Bilik 6: Jeri

945 147 37
                                    

Memang dasarnya, Bintang itu pintar nan cerdas. Setelah dia bangkit dari masa kesedihannya, dia langsung menjadi seseorang yang dielu-elukan para guru dan jajaran staf di sekolah lagi. Seperti saat ini, dia dipilih sebagai perwakilan untuk olimpiade matematika yang sebentar lagi diadakan Nasional. Bintang menjadi sering tidak mengikuti mata pelajaran, kali ini bukan karena membolos tapi harus menjalani serangkaian latihan guna meningkatkan ketepatan menjawab nantinya.

Setiap hari Hujan jadi selalu menunggu Bintang jika ingin pulang karena Bintang sering pulang terakhir.

Hari ini, Hujan juga sedang menunggu Bintang pulang. Dia berada di kelas sendirian. Teman-temannya sudah pulang semua.

Hujan merasakan sakit di bagian perutnya, mungkin akibat traktiran pajak jadian Felix. Dia mentraktir teman satu kelasnya jajanan di kantin tapi semuanya berbumbu pedas dan memang Hujan tidak tahan yang namanya pedas akhirnya memutuskan untuk banyak minum air, alhasil sekarang dia merasakan perutnya ingin meledak karena makanan ditambah minuman yang berlebih.

Masalahnya adalah dia belum pernah pergi ke toilet di sekolah ini. Salahkan dirinya sendiri karena selalu membuntuti Bintang yang notabenenya hanya pergi ke kelas, atap, kantin dan perpustakaan. Mana dia juga lupa membawa ponselnya, tadi pagi dia buru-buru dan ponselnya masih dicharger.

Akhirnya dengan terpaksa, Hujan ke toilet. Dia berjalan menuju salah satu lorong sekolah, "Lah gelap banget lorongnya," gumam Hujan tapi dia tetap berjalan sambil memegang erat kedua tali tas punggungnya karena dia sudah dapat melihat tulisan toilet di pojok lorong itu. Dirinya memasuki toilet, dia semakin takut saja karena lampu yang ada di toilet serasa hampir redup.

"Tak ada pilihan lain," gumamnya meyakini dirinya sendiri, memilih bilik toilet yang berada di pojok karena lampu utama menyoroti toilet tersebut.

Setelah masuk, Hujan pun melakukan apa yang dia mau, setelah selesai dia membuka pintu toilet tapi tak bisa...

"Eh sumpah ini pintunya tidak bisa dibuka!!!" Hujan mendobrak-dobrak pintu toilet, namun karena tenaganya tak cukup kuat jadi hal itu tak berpengaruh apa-apa.

"TOLONG DONG YANG MENDENGAR SUARAKU BUKA PINTUNYA!!" Teriak Hujan pada siapa pun yang sedang mendengar suaranya.

Klek

Lampu toilet tiba-tiba mati.

"AAAA" Hujan berteriak dan langsung terduduk, dadanya sudah tak karuan, napasnya mulai sesak, "hah... hah... hah..."

"Hah... hah... hah"

"Ak..u ha..rus..gi..ma..na..bun..."

Bintang selesai dari keperluannya dan kembali ke kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang selesai dari keperluannya dan kembali ke kelas. Sampai di kelas Bintang kaget melihat kelas yang kosong melompong tak ada orang.

"Uja ke mana?"

Bintang memutuskan untuk menelepon Hujan.

Tut tut tut,

"Halo?" jawab suara di seberang sana. Tentu saja bukan Hujan yang menjawab telepon dari Bintang, karena ponsel Hujan memang tertinggal di kamar.

Hujan untuk Bintang | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang