28

16K 459 14
                                    

Pokoknya baca sampai bawah titik!! Nyesel kalo nggak!!

___

Sudah tiga minggu, hubungan Alesya dan Adriell semakin jauh bahkan tak pernah sejauh ini sebelumnya. Begitu juga Adriell sudah tiga minggu tak pulang kerumah. Bukan karena dia belajar menjadi anak durhaka, dia hanya tak ingin bertemu dengan Alesya di rumahnya.

Jangan kalian pikir Alesya tak merasa bersalah sedikit pun pada Adriell. Perempuan itu tak pernah absen untuk mengajak Adriell bicara dan meminta maaf namun respon Adriell tetap sama. Dia mengacuhkan Alesya sebanyak yang dia bisa.

Masalah yang Alesya hadapi pun tak hanya Adriell saja, teror tulisan-tulisan bodoh yang di kirim kan padanya masih tetap merajalela entah itu di tas, loker, lorong meja bahkan di buku pelajaran nya. Setiap minggu nya dia bisa mengumpulkan sebanyak 7-10 lembar kertas teror yang dia terima.

Jika ditanya takut, jelas ! Alesya selalu was-was akan keselamatannya di lingkungan sekolah. Dia takut melakukan kesalahan dan si pelaku melihatnya. Dan akan berdampak buruk padanya ataupun Adriell.

Penyakitnya juga semakin lama tak bisa dia kendalikan, pingsan tiba-tiba, sesak napas tiba-tiba. Tapi syukurnya Ana masih memiliki Lydia yang selalu support dia dalam keadaan apapun. Meskipun dia berharap Mamanya yang selalu ada disampingnya.

"Nih" Fifi memberikan satu botol susu coklat untuk Alesya.

"Makasih" Alesya tersenyum tipis, meskipun kadang senyuman itu lebih pada kepalsuan.

"Lo masih bertengkar sama Adriell ya Sa?"

Alesya mengangguk singkat dan menyoblos susu coklat nya mengunakan sedotan.

"Lo udah bicara sama dia?"

"Ribuan kali Fi, tapi tetep aja"

Fifi mendesah kasar "Adriell nggak pernah kayak gini sebelumnya"

"Udah lah Fi, gue nggak mau peduliin dia lagi, dia udah besar" ucap Alesya mulai kesal, namun hatinya berkata sebaliknya.

"Gue tahu"

"Eh Kak Zio" Panggil Fifi pada Zio yang tengah berjalan melewatinya.

Zio tersenyum simpul "Hai" balasnya.

"Kak Zio mau kemana?" Tanya Fifi lagi, jika sudah mengenai Zio dia tak mau ketinggalan.

"Ke kantin" sesekali Zio curi-curi pandang kearah Alesya yang lebih memilih menunduk dan mengabaikan keberadaannya. Setelah insiden perkelahiannya dengan Adriell, Zio juga menaruh jarak pada Alesya.

"Ikut dong Kak"

"Boleh"

"Yeyyy" Fifi bersorak kegirangan.

"Ayo Sa, ke kantin" Fifi berdiri dan sedikit menarik tangan Alesya.

"Eh lo aja yang kesana" tolak Alesya

"Nggak, lo juga ikut"

"Gue masih kenyang"

"Ya udah temenin gue aja"

Alesya mendesah pelan dan akhirnya menuruti kemauan Fifi. Mereka bertiga langsung menuju kantin. Kala itu entah karena apa kantin sangat ramai, terdengar suara sorak sorai dari siswa-siswi yang sudah stay di kantin.

Dahi Fifi berkerut "Ada apa sih?"

Mereka bertiga tanpa sengaja mempercepat langkahnya untuk melihat peristiwa apa yang sedang terjadi di kantin.

"Terima terima terima" Sorak para siswa-siswi yang membentuk satu lingkaran besar, mengerumuni dua anak manusia yang menjadi satu-satunya pusat perhatian disana.

"Terima terima"

Mereka bertiga menerobos masuk untuk melihat, sampai beberapa kali mendapat omelan dari para siswa-siswi yang tempatnya mereka ambil.

"Sorry" ucap Zio, akhirnya mereka bertiga berhasil mendapat tempat. Dan melihat peristiwa apa yang terjadi disana.

Jika sekarang Zio merasa sangat senang dengan pemandangan didepannya itu, namun sebaliknya bagi Alesya dan Fifi. Yang ada mereka berdua menggeram marah namun tak berani untuk protes.

Ya didepan mereka semua, hampir semua para siswa-siswi SMA Bakti. Laura perempuan nekat, cerewet dan berisik itu baru saja menembak Adriell. Dia tak punya rasa malu sedikit pun jika sudah berurusan dengan Adriell, pujaan hatinya.

Murid kelas X pindahan dari SMA Garuda itu setiap harinya tak berhenti untuk tak menganggu Adriell. Apalagi setelah tahu jika hubungan Adriell dan Alesya merenggang. Tentu saja dia tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Fais yang sejak tadi berdiri disamping Adriell, sedikit menyikut lengan Adriell mengkode jika Alesya ada di sini. Sekaligus memberi tahu Adriell agar menolak cinta Laura.

Namun yang dilakukan Adriell justru sebaliknya.

"Okay gue terima" jawab Adriell lantang, agar semua bisa mendengar termasuk Alesya.

Apa yang dirasakan Alesya saat ini?






____

Kampretttttt !!! Adriell kampret tak bunuh tau rasa kamu ya!!!!!

Kok kesel aku!

Hayo jangan sampai putus di part ini yaa. PART selanjutnya bakal nguras emosi wkwkwk

Alesya bakal kebakaran jenggot wkwkwk

Nantikan yaa .

Maap niatnya kemarin mau up lagi, tapi kuota abis huhu sedih😭

EX  |  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang