ENAM

10 2 0
                                    

Sesampainya di rumah mertua, Sofya sekeluarga disambut dengan acara sederhana, namun khidmat. Semua rapi dan bersih.

Sofya terlalu canggung, karena hampir 2 tahun dia mengenal rumah tersebut untuk berkunjung, namun tidak dengan orang-orang di dalamnya.

Setelah se-jam, acara selesai. Semua sanak keluarga yang mengantar kini kembali pulang. Sofya berlari ingin melihat ayahnya, untuk meminta restu, namun sudah tak ada. Hati sofya mulai merasa hampa. Sebisa mungkin Sofya menahan airmatanya.

Terbiasa dengan rumah itu selama hampir 2 tahun, membuat Sofya tidak kelabakan lagi mencari kamarnya, karena memang hanya terdapat 2 kamar di rumah tersebut.

Sofya melangkahkan kaki menuju kamar. Lelah menjalari seluruh tubuhnya. Duduk berhimpitan dengan durasi yang lama dalam kondisi hamil tua bukanlah hal yang mudah.

Menarik knop pintu, Sofya mematung di depan pintu.
"Apa-apaan ini?" batinnya.
Ruangan kamar sudah dipenuhi dengan barang. Dari mulai TV, Ber bak-bak pakaian entah kotor atau bersih, kipas, dan banyak lagi menguarkan aroma bau-bauan dan debu yang cukup menyengat. Sofya menetralkan perasaannya.

"Maaf, yah. Kalian sekeluarga datangnya buru-buru. Jadi kami tidak sempat menyiapkan acara penyambutan dengan benar," terang ibu mertuanya.

Sofya hanya tersenyum.

"Alba, kamu lagian plin-plan sekali, katanya besok, kenapa bisa jadi hari ini ?"

"Aku juga tidak tahu, Mah. semua memang di luar rencana," jawab Alba.

Tanpa mendengarkan aba-aba dan memikirkan perutnya, Sofya segera mengemasi semua barang-barang dalam kamar tersebut. Mengeluarkan berbak-bak pakaian, televisi, dan barang-barang lain. Walau dibantu  beberapa orang, namun hanya sebentar setelah masing-masing satu barang mereka keluarkan.

Semua beres hingga hampir malam tiba. Sofya melenguh pelan karena kondisi pinggangnya yang terasa hampir patah dan perutnya yang mulai mengeram.

Keluar untuk sekedar berbincang santai dengan mertua dan iparnya. hingga keram perutnya sudah tidak tertahan Sofya berpamitan ke kamar. Darah mengucur deras dari pahanya. namun tak Sofya hiraukan.

Alba yang malam itupun masuk kamar iba melihat kondisi istrinya yang sudah murung dengan pinggang yang terus dipegangi.

"Kamu kecapean, ya, Sayang?"

"He-em." Sofya hanya mengangguk.
Dalam hatinya ingin marah. Kemana saja suaminya tersebut sedari tadi siang?
Namun berganti tidur nyenyak karena pijatan di punggung dan pinggangnya.



LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang