Rangga bangkit berdiri ketika mendengar suara ringkik kuda. Ditatapnya Rajawali Putih yang tengah mendongakkan kepalanya ke atas. Burung rajawali raksasa itu menatap Rangga dan menganggukkan kepalanya. Rangga berpaling ke arah datangnya suara langkah kaki kuda yang semakin terdengar jelas. Tak berapa lama, muncul seekor kuda hitam. Kuda itu merlngkik sambil mengangkat kaki depannya.
"Ah! Rupanya kau datang juga, Dewa Bayu," Rangga menyambut kedatangan kuda hitam itu.
Kuda itu menghampiri dan mendengus-dengus menyorongkan kepalanya pada Pendekar Rajawali Sakti.
Sepertinya begitu rindu pada pemuda berbaju rompi putih itu. Rangga memeluk kepala kuda itu dan menepuk-nepuk lehernya. Sementara Ayu Nerang masih duduk sambil memperhatikan. Kuda hitam yang tampak bagus, tinggi kekar dan berotot. Ayu Nerang bangkit berdiri dan menghampiri.
"Kudamu, Kakang?" tanya Ayu Nerang sambil mengelus-elus kuda itu.
"Ya," sahut Rangga.
Rangga menghampiri Rajawali Putih. Sementara Ayu Nerang kelihatan begitu mengagumi Dewa Bayu. Dan nampaknya kuda hitam itu juga menyenangi gadis kecil ini.
"Rajawali Putih, kau bisa kembali sekarang. Kau akan kupanggil jika kubutuhkan kembali," kata Rangga.
"Khrrr...!" Rajawali Putih mengkirik pelahan.
Sebentar burung rajawali raksasa itu menatap Dewa Bayu, dan tatapan itu dibalas oleh kuda hitam itu dengan anggukan kepala. Seolah-olah kedua hewan itu bisa saling mengerti. Kemudian Rajawali Putih mengepakkan sayapnya, lalu melambung tinggi ke angkasa.
"Khraghk!"
Sekali lesatan saja, burung rajawali raksasa berbulu keperakan itu sudah lenyap dari pandangan mata. Sesaat Rangga masih memandangi sahabatnya itu, kemudian melangkah menghampiri Dewa Bayu. Sementara Ayu Nerang masih berada di samping kuda hitam itu.
"Mau ke mana Rajawali Putih, Kakang?" tanya Ayu Nerang.
"Pulang," sahut Rangga.
"Pulang...?" Ayu Nerang mendongak ke atas. Tentu saja burung raksasa itu tidak akan terlihat lagi. Ayu Nerang kembali menatap Rangga yang tengah membetulkan pelana di punggung Dewa Bayu. Kuda hitam itu memang selalu mengenakan pelana, dan Rangga akan memanggil bila membutuhkannya. Sebenarnya Rangga bisa saja memanggil kuda itu lewat siulan sakti. Tentu saja, nadanya akan berlainan kalau tengah memanggil Rajawali Putih.
"Kau naik kuda ini, Ayu," kata Rangga.
"Aku...?" bola mata Ayu Nerang bersinar gembira.
Tanpa diminta dua kali, Ayu Nerang langsung melompat ke punggung kuda hitam itu. Tapi baru saja duduk di punggungnya, kuda hitam itu sudah meringkik keras seraya mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi. Ayu Nerang pun hampir terlempar jatuh kalau saja Rangga tidak cepat-cepat memegangi tali kekang kuda itu.
"Tidak apa-apa, Hitam. Gadis ini sahabatku," kata Rangga bisa mengerti. Dan dia memang lupa belum memperkenalkan Ayu Nerang pada Dewa Bayu.
Meskipun tadi kelihatan jinak dan tampak menyukai Ayu Nerang, tapi kuda hitam itu tidak mudah untuk ditunggangi begitu saja. Kuda itu kembali bisa tenang setelah Rangga mengatakan kalau Ayu Nerang adalah sahabatnya.
"Kenapa dia, Kakang?" tanya Ayu Nerang polos.
"Tidak apa-apa. Hanya belum kenal saja," sahut Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti itu kemudian melangkah sambil menuntun kuda hitam itu. Sedangkan Ayu Nerang duduk di punggung kuda. Mereka berjalan tanpa berkata-kata lagi. Tapi belum berapa jauh berjalan, Ayu Nerang mencekal tangan Rangga. Hal ini membuat pemuda berbaju rompi putih itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh menatap gadis kecil di punggung kuda itu.
"Kenapa arahnya ke sini, Kakang?" tanya Ayu Nerang.
"Kita ke istana, Ayu. Ayah dan ibumu sudah menunggu. Mereka ingin sekali bertemu denganmu," jawab Rangga lembut.
'Tidak! Aku tidak mau kembali ke istana!" sentak Ayu Nerang memasang wajah cemberut.
Rangga jadi terkejut mendengar penolakan gadis kecil itu. Dipandangi dalam-dalam Ayu Nerang, dan dicobanya mencari sesuatu dalam bola mata kecil bulat itu. Sedangkan yang ditatap tetap cemberut, menekuk wajahnya.
"Kenapa tidak mau kembali ke istana?" tanya Rangga ingin tahu.
"Pokoknya tidak mau!" sentak Ayu ketus.
“Tentu ada alasannya kenapa tidak mau pulang," desak Rangga.
Ayu Nerang tidak menjawab, tapi malah melompat turun dari punggung kuda hitam itu. Gerakannya sungguh indah. Meskipun ia jatuh karena belum memiliki keseimbangan tubuh yang sempurna, tapi dari gerakan melompatnya sudah dapat diketahui kalau Ayu Nerang pernah belajar ilmu olah kanuragan.
"Ayu, tunggu!" Rangga bergegas menghadang gadis itu yang sudah mengayunkan kakinya hendak pergi.
Ayu Nerang menghentikan langkahnya. Ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti itu dalam-dalam. Rangga berlutut, bertumpu pada kedua lututnya yang tertekuk menyentuh tanah. Dipegangnya lembut kedua bahu gadis itu. Ayu Nerang masih menatap tajam Pendekar Rajawali Sakti itu.
"Bicaralah padaku, Ayu...," pinta Rangga memohon.
"Kenapa Kakang selalu ingin membawaku kembali ke istana? Apakah Kakang suruhan Gusti Prabu Cakraningrat?" ketus nada suara Ayu Nerang.
"Tidak, Ayu. Ayahmu hanya meminta bantuanku saja untuk membawamu pulang. Demikian pula ibumu. Dia sangat sedih saat kau pergi bersama Paman Kumbayana," pelan suara Rangga.
"Kakang kenal Paman Patih Kumbayana?" Ayu Nerang menatap curiga pada Rangga.
"Benar. Kami cukup lama bersahabat," sahut Rangga seenaknya. Padahal dia mengetahui Patih Kumbayana hanya dari ciri-cirinya yang disebutkan Prabu Cakraningrat saja.
"Kalau Kakang Rangga berteman dengan Paman Patih Kumbayana, mengapa Kakang masih juga terus mengajakku ke istana?" jelas sekali kalau nada suara gadis itu tidak mempercayai pengakuan Rangga baru-san.
"Aku dan Patih Kumbayana memang berteman baik, dan sudah lama tidak pernah bertemu. Aku terlalu sering mengembara, jadi sulit untuk bisa bertemu Patih Kumbayana. Waktu aku ingin menjumpainya, aku terkejut mendengar Parih Kumbayana menculik putri Prabu Cakraningrat, yaitu kau, Ayu. Dan Prabu Cakraningrat memintaku untuk membawamu pulang," jelas Rangga. Padahal semua yang dikatakannya barusan hanya rekaan saja agar Ayu Nerang mau mempercayainya.
Ayu Nerang tertunduk. Raut wajahnya berubah murung Seketika. Rangga mengamati dalam-dalam, dan semakin ingin tahu. Ada suatu pikiran terlintas di benaknya, dan ini membuatnya jadi penasaran akan sikap gadis kecil ini.
"Paman sekarang sudah tidak ada. Dia telah dibunuh," pelan suara Ayu Nerang, hampir tidak terdengar.
"Ya, aku tahu," desah Rangga.
"Kakang tahu?"
"Aku menemukan mayatnya. Tapi sudah kukubur," sahut Rangga.
"Kasihan Paman Patih Kumbayana. Seharusnya aku tidak meminta padanya untuk membawaku pergi. Tapi memang hanya Paman Patih Kumbayana yang saying padaku," tetap pelan suara Ayu Nerang. Ada kesenduan pada nada suaranya.
"Ayah dan ibumu juga menyayangimu, Ayu," ujar Rangga.
"Tidak!" sentak Ayu sambil mengangkat kepalanya. Tentu saja Rangga terkejut. Tidak disangka kalau Ayu Nerang akan begitu marah setelah mendengar kata-katanya. Wajah yang semula sendu, kini berubah garang.
Rangga benar-benar tidak mengerti. Apa Sebenarnya yang tengah terjadi pada diri gadis kecil ini...?

KAMU SEDANG MEMBACA
31. Pendekar Rajawali Sakti : Kaum Pemuja Setan
ActionSerial ke 31. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.