Bilik 9: Kilas Balik

819 120 18
                                    

"Kak, tak mau cerita ke bunda Hujan?" Tanya Nauva kepada kakaknya, mereka saat ini sedang berada di depan pintu ruang inap Hujan, melihat dari celah kaca di pintu tersebut seorang Hujan tertawa bersama sang bunda dan teman-temannya. Mereka akan bersiap pulang ke rumah Nau bersaudara pagi ini.

Naura menggeleng.

"Biarkan tidak ada yang tahu," Naura berucap kemudian.

Ingatannya menerawang jauh ke masa lalu, ketika dirinya masih menikmati suasana baru menikah.

Kilas balik

"Sayang ayo rencanakan kehamilan kita," air mata tak bisa dihentikan oleh perempuan itu.

"Maafkan aku, Ra. Maafkan aku," ucap lelaki di sampingnya.

"Tidak, bukan itu yang ingin aku dengar. Mari kita bertanggungjawab sampai anak ini lahir ke dunia," ucap sosok yang akan menjadi calon ibu tersebut.

"Seharusnya aku segera periksa dan-"

"Cukup Brian !!!! Please !!! Jangan bahas itu sekarang. Mari kita pikirkan kelahiran bayi ini tanpa virus itu mengikutinya," perempuan itu menunduk, bahunya bergetar hebat. Dia tak menyangka hidupnya menjadi seperti ini.

Kebahagiaan yang seharusnya dia dapatkan saat ini terengut seketika. Lelaki bernama Brian itu merengkuh tubuh perempuan yang saat ini ringkih itu. Masing-masing sedang menangis dalam diam.

"Aku sudah membaca buku-buku, Ra. Kita bisa mencegah hal itu terjadi," Brian melepas pelukannya dan berbicara kepada istrinya tersebut. Naura mengangguk, "Aku juga sudah baca beberapa literatur."

"Yang terpenting kamu tak boleh ikut terinfeksi. Kamu harus tetap sehat supaya kamu bisa membesarkan anak kita nanti," ucap Brian.

Naura mengangguk, "Semoga sayang."

Namun rencana hanya rencana, harapan hanya harapan. Manusia yang merencanakan dan membuat harapan tapi Tuhan yang akan menentukannya. Bagai diterjang ombak berkali-kali saat mendengar pernyataan dari dokter yang memeriksannya.

"Saya mohon maaf dengan berita buruk ini, namun istri Anda positif HIV," Mendengar perkataan sang dokter, Brian langsung merengkuh tubuh istrinya.

"Tapi tiga bulan lalu istri saya belum terinfeksi, Dok?" Brian bertanya kepada dokter dengan masih memeluk Naura yang menangis hebat.

"Itulah mengapa dokter menyuruh Anda untuk periksa tiga bulan sekali, virus tersebut sangat sulit ditebak," jawab sang dokter menjelaskan.

"Bila ibu baru tertular HIV pada akhir masa kehamilan, viral loadnya akan sangat tinggi waktu melahirkan anak, yang itu berarti risiko bayi terinfeksi HIV waktu lahir akan tinggi. Saya menyarankan untuk melahirkan lewat caesar."

"Ya Tuhan.," tangis Naura semakin hebat di dalam dekapan Brian.

Mengapa dirinya diberi cobaan begitu berat seperti ini.

Hujan untuk Bintang | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang