ENAM

14 1 0
                                    

"Arlan ayo lah.. aku mohon.. hana meminta kita berdua untuk datang malam ini.." ucap icca. "Tidak.. aku tidak ada waktu.." ucap arlan. "Arlan setidaknya fikirkan perasaan Raditya.. bukankah dia sahabatmu.." ucap icca. "Sejak awal aku tidak pernah menyetujui dia pindah kerumah itu.. tapi saudarimu itu terus saja memaksanya.." ucap arlan. "Arlan hana ingin tinggal disana karna disana adalah rumah orang tua kami.. disana banyak kenangan masa kecil kami.." ucap icca. Arlan tidak ingin berdebat lebih lama lagi dengan icca. Arlan pergi tapi icca terus mengejarnya "arlan tunggu.." ucap icca. Arlan tidak menggubris panggilan icca. Dia terus berjalan keluar dari kamar menuruni tangga. Tapi icca tidak mau mengalah dia terus mengejar arlan. Sampai anak tangga yang terakhir icca tidak bisa menjaga  keseimbangannya. "Aaa.. arlan.." teriak icca. Arlan berbalik dan menahan tubuh icca agar tidak jatuh. "Apa kau tidak bisa berhati2.. bagaimana kalau kau terluka.." ucap arlan marah. Arlan berjalan meninggalkan icca disana. Icca menghela nafas panjang. "Clarisa kau baik2 saja.." ucap riani. "Iya kakak aku baik2 saja.." ucap icca. "Clarisa adikku itu memang pemarah, tapi percayalah sebenarnya dia sangat baik. Kau lihat saja malam ini dia pasti akan pergi denganmu.." ucap Alfin. "Tapi bagaimana mungkin kak.. dia sudah mengatakan bahwa dia tidak akan pergi.." ucap icca. "Dia akan pergi demi dirimu.." ucap alfin. "Tapi mengapa.." ucap icca. "Huh.. kau ini terlalu polos Clarisa.. riani beritahu padanya.. aku akan pergi kekantor sekarang.." ucap alfin pergi. "Kau ini benar2 bodoh atau kau pura2 tidak melihat.." ucap riani. "Apa maksudmu kak aku tidak mengerti.." ucap icca. "Clarisa aku bisa melihat kepanikan dimata arlan saat kau hampir terjatuh tadi.. itu sebabnya dia sangat marah tadi.." ucap riani.
....
....

Arlan pulang kerumah setelah pekerjaannya selesai. Arlan tidak melihat icca dimana2. "Dikamar tidak ada.. didapur juga tidak.. kemana dia sebenarnya.." ucap Arlan. Arlan melihat ayahnya duduk diruang tamu sambil meminum kopi. "Ayah apa kau tau dimana clarisa.." ucap arlan. "Mengapa kau mencarinya.. bukankah kau tidak peduli dengannya" ucap tuan dirgantara. Arlan mendengus kesal dan pergi. "Aninda apa kau melihat Clarisa.." ucap arlan pada adiknya. "Tidak kakak aku baru saja pulang.. coba kau tanyakan pada kak riani.." ucap aninda. Arlan pergi untuk menemui riani "kakak.. apa kau melihat Clarisa..? Aku mencarinya kemana2 tapi dia tidak ada dirumah.." ucap arlan. "Dia memang tidak dirumah.. dia pergi kerumah orang tuanya.. kau ingat hana memintanya kan.." ucap riani.
...
...

Dirumah hana

"Icca kau sudah sampai.." ucap hana. Icca tersenyum. "Clarisa kau kenapa.. kau berkeringat.. " ucap Raditya. "Aku tidak apa2.." ucap icca. Sebenarnya icca sangat lelah, dia berjalan dari rumah arlan sampai kesana. Tiba2 arlan datang dan menarik icca "mengapa kau pergi sendirian.. apa kau tidak bisa menunggu aku dulu.. bagaimana jika terjadi sesuatu padamu.. bagaimana jika kau terluka.." ucap arlan marah. Tapi icca tidak punya tenaga untuk meladeni arlan. Pandangan icca mulai kabur icca pingsan. "Clarisa.. clarisa.." ucap arlan panik. Arlan menggendong icca menuju kamar. Sementara raditya menelfon dokter.

"Dokter bagaimana keadaannya.." ucap arlan. "Dia baik2 saja tuan.. dia hanya kelelahan saja.." ucap dokter. Arlan duduk disamping icca. "Ayo hana biarkan arlan yang menjaga icca.." ucap Raditya. Arlan menunggu icca bangun. Arlan terus menatap wajah icca, ada rasa bersalah didalam hatinya. Perlahan icca membuka matanya dan melihat arlan disampingnya. "Kau disini.." ucap icca. "Apa kau jalan kaki dari rumah sampai kesini.." ucap arlan to the point. "Dimana hana.." ucap icca berusaha mengalihkan pembicaraan. "Jawab aku dulu Clarisa.." ucap arlan. Icca mengangguk "mengapa.. kau bisa menggunakan taksi kan.." ucap arlan. "Sejak kecil icca mu itu takut untuk naik taksi atau pun angkutan umum lainnya.." ucap hana. "Maafkan aku.. aku salah.." ucap icca. "Icca kau.. ma.. maksudku Clarisa..." ucap arlan terbata. "Kau boleh memanggilku icca.. itu memang nama panggilanku" ucap icca. "Sudah2 sekarang ayo turun dan makan.. kami mengundang kalian kesini untuk makan malam bukan untuk bertengkar.." ucap Raditya.

Setelah makan malam hana menjelaskan bahwa malam ini hana akan tidur dengan icca dan arlan dengan Raditya.
Arlan ingin kedapur untuk mengambil air. Tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan icca dan hana. "Icca apa kau bahagia dengan pernikahanmu.." ucap hana. "Mengapa kau bertanya seperti itu hana..." ucap icca. "Icca jika kau tidak merasa bahagia bersama arlan kau bisa pulang kerumah ini icca.. ini adalah rumahmu juga.." ucap hana. "Hana dengarkan aku.. pernikahan ini adalah kehendak ayahmu.. sebelum kepergiannya dia memintaku untuk menikah dan arlan adalah pria yang dipilihkan olehnya.. kau tau hana aku percaya padanya lebih dari apa pun... ya aku akui arlan memang pemarah dan juga sedikit kasar, tapi seperti apa pun sifatnya dia adalah suamiku.. meski pun dia tidak mencintaiku tapi aku menghormati dia sebagai suamiku" ucap icca. "Apa kau mencintainya.." ucap hana. Icca tersenyum "aku tidak tau apakah ini cinta atau bukan.. tapi aku selalu merasa aman saat dia bersamaku.. jantungku berdegup kencang saat dia ada didekatku.. aku tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun juga kau tau itu kan... tapi aku berjanji aku tidak akan memberikan kesempatan pada hatiku untuk mencintai orang lain.." ucap icca. "Tapi icca apa kau tidak merasa sakit hati setiap kali arlan mencaci maki dirimu bahkan dihadapan banyak orang.." ucap hana. "Bukankah sudah aku katakan hana.. dia adalah suamiku apa pun yang dia lakukan padaku dia punya hak penuh atas diriku.. perkataannya yang kasar kadang2 bisa melukai hatiku tapi kau percaya atau tidak aku tidak pernah menyimpannya terlalu lama.. rasa sakit itu akan aku singkirkan.." ucap icca.
Arlan mendengar semua pembicaraan icca dan hana. Arlan kembali kekamar. "Kau dari mana saja pak bos... apa kau mengintip para wanita.." ucap raditya. Arlan merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Perasaan itu ada didadanya. Jantungnya berdegup kencang. Arlan terus teringat percakapan icca dan hana. "Arlan kau kenapa.." ucap raditya. "Jantungku..." ucap arlan. Raditya yang semula berbaring dikasur langsung bangkit "jantungmu sakit.. aku akan menelfon dokter sekarang juga.." ucap raditya. "Tidak.. tidak... aku baik2 saja.. aku hanya merasakan sesuatu yang aneh didadaku..." ucap arlan. Raditya menghela nafas "kau membuatku panik saja..." ucap raditya.

Gadis Kupu KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang