01. First Chocolate

125 57 71
                                    

Dirgantara Magenta tidak suka berbasa-basi. Maka dari itu, saat dia naksir Dira, dia langsung gencar mendekati gadis itu.

Sedangkan, Mustika Azura tidak suka menyembunyikan sesuatu. Makanya, saat Azura sadar dia suka sama sahabat kecilnya, Genta, dia bingung harus bagaimana.

Parahnya lagi, Azura tahu bahwa sekarang Genta suka dengan teman seangkatannya—Dira—yang kerap kali dijuluki sebagai bidadari fakultas seni.

*****

❝Ketika terbiasa menjadi jebakan rasa.❞

-

"Azura! Cepetan turun! Ayah kamu udah mau berangkat!" Seruan dari ruang tamu di bawah membuat Azura bergegas. Memasukkan semua permen rasa cokelat yang diam-diam ia beli kemarin ke dalam tas.

"Aduh, Azura! Itu lihat dasinya miring. Sini benerin dulu." Azura yang baru saja menginjakkan kaki di anak tangga terakhir langsung berlari kecil menghampiri sang Ibu. Usai dasi merah itu dibenarkan, Azura ditarik keluar, masuk ke dalam mobil sang Ayah yang sudah menunggu dari tadi.

Senin pagi selalu menjadi hari paling sibuk.

Azura yang baru saja menginjak kelas dua sekolah dasar itu selalu membenci hari Senin. Alasannya sudah jelas; upacara pagi.

Suasana sekolah yang mulai ramai dengan suara anak-anak yang saling bercakap, tertawa, dan bercanda memasuki pendengaran Azura. Gadis kecil itu turun dari mobil dan melambai sebentar pada Ayahnya. Gerbang sekolah berwarna putih gading dengan pagar besi merah marun menyambut langkah malas Azura.

"Azura!" Gadis kecil itu berbalik. Sedetik kemudian ia melengos. Semakin tidak bersemangat paginya saat melihat sosok anak lelaki berlari mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Azura enggan.

Anak lelaki dengan tubuh kurus kering dan kulit putih pucat dilengkapi beberapa memar di lutut, lengan, dan wajah itu menatap Azura sekilas lalu menunduk. Azura mengernyit, tetap berjalan. Anak itu mengekori Azura. Menatap Azura, lalu menunduk lagi.

"Apaan sih?!" teriak Azura kesal. Anak lelaki itu berjengit kaget. Hampir saja jatuh ke belakang jika hilang keseimbangan. Dengan cepat ia menggeleng. "Jangan ikutin aku," titah Azura.

"Kita kan satu kelas," anak lelaki yang masih menyandang gelar anak baru itu menjawab dengan suara hampir mencicit namun Azura masih bisa mendengarnya. Gadis kecil itu pun mendengus keras.

Langkah yang tadi berjalan malas-malasan kini Azura percepat. Berharap agar ia bisa sampai di dalam kelas lalu duduk di bangkunya dengan tenang sambil mengunyah permen cokelat kesukaannya.

Akan tetapi si anak lelaki enggan membuat harapan Azura terpenuhi. "Azura! Tunggu!" Tarikan di tas ranselnya membuat Azura menoleh geram. Dengan wajah memerah yang terlihat kentara, anak lelaki tersebut menyodorkan cokelat batang dengan ukuran yang kecil. Hanya dengan melihat sekilas, Azura tahu kalau cokelat itu pasti dibeli di kantin dengan harga seribu rupiah.

"Kenapa lagi?"

Anak lelaki menyerahkan cokelat. Memaksa Azura untuk menerima lebih tepatnya. "Ini tanda terima kasih untuk kemarin tolongin aku pas dipukulin kakak-kakak itu."

Azura mengerutkan dahi. Tidak ingin memperpanjang masalah, ia akhirnya mengangguk saja lalu menerima cokelat itu. "Makasih cokelatanya."

Anggukan kecil itu disertai senyuman malu-malu. "Azura mau nggak jadi temenku?"

"Apa?"

"Namaku Genta." Anak lelaki bernama Genta itu pun tersenyum lebar. Menampilkan giginya yang ompong.

"Hah?"

"Kita teman yah? Oke!"

Di kota baru yang masih asing ini, Genta tidak mengenal siapapun kecuali orang tuanya yang terpaksa pindah ke sini akibat beberapa urusan mendesak sang Papa. Baginya, Azura ialah teman pertama yang ia punya. Anak perempuan dengan rambut pendek dan tinggi yang melebihi tinggi badannya. Yang kemarin sore dengan berani memasang badan membelanya saat beberapa anak lelaki yang lebih tua meminta uang Genta. Meskipun Azura anak perempuan yang baru kelas dua sekolah dasar, Genta tidak menyangka anak perempuan itu akan menerjang dua orang laki-laki di hadapannya bermodal nekad dan batu bata yang berada di genggaman.

Gila dan berani.

Itulah kesan pertama yang Genta dapatkan dari Azura. Tidak butuh waktu lama lagi mencari alasan lain untuk menjadikan anak itu sebagai temannya.

*****

Hai!

Ini cerita pertama kami :) Jadi mohon vote, kritik dan sarannya yah! Terima kasih sudah mampir~

Girl With(out) SkirtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang