Sejak hari itu, arve tidak menemukan sosok geo disekolahnya. Dan ini sudah hari kedua, geo tidak masuk sekolah tanpa kabar. Arve sedikit risau dengan geo. Dan entah kenapa, pikiran arve selalu terfokus pada geo.
"Go, lo tau geo kemana ga?" Tanya arve pada digo setelah bel pulang sekolah berbunyi.
"Hmm ngak tau gua. Kan dia udah ilang ditelen bumi. Hehe"
"Bodo. Lo tau tempat main dia ga?"
"Tau. Biasa dia main ama geng gua. Tapi akhir akhir ini udah gapernah main bareng. Sok sibuk anaknya, pen gua jotos."
"Huh, serah lu dah"
"Tapi kok tumben lu nanyain dia? Biasa juga lu cuek cuek tai ayam"
"Lo sekali lagi ngomong, gua sumpel mulut lo!"
"Pakek ciuman, mau dong. Ehehe"
"Gila." Umpat arve sambil keluar dari kelasnya.
Ditengah perjalanan kerumah, arve sempat mampir ketoko ice cream. Dia membeli ice cream untuk satu penghuni panti karena keberhasilannya mendapat juara 3 dilomba OSN MATEMATIKA se-KABUPATEN. keberhasilannya juga membawa keuntungan bagi arve dengan meraih medali, sertifikat dan uang tunai sebesar 2 juta.
"Bu, saya pesan 60 ice cream dengan varian yang berbeda beda."
"Baik dek, tunggu disina ya." Ucap ibu pemilik toko ice cream. Dan dibalas anggukan manis dari arve. Arve tau ini akan berlangsung lama, tapi dengan sabar dia menunggu. Sembari menunggu, arve melihat lihat kesekelilingnya. Banyak kendaraan, dan orang yang berlalu lalang. Dengan mata sipit dia terpaku pada pemandangan didepannya. Geo. Kini dia tengah duduk bersama seorang wanita cantik dicafe sambil menikmati hidangannya.
"Cih.. nggak masuk dua hari buat kaya ginian rupanya" batin arve. Dia sedikit kesal. Dengan langkah hati hati, dia menghampiri geo yang sedang kencan dengan kekasihnya.
"Kamu tau ngak? Aku kangen banget sama kamu." Ucap geo dengan lembut. Kini wanita dihadapannya terlihat menganggukkan kepalanya.
"Aku juga." Jawab wanita itu sambil tersenyum tipis.
"Nggak mau kerumah sebentar?" Tawar geo. Dengan cepat wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Yaudah, mau eskrim ngak?" Tawar geo lagi. Kini wanita itu menganggukkan kepalanya. Dengan cepat geo bangkit dari duduknya dan berjalan kebelakang. Sesaat, langkahnya terhenti melihat arve menatapnya penuh tanya. Geo hanya menggelengkan kepalanya lalu menarik arve menjauh dari wanita itu.
"Lo ngapain kesini?"
"Emang gaboleh ya?"
"Boleh sih. Tapi lo ngapain tadi? Nguping ya?"
"Gua ngak nguping, emang suara lo aja yang keras. Bikin semua orang dengar omongan lu"
"Bacot. Udah sana pulang."
"Heh, harusnya gua yang nyuruh lo pulang! Pulang sekarang juga kerumah lo! Udah berhari hari lo cabut dari sekolah tanpa kabar! Inget lo udah kelas 12!"
"Iya maaf. Gua gamasuk gegara gua depresi. Pusing kepala gua, mumet. Yaudah gua nyamperin ka-," ucapan geo terpotong ketika ia ingin menyebut nama kakaknya, saat arve menatap tajam dirinya.
"Kenapa lo?"
"Pusing kepala gua, mumet." Ucap arve mengikuti perkataan geo dengan mencibirkan bibirnya. Seketika tingkah arve membuat geo tersenyum tipis.
"Kenapa lo?" Tanya arve.
"Baru bentar doang gua ngilang, udah ada yang kangen aja" ucap geo sembari tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine.
Teen FictionArventa. Gadis dingin yang sengsara. Ditinggal kedua orang tuanya sejak balita. Dan dibesarkan dipanti asuhan. Membuat dia tak pernah berhenti menangis tiap malam mengingat hal itu. "Kenapa? Kenapa? Kenapa gua begini? Seberdosa apa gua sampai merek...