34

16.3K 429 10
                                    

"Maaf Pak, istri anda mengalami keguguran"

Deg~

Kedua matanya Daniel membulat, sampai dirasakan tubuhnya lemas hampir meluruh dilantai jika saja Adriell tidak memeganginya.

Adriell juga tak kalah kaget dengan ucapan Dokter yang baru saja menangani Lydia. Bahkan dia tak tahu jika Bundanya hamil dan mengandung adiknya.

"Apa saya tidak salah dengar Dok?" Tanya Daniel tak percaya.

"Tidak pak, ini semua di karena kan usia kandungan anak bapak masih begitu rentan. Dan seperti nya Ibu Lydia terlalu terkuras pikirannya akhir-akhir ini, dan itu berakibat pada anak yang dikandungannya"

Adriell mengetatkan rahangnya kuat-kuat. Dia merasa bodoh selama ini. Adriell sadar jika yang mengakibatkan Bunda nya seperti ini adalah dirinya dan Alesya. Jika saja hubungan mereka baik-baik saja, Bundanya tak akan terlalu memikirkan masalah mereka berdua.

"Papa, sabar Pa" Adriell mencoba menenangkan Daniel yang beberapa detik lalu menitikkan air matanya. Daniel merasa gagal menjadi seorang suami. Apalagi semalam dia sempat bertengkar dengan Lydia karena masalah Adriell yang minta pindah sekolah.

"Saya permisi" Pamit Dokter wanita yang baru saja menangani Lydia.

"Ini gara-gara kamu Driell" Daniel menoleh menatap tajam pada Adriell.

"Ini semua salah kamu!" Daniel menyentak Adriell agar melepaskannya.

"Pa.."

"Pergi ! Papa tidak mau lihat kamu sekarang!"

"Pa..?"

"Kamu pergi!!" Bentakan Daniel sukses membuat para pengunjung rumah sakit menoleh heran ke arahnya. Adriell menyadari tatapan tak enak ke arahnya. Dengan berat hati akhirnya Adriell pergi dari sana.

****

"Lo nggak tahu Adriell kemana Sa?" Tanya Fais pada Alesya.

Alesya mengangkat bahunya dan menggeleng pelan.

"Tumben dia nggak masuk kayak gini"

Seketika Alesya mengingat ucapan Lydia ditelepon kemarin, jika bahwasanya Adriell minta pindah sekolah. Kemungkinan besar Adriell tidak masuk karena sudah pindah sekolah.

"Telepon gih" saran Fifi tanpa mau menatap Fais. Fais melirik sekilas dan mengangguk singkat. Setelah kegiatan kerja kelompok beberapa hari lalu Fais dan Fifi sedikit bisa akur meskipun kadang-kadang masih seperti tom dan jerry.

Lima detik

Satu menit

Tiga menit

"Nggak bisa" ucapnya setelah berusaha menghubungi Adriell.

"Tumben banget" balas Fifi

"Gue juga heran, akhir-akhir ini dia kayak murung banget gitu, padahal udah punya pacar baru"

"Pacar baru paling cuman buat bahan pancingan aja" Sindir Fifi pada Alesya.

"Maksud lo?"

"Udah ah gue mau kekantin" potong Alesya cepat.

****

Dua hari ini Alesya memilih pulang ke rumahnya sendiri, dengan alasan ingin mandiri dan menjauhi Adriell karena lelaki itu sudah kembali ke rumahnya. Selain itu dia juga merasa tak enak pada Lydia dan Daniel.

Alesya mulai menapaki tanah didepan rumahnya, seraya menenteng tas punggungnya.
Berjalan gontai hendak membuka gerbang. Namun dari arah belakang seseorang menarik tas Alesya hingga lepas dari pemiliknya.

Alesya menoleh dan menatap tajam kearah Marwoto, orang gila yang selalu menganggu di perumahan permai.

"Kembalikan!!!" Teriak Alesya marah.

"Tidak akan!" Marwoto menjulurkan lidahnya berniat mengejek Alesya.

"Kembalikan ku mohon!" Mohon Alesya lagi.

"Tidak akan! sudah ku bilang tidak akan"

"Hei kembalikan!" Suara itu, suara yang begitu familiar di telinga Alesya. Spontan Alesya mencari dimana sumber suara tersebut. Dan akhirnya dia melihat Adriell tengah berdiri disamping motornya.

Alesya berdiri kaku dengan tubuhnya sedikit bergetar. Dia belum siap jika harus beetemu dengan Adriell setelah kejadian kemarin. Dia malu sekaligus takut.

"Kembalikan!" Bentak Adriell geram seraya melangkah mendekati Marwoto.

Marwoto tertawa terbahak-bahak meremehkan Adriell yang dia pikir sok jagoan.

"Jangan sok jagoan!" Marwoto kembali tertawa.

"Sialan!" Maki Adriell geram

"Astaga apa itu?" Telunjuk Marwoto mengarah kebelakang Adriell dan bodohnya Adriell dan Alesya mengikuti telunjuk Warwoto. Yang tak lain adalah untuk mengecoh mereka berdua.

"Sialan!" Adriell melihat Marwoto berlari kencang menjauhi nya dengan tas milik Alesya yang masih di tangannya. Tanpa sepatah katapun Adriell berlari meninggalkan Alesya untuk mengejar Marwoto.

Alesya bingung harus berbuat apa, haruskah dia ikut berlari menyusul mereka atau diam disini.

"Akhh, Marwoto kau gila!!" Geram Alesya lalu berlari menyusul mereka.


___

Jangan lupa vote dan komentar :)

Silent READERS pergi jauh-jauh saja yaa
Jangan mau enak nya aja !!!!

EX  |  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang