felix, teman sebangku Hujan mengangguk acuh tak acuh, tugasnya lebih penting.

"Hoii jangan rebutan dong!! Nanti buku Hujan sobek!!" Teriakan cempreng Yeye menggelegar sampai ke setiap sudut ruang kelas.

Memang bukan hanya Felix yang menyalin namun hampir seluruh siswa di kelas ini juga ikut menyalin.

Kring

Bersamaan dengan bunyi bel, seorang pria berambut hitam nyentrik masuk ke dalam ruang kelas lalu menyapa siswa-siswanya dan menanyakan tugas yang beliau berikan satu minggu yang lalu.

"Belum, pak Setiaaa!!!" Teriakan seluruh siswa jelas terdengar memekik di ruangan bernuansa putih bersih itu.

Tiba-tiba dari arah pintu masuk kelas datang seorang lelaki tampan namun tanpa senyum. Tanpa menyapa sang guru yang sudah datang lebih dahulu, lelaki berambut hitam agak panjang untuk ukuran rambut seorang siswa itu langsung menuju tempat duduknya.

"Bintang! Kamu tidak sopan sekali!" tegur sang guru. Teriakan pak Setia hanya menumpang lewat di telinga Bintang, si lelaki tadi.

Hujan yang melihat Bintang melewati dirinya langsung tersenyum dan menyapanya, "Hai, Bintang."

Memang sudah menjadi kebiasaan Hujan untuk menyapa Bintang tiap kali mereka bertemu. Dan seperti biasa Bintang acuh tak acuh dengan sapaan Hujan tersebut.

"Fel-" bisik Hujan, ia tak mau dimarahi oleh pak guru Setia karena mengobrol di saat mata pelajaran beliau. "Hm?"

"Kamu tak mau bercerita mengenai Bintang ? Aku sudah tiga bulan ini berusaha mendekatinya tapi tidak berhasil. Penasaran ini dengannya," Hujan masih berbisik, kalimat yang ia lontarkan panjang jadi ia berusaha untuk berbisik sangat sangat lirih. Setelah mendapat bisikan jawaban mengiyakan dari Felix, Hujan tersenyum bahagia.

"Bagi yang tak mengerjakan tugas Matematika hari ini, silakan meninggalkan kelas dan kerjakan di Perpustakaan," ucap pak Setia kepada para siswanya. Bertepatan dengan kalimat itu berakhir, Bintang berdiri dari tempat duduknya dan keluar untuk meninggalkan kelas tanpa pamit kepada siapa pun. Hujan hanya dapat menatap punggung Bintang yang semakin menjauh sebelum ditelan pintu kelas.

 Hujan hanya dapat menatap punggung Bintang yang semakin menjauh sebelum ditelan pintu kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan untuk Bintang | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang