Chapter Nine: Could We?

42 6 0
                                    

Gak tau kenapa waktu rasanya cepet banget lewatnya, tiba-tiba udah mulai pendaftaran SNBP lagi. Aku masuk ke daftar lima puluh besar murid yang bisa daftar kuliah lewat jalur SNBP bareng Haura dan temen-temen aku kayak Senna, Niko, Farrel, Echa, sama Kayla.

"Za, maneh mau daftar ke mana jadinya?" tanya Senna. "Aing masih bingung euy, soalnya kalo ke ITB kayaknya gak bisa," jawabku. "tapi tetep nyoba aja deh ke SAPPK."

"Kalo aing mau ke Unpad aja, ah," bales Senna. "mau kayak kakak maneh, ke Teknik Geologi."

"Geus, Telkom wae!" sahut Surya.

Aku sama Senna ngeliat satu sama lain. "Tonjok jangan, Za?" tanya Senna. "Ayo, aing itung mundur ... satu," balesku.

Surya ketawa-ketiwi terus kabur dari kita berdua, "ampuuun!"

Drrrt!

Ada chat dari Haura.

Ada chat dari Haura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

"Duuuh, bingung ..." kata Kayla yang kebingungan nentuin pilihan jurusan dan kampusnya.

"Semua orang juga bingung Kay, gak bingung kalo udah di surga," bales Senna iseng. Kayla ngegertak Senna, "cubit, nih?!"

"Apa kita ambil IPB aja, Nja?" tanya Haura ke aku. "Jujur, aku juga masih bingung," jawabku. "abis dari BK malah tambah bingung."

"Telkom aja laaah," kata Surya nimpalin. "Lo gua gebuk, ya!" sahut Kayla kesel.

"Gak apa-apa gais, masih ada dua hari lagi buat milih," kata Echa.

"Huaaa, sedih!" sahut Kayla abis ngejar-ngejar Surya. "Kita semua nanti bakal beda kampus ya ...?"

Kita semua langsung diem, hening.

"DEG," kata Senna tiba-tiba, mecahin keheningan setelah hampir satu menit.

"Kita bertiga pasti masih bisa kumpul," kata Haura ke Echa sama Kayla. "yaaa, walaupun kayaknya sebulan sekali juga belum tentu bisa, sih."

"Sebelum masuk kuliah, kita bertiga harus sering ketemuan ya?" tanya Echa. "Iya, harus!" sahut Kayla.

"Huhuhu, aku pasti bakal kangen sama kalian," kata Senna ngejek Kayla.

"Iya Sen, Za, aku juga pasti bakal rindu banget, hiks, mana berat," bales Surya.

"Aduh, jadi pengen nangis besar sampe tiguling ..." balesku ke Surya sama Senna sambil tiduran di lantai depan ruang BK. "Ih, malah ngejek!" sahut Haura, Echa, sama Kayla.

Aku, Surya, sama Senna ketawa lepas sambil kabur dari mereka bertiga, terutama si Kayla.

"Udah dulu deh mikirin SNBP-nya," kata Echa. "lanjut nanti lagi."

"Kantin, gak?" tanya Surya ke aku sama Senna. "Hayu!" jawab Senna semangat. "Za, ikut moal?"

Haura ngeliat aku, nganggukkin kepalanya nandain kalo dia ngeiyain aku buat ikut si Surya sama si Senna ke kantin. "Duluan aja," jawabku ke Surya sama Senna.

"Ih, kenapa gak ikut?" tanya Haura. "Mau sama kamu dulu, Wawa," jawabku.

"Ah, bucin ... Cha, ayo balik ke kelas!" seru Kayla. "Hehe, aku juga mau ke Niko," bales Echa.

"Bucin semua!" Kayla akhirnya balik ke kelasnya, Echa nyamperin Niko yang lagi jalan dari kelas 11 IPA 2, kalo aku sama Haura masih duduk di depan ruang BK.

"Nja, pilihan kita ada yang sama, tapi beda juga," kata Haura. "sama-sama mau ke ITB, sama-sama bisa ke IPB, tapi di dua pilihan itu ujungnya kita beda tujuan ..."

"... Wa, semisal kita harus LDR, kamu bisa?" tanyaku. Haura naikin dagunya, "emmm, awalnya pasti susah sih," jawab Haura. "tapi aku yakin aku bisa. Kamu kenapa nanya kayak gitu?"

"Aku takut kayak Teh Wanda, padahal satu kampus tapi ujung-ujungnya jadi gak jelas hubungannya sama A' Caca ... akhirnya cuma bisa saling liat story IG doang," ujarku. "tapi, aku sendiri yakin kalo aku bisa LDR."

"Kita," bales Haura. "kita bisa."

"Kok, jadi kayak aplikasi buat donasi?" kataku. Haura nyubit tangan aku, terus aku ketawa. "Iya, kita pasti bisa, Wa."

Pasti ... bisa.

Ditto!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang