10.) Seorang Imam Dan Makmum

3.9K 161 4
                                    

Ketika kita sudah menjadi seorang istri dan suami kita harus bisa menerima satu sama lainnya, karena seorang jodoh itu menjadi cerminan diri kita sendiri.

~ Humaira Syifa Nur Erlina

***

Setelah acara pernikahan nya  selesai, Humaira membasuh mukanya yang teroles make up dan langsung ia menyegarkan tubuhnya dengan air. Setelah selesai mandi ia berganti pakaian menggunakan piyama berwarna merah maroon warna kesukaannya dengan kerudung yang serasi karena tadi sore Sari mengantarkan koper nya, lalu saat ia akan keluar dari kamar mandi.

"Humaira" ia mendengar suara Bagas memanggilnya, lalu ia keluar dan membukakan pintu kamar.

Saat Humaira sudah membukakan pintu, ia melihat Bagas berdiri dan masuk ke dalam kamar ia masih terpaku di depan pintu, apa yang akan Bagas lakukan?.

"Humaira" panggilnya lalu Humaira membalikan tubuhnya

"I..yaa?" jawabnya dengan ragu

"Saya mau mandi dulu kalo kamu mau bertemu dengan Bunda jangan lupa pintunya tutup" pintanya

"Iya, mas"

Lalu Humaira melihat Bagas memasuki kamar mandi langsung ia menutup pintu kamar karena ia akan membantu Lia memasak untuk makan malam hari ini.

Sesampainya Humaira di dapur ia bertemu dengan Lia ia sedang memasak lalu ia menghampirinya.

"Bun"

"Eh Humaira ada apa nak?" tanya Lia yang menyadari bahwa menantunya sedang memanggil

"Malam ini Humaira khusus akan memasak makan malam boleh ya bun?"

"Gausah biar bunda saja"

"Gak papa Bun Humaira aja bunda sama ayah tunggu diruang makan aja"

"Yaudah terserah kamu saja nak"

"Humaira bunda mau ke depan dulu ya ingin bertemu dengan ayah dulu kamu masak apa yang kamu bisa saja ya nak" pamit Lia yang hanya dibalas anggukan dan senyum olehnya, lalu Humaira melihat Lia pergi menghampiri Narjie, langsung ia lanjut untuk memasak makanan untuk malam ini. Tidak tau mengapa malam ini beda seperti malam sebelumnya, malam ini ia merasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya dan canggung lebih tepatnya ia jauj dengan Doni dan Sari.

Setelah masakannya selesai Lia mendatangi Humaira.

"Nak gimana sudah? Kamu memasak apa?" tanya Lia

"Humaira memasak capcay, ikan goreng dan masih banyak lagi Bun" ucap Humaira menjelaskan

"Subhanallah, kelihatannya enak sekali yaudah ayo kita bawa ke meja makan disana sudah ada Ayah, Bunda mau minta tolong ke kamu tolong panggilkan suamimu ya nak" saat Lia memanggil  Bagas adalah suami Humaira disana ia sangat ragu untuk memanggilkan  Bagas untuk makan malam.

"I..iya Bun" saat itu ia langsung pergi memanggil  Bagas saat menaiki tangga ia sangat gugup untuk menghampirinya karena apa yang harus ia katakan dan bagaimana cara ia mengatakannya saking kelamaannya Humaira berpikir ia tidak menyadari bahwa ia sudah ada di depan kamar  Bagas.

Tokk.. Tokk. Tok

"Mas" panggilnya dan tak lama kemudian Bagas membukakan pintu

"Kenapa?" pertanyaan yang membuatnya semangkin gugup ditambah lagi dengan sikap dinginnya dan yang sangat membuatnya gugup rambut Bagas masih terlihat basah sengan air wudhu mungkin ia baru melaksanakan shalat isya. Air rambutnya mendarat dihidung mancung yang membuat Humaira banyak mengucapkan istighfar. Dalam hati.

"Disuruh Bunda untuk turun kebawah buat makan malam" ucapnya ragu tanpa ada jawaban apa-apa dia langsung pergi meninggalkan Humaira di depan pintu kamar. Lalu ia segera menyusul suaminya itu untuk ke meja makan.

Saat sampai dimeja makan terlihat dari wajah Bagas ada sekali banyak pertanyaan

"Kenapa nak?" ucap Lia yang sepertinya lihat ekspresi dari wajah Bagas

"Makanannya enak Bun, beda sama masakan sebelumnya" jawabnya

"Kamu tau gak yang masak siapa?" tanya Lia

"Pasti Bunda kan" tebaknya

"Salah nak yang masak istri kamu sendiri" ucap Narjie yang membuat jantung Humaira kembali berdetak lebih cepat, dan ia melihat wajah Bagas yang sangat cuek.

"Mau kemana nak?" tanya Narjie karena ia melihat Bagas berdiri dari tempat makannya

"Mau ke kamar udah kenyang" ucapnya singkat yang langsung berlari ke kamarnya

Saat itu Humaira mematung melihat punggung Bagas menjauh darinya.

"Sudah jangan dipikirkan Bagas memang suka seperti itu mungkin ia masih belum bisa mengenalmu lebih dekat lagi" jelas Narjie yang hanya dibalas anggukan dan senyum olehnya.

"Sini bun Humaira bantu" ucap Humaira saat melihat Lia akan mengambil bekas makan ke dapur untuk dibersihkan.

***

Thanks You For Reading My NovelJangan Lupa Follow And Vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks You For Reading My Novel
Jangan Lupa Follow And Vote

Thanks
Salam Kenal
Follow Instagram
@ayudee5256

Singgah Yang TepatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang