Chapter Four: The Past

68 9 0
                                    

"Ngopi, gak?" tanya Jule di parkiran. Bener juga, udah lama aing gak ngopi sama mereka. "Hayu, Le!"

"Heh, bukan ngopi, nugas!" sahut Senna yang gak tau kenapa hari ini masih main Mobile Legends. Ekspresi Jule langsung datar, "iyaaa, si pinter ..."

Kita lagi ada di parkiran yang ada di luar sekolah, tepatnya di sebelah kiri kalo jalan dari arah gerbang. Di SMA ini, siswa siswi walaupun udah punya SIM emang gak boleh parkir di dalem sekolah, soalnya di dalem cuma buat pegawai sama guru aja.

"Sen, ke rumah maneh dulu ya ngambil helm?" tanya Surya. "Iya, sekarang aja," jawab Senna.

Surya sama Senna pergi ngambil helm. "Za, gimana?" tanya Jule yang baru nutup HP-nya.

"Apa teh?" tanya aing balik, dikira bisa baca pikiran kali ya?!

"Lampu ijo, Le. Waktu itu Anza ikut sama aing ke kelasnya," jawab Niko. "ngobrol tuh, duaan."

"Gelo euy si Anza!" sahut Jule sambil ngacak-acak rambut aing.

Tiba-tiba, Farrel dateng. "Oy!"

"Rel!" sapa aing sama Niko. Farrel ngeliat Jule, ekspresinya dikesel-keselin. Jule juga sama aja.

Gak lama, Farrel tiba-tiba senyum. "Yume punya aing!"

Jaka ngegertak jail, ngepalin tinjunya. "Heh, yang chat-nya dibales tuh aing!" Farrel cuma ketawa terus lari ke dalem.

"Eh Rel, ngopi gak?" tanya Jule ke Farrel. "Sok we, aing mau ke portal!"

"... Rel," kata aing setelah mikir bentar. "Oy," bales Farrel yang berhenti jalan ke dalem. "kenapa, Za?"

"Emmm, aing mau ngedeketin sepupu maneh," kata aing agak ragu. Farrel yang udah balik lagi keluar keliatan mikir, "oh! Si Haura?" 

Aing ngangguk, "gak apa-apa, kan?"

"Bentar," Farrel ngebuka HP-nya, dia keliatan lagi ngetik sesuatu. "aing jadinya ikut ngopi."

Jule langsung ngelirik ke arah Farrel, "nah, gitu dong!"

Surya sama Senna balik ke parkiran, Senna udah pake helm yang dibawa dari rumahnya barusan. "Ayo, euy!" seru Senna. Kita semua akhirnya pergi ke kafe yang biasa dijadiin tempat nugas.

Sesampenya di sana, kita langsung mesen minuman masing-masing. Ujungnya, semuanya mesen es kopi susu, sih ....

Kita duduk di meja yang besar soalnya yang ikut lumayan banyak. Ada aing, Surya, Senna, Jule, Niko, sama Farrel. Juan juga lagi di jalan mau kesini, abis kerja kelompok katanya.

"Gimana, Za?" tanya Farrel. Aing bingung, kenapa orang-orang hobi nanya gak pake konteks, sih?

"Apanya?"

Farrel berhenti nyedot kopinya. "Haura gimana?"

Aing nurunin alis sambil naikin dagu, kayak yang lagi mikir keras. "Alay, maneh mah," kata Senna yang lagi ngerjain tugas mata pelajaran Bahasa Inggrisnya.

"Yaaa gitu, Rel," jawab aing. "kemarin ngobrol gara-gara aing suka denger lagu-lagu yang sama kayak Haura. Semalem juga manjang di chat."

"Ooo iya, papanya Haura emang suka lagu-lagu jadul gitu," bales Farrel nanggepin. "tiap aing ke rumahnya, kalo ada si om pasti selalu muterin lagu."

"Babeh-nya baik gak?" tanya Surya yang dari tadi ikut nyimak.

"Kenapa jadi maneh yang nanya, Sur?" kata aing, yang lain ketawa. "Ngebantuin maneh, aing mah!" jawab Surya.

"Baik kok Za, apalagi maneh suka lagu yang kayak gitu," jawab Farrel. "si tante yang maneh harus waspada mah."

Aing keliatan biasa aja, padahal jiwanya ketar-ketir. "Mamanya kenapa?"

"Sama baiknya tapi galak!" jawab Farrel yang nekenin kata terakhirnya. "Tapi jago banget masak, aing suka banget masakannya."

Kita lanjut ngobrol, gak cuma ngebahas Haura tapi akhirnya pembahasannya ke mana-mana. Mulai dari ngomongin Mayumi, otomotif, kuliah, terus balik lagi ke Haura. "Eh Za, maneh tau si Haura punya mantan gak?" tanya Farrel.

"Tau, dari cewek-cewek," jawab aing. "tapi gak tau siapa orangnya."

"Serius maneh gak tau?" tanya Juan yang udah dateng dari satu jam yang lalu.

"Itu Za," Niko nimpalin. "anak 11 IPS 2, Gilang. Ketua Koridor angkatan araing." Oh, Gilang yang itu ... si Andalan Kami.

Gilang tuh orang yang selalu turun kalo sekolah kita lagi ada masalah sama sekolah lain. Bukan masalah seputar akademik dan sejenisnya, tapi masalah si anak-anak komun ini. Saking seringnya menang, Gilang sampe selalu dibawa di setiap percakapan soal berantem antar-SMA ini, kayak "tenang, ada si Gilang." Makanya, aing sama temen-temen ngejulukin Gilang "Si Andalan Kami".

Niko kenal Gilang gara-gara mereka satu komun, Koridor. Gak tau asal namanya dari mana, aing gak ngerti sama penamaan komun-komun ini. Random banget soalnya.

"Pacarannya dari kapan?" tanya aing. "Dari SMP, tapi gak tau dari kelas berapa. Pokoknya mereka baru putus waktu semester dua kelas sepuluh, yang mutusin Haura." jawab Niko.

Setau aing, Koridor ini komun yang isinya orang-orang jago berantem. Aing juga jago sih, tapi di game Tekken. Saingan aing anak ketua angkatan di komun yang jago berantem? Suliiit.

"Tapi Za, maneh udah bisa ambil hati babeh si Haura," kata Surya. "maneh juga suka masak, kan?"

Senna udah selesai ngerjain tugasnya. "Iya Za, tenang. Maneh juga baru sehari deket sama Haura."

"Wan, bagi rokok satu!" kata aing ke Juan sambil ngambil sebatang rokoknya. Temen-temen aing ketawa, Jule yang ketawanya paling kenceng, "si Anza mulai stres!"

Akhirnya, kita cuma ngobrol sambil minum kopi masing-masing. Apa itu nugas?

Haaah, Haura ....

Ditto!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang