Bilik 5: Terima kasih

995 154 34
                                    

Hari ini adalah hari pertama Bintang mulai menjemput Hujan.

Tin tin.

Klakson mobil Bintang terdengar di pekarangan rumah Hujan. Hujan masih di depan rumah untuk memakai sepatu hitamnya. Dari arah dalam rumah muncul bunda Soya yang membawa segelas susu putih hangat. Dia memang tak pernah lupa untuk meminum susunya, ralat bunda Soya yang tak pernah lupa mengingatkan Hujan untuk meminum susunya.

"Susunya jangan lupa, supaya cepat tinggi seperti bunda sama ayah," Bunda Soya berucap sembari menyerah gelasnya pada Hujan.

"Iya, Hujan mah tidak tinggi-tinggi beda dengan bunda maupun ayah," Hujan cemberut lalu mulai meminum susunya. Bunda Soya tersenyum, "Uluh uluh putra bunda marah, sini bunda cium dulu," Bunda Soya berujar lalu Hujan mendekatkan pipinya, siap untuk dicium sang bunda.

"Ya sudah, Uja berangkat dulu, Bun," Setelah berpamitan, Hujan berjalan menuju mobil Bintang dan diikuti Bunda Soya di belakangnya.

"Tante titip Hujan ya Bintang. Jangan ngebut-ngebut menyetirnya," Pinta Bunda Soya. Bintang mengangguk mantap.

Hujan masuk ke mobil tapi dia masuk di bagian kursi belakang.

"Kenapa di belakang ? Kamu kira aku taksi ? Duduk kursi depan, Ja," Bintang berujar. Dan Hujan pun keluar dari mobil lalu berpindah ke kursi depan.

Bintang mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Bintang mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu telah berlalu. Sejak saat itu, Bintang selalu antar-jemput Hujan sewaktu sekolah. Sudah seperti sopir memang, tapi Bintang senang. Dia akhirnya menemukan seseorang yang bisa menjadi temannya setelah 17 tahun dia hidup. Well, selain mama, papanya saja tak sedekat hubungan dirinya dan Hujan sekarang. Dan setelah permintaan maaf dirinya dengan papanya, hubungan mereka menjadi sangat baik. Bintang sudah tak lagi mementingkan egonya sendiri begitu juga dengan papanya. Ini semua berkat Hujan, Bintang bersyukur sekali dapat bertemu dan kenal dekat dengan Hujan. Hujan sudah seperti hadiah dari Tuhan untuk Bintang sebagai pengganti mamanya.

Hari ini seperti biasa, Bintang menjemput Hujan ke rumahnya. Namun kali ini lumayan pagi daripada biasanya, karena Bintang diminta ikut sarapan di rumah Hujan. Kata bunda Soya, "Daripada kamu sarapan di sekolah, mending kamu sarapan di sini saja nak," Ya sudah Bintang mau saja. Rezeki tak boleh ditolak.

Setibanya di rumah Hujan, Bintang langsung dituntun masuk ke ruang makan untuk makan bersama keluarga Hujan. Di sana sudah ada Hujan yang sedang melahap sesuap nasi.

"Eh Binjjktang, dhdhk Bijsn" ini Hujan berbicara dengan mulut penuh dengan makanan.

"Ih, jorok Ujaaa!! Ditelan dulu makannya itu,"kata Bunda Soya sambil mengambil satu sendok dan piring dari tempat simpanannya lalu diletakkan di atas meja makan untuk Bintang.

"Sini duduk dulu nak Bintang," Bunda Soya berbicara lagi sambil meletakkan piring dan sendok yang baru saja diambilnya.

Bintang pun duduk sesuai arahan bunda. Dia langsung teringat dengan mamanya. Sumpah, bunda Soya dengan mamanya itu mirip sekali, dari tinggi badannya, keanggunannya, sifatnya bahkan suaranya hampir mirip. Pantas saja mamanya dan bunda Soya menjadi akrab sekali.

Hujan untuk Bintang | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang