Chapter Zero: She's the One

259 17 0
                                    

"Za, ke lapangan gak?" tanya Senna.

"Males!" Anza berbaring di atas matras yang ada di ruangan ekskul seni lantai dua.

"Bentar lagi MD tampil," ujar Surya menimpali. "ada si Haura!"

Anza segera beranjak dari matras dengan cepat, "lah, hayu gua mah!"

Senna mengernyitkan dahinya. "Yeuh, maneh mah!"

Surya hanya tertawa melihat tingkah laku kedua temannya.

Haura adalah salah satu bagian dari tim inti modern dance atau MD di SMA ini bersama empat orang lainnya yaitu Mayumi, Hani, Danisha, dan Haifa. Mereka adalah penerus dari kakak-kakak kelas yang kini telah menempuh perguruan tinggi. Menjadi anak MD juga dapat berarti menjadi siswi yang populer di SMA ini. Bagaimana tidak, ekstrakurikuler MD adalah ekskul top yang tak henti-hentinya menorehkan prestasi, berbeda dengan ekskul perkusi yang diikuti Anza dan teman-temannya.

Sebenarnya, ekskul perkusi tidak kalah keren dan turut menorehkan prestasi. Namun, di SMA yang penuh dengan "gangster" ini, ekskul tersebut hanya dianggap sebagai ekskul para pecundang. Padahal, kebanyakan anak laki-laki yang menjadi anggota ekskul perkusi juga ada di dalam geng-geng tersebut. Yaaa, namanya juga anak SMA.

"Si Danisha cantik ya!" ujar Surya bersemangat. "Enggak lah, cantikkan si Hani!" sahut Senna menimpali.

"Maraneh mah, Yume lah yang paling cantik!" sahut Jule, salah satu anggota perkusi yang juga sedang melihat penampilan dari MD di lapangan basket dalam rangka acara Pentas Seni.

Namun, mereka tak sadar bahwa sejak berada di lapangan, Anza hanya terdiam melihat pujaan hatinya, Haura. Niko melihat Anza yang sedang terpana pada Haura, "Bro, itu temen maraneh kasian!"

Mereka hanya tertawa melihat Anza yang tak menghiraukan obrolan teman-temannya sama sekali.

Setelah selesai penampilan dari MD, kini saatnya penampilan spesial dari sebuah band ternama yang diundang. Anza masih berada di dunianya sendiri, tak mampu melepaskan pandangannya dari Haura yang sudah turun sejak tadi dari panggung. Anak-anak MD berjalan ke arah samping panggung, berpindah menuju ruangan ekskul seni untuk berganti pakaian.

Band yang diundang ini memulai penampilannya, Haura pun melihat ke belakang sejenak. Tiba-tiba, tatapan mata Haura dan Anza saling bertemu satu sama lain. Haura hanya tersenyum lebar, lalu ia melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan ekskul seni.

Ikatkan padaku, tali benang terpanjang ... agar 'ku bisa kau terbangkan, sejauh yang kamu mau.

Angin kencang, bawakan kesenangan ... dapat buatmu terbangkanku, sejauh yang kamu mau.

"Woy Za, jangan bengong!" seru Niko.

Apa aing tembak Haura besok, ya?

Ditto!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang