1

72 6 8
                                    

HAPPY READING

Pada pagi yang cerah dengan suara burung-burung yang saling berkicauan, seorang perempuan yang memiliki tinggi badan sekitar 169 cm itu berangkat ke sekolahnya menggunakan motor kesayangannya yang berwarna pink.

Dua minggu setelah libur akhir semester gasal, Pelangi memarkirkan motornya di tempat biasanya dan segera bergegas untuk menuju kelasnya.

Perempuan yang memiliki nama lengkap Pelangi Brilliant Airis itu menghampiri sahabatnya sejak masih embrio. Sahabat karibnya sedari kecil, namun baru satu sekolah saat SMA. Bulan namanya.
Lebih tepatnya Adhwa Bulan Adia.

Yang sudah Pelangi anggap seperti saudara. Ya, walupun ngeselin setengah mati ditambah sikapnya yang terkadang alay gak ketulungan, tapi Pelangi bersyukur bisa memiliki sahabat seperti Bulan.

“Bul, hari ini pembelajarannya masih belum efektif kan?” tanya Pelangi setelah mendudukkan dirinya disamping Bulan.

“Belum deh kayaknya. Males banget masa hari pertama abis liburan langsung pelajaran.” jawab Bulan yang masih terfokus pada benda pipih berbentuk persegi panjang digenggamannya.

“Nanti temenin gue ke perpus ya?” pinta Pelangi sembari mengeluarkan buku catatannya.

“Mau ngapain sih Pelangiku sayang. Rajin banget sih baru juga masuk udah mau ke perpus aja.” Bulan heran dengan sahabatnya satu ini yang suka sekali untuk mengunjungi perpustakaan di sekolahnya.

“Gue mau pinjem buku-buku tentang astronomi. Semester depan gue mau ikut seleksi olimpiade.” jelas Pelangi dengan santai.

“Terserah. Tapi, apa lo gak bakalan capek? Kegiatan lo lumayan banyak, Pel.” ucap Bulan.

“Cie... Khawatir ya sama gue.” Pelangi terkekeh sembari menatap Bulan.

“Anjir nyesel gue ngomong gitu. Bodo amat lah mau ke kantin aja.”

“Gitu aja ngambek. Tungguin dong Bubul.” teriak Pelangi yang tidak dihiraukan oleh Bulan yang sudah berjalan lumayan jauh didepan sana.

•••••

Sementara itu, lelaki yang memiliki rambut hitam kelam itu tersenyum miring ketika menemukan apa yang dia cari.

Rasanya sudah lama sekali tidak mengganggu kesayangannya. Lelaki itu menahan senyumnya ketika mengingat hal yang menurutnya menyenangkan. Yap, menganggu Pelangi.

“Hai, Pel-lantai gimana liburannya kemarin? Pasti lo merasa sepi ya soalnya gak ada gue.” ungkap Angkasa dengan percaya diri.

“Angka hitungan please biarin gue makan dengan tenang. Kenapa sih lo suka banget muncul dimana-mana. Sampe sepet tau gak gue liatnya.” cetus Pelangi sambil mencoba untuk menambah kadar kesabarannya untuk menghadapi makhluk menyebalkan dihadapannya.

“Yaudah sih kalo mau makan ya makan aja. Gue cuma mau duduk sambil liatin lo doang kok.” ucap cowok itu dengan santai.

Angkasa tidak tau saja bahwa Pelangi sangat ingin menyumpal mulut cowok itu dengan semangkok sambel.

Namun, alih-alih mendengarkan ocehan Angkasa yang menurutnya tidak penting, Pelangi lebih memilih untuk fokus pada baksonya.

Lain halnya dengan Bulan yang sedari tadi hanya terdiam seperti makhluk tak kasat mata karena tidak dianggap oleh kedua orang itu.

“Ka, Langit kemana kok gak ikut?” tanya Bulan pada Angkasa yang masih setia memperhatikan Pelangi.

“Gak tau. Masih di lapangan mungkin.”

ATMOSPHERE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang