Pemandangan di Gunung Antang sungguh indah, dihiasi kabut tipis yang menyelimuti puncaknya. Cahaya matahari pagi menyemburat dari balik gunung, membuat suasana pagi ini terasa lebih indah. Suasana itu semakin semarak oleh kicauan burung bernyanyi, menggugah seluruh isi alam. Namun semua keindahan itu tiba-tiba dirusak oleh suara-suara teriakan keras dan ledakan dahsyat yang mengguncangkan bumi.
Sepertinya suara-suara itu datang dari sebelah Barat Gunung Antang, yang berbatu dan dipenuhi jurang serta tebing-tebing terjal yang rapuh. Tampak debu mengepul, membumbung tinggi ke udara, membuat pemandangan indah gunung itu agak terganggu. Dari kepulan debu itu terlihat dua orang yang berkelebat saling sambar bagai dua ekor burung elang berebut bangkai seekor kelinci.
"Modar...!"
Tiba-tiba saja salah seorang yang mengenakan baju biru ketat menghentakkan tangan kanannya ke depan. Dan hampir bersamaan waktunya, lawannya yang mengenakan baju merah menyala juga mengibaskan tangannya ke depan. Tak pelak lagj, dua pasang tangan beradu keras. Maka, terjadilah suatu ledakan dahsyat bagai letusan gunung.
Glarr!
"Akh!" orang yang mengenakan baju biru terpekik tertahan.
Tubuhnya terpental ke belakang sejauh tiga batang tombak. Sebongkah batu cadas yang cukup besar, hancur berkeping-keping terlanda tubuhnya yang besar dan tegap berotot itu. Sedangkan orang yang mengenakan baju merah bergambar seekor naga pada punggungnya, tampak berdiri tegak sambil bertolak pinggang.
Orang yang mengenakan baju biru itu berusaha bangkit berdiri. Tapi belum juga bisa bangkit, orang yang mengenakan baju merah sudah melompat sambil berteriak keras menggelegar. "Hiyaaat..!"
Des!
Satu pukulan keras mendarat telak di dada orang berpakaian biru itu, sehingga kembali terjungkal keras ke tanah berbatu. Beberapa kali dia bergulingan. Sedangkan lawannya langsung memburu cepat Sebelah kaki kanannya mendarat tepat di dada.
Bres! "Aaa...!"
Satu jeritan panjang melengking tinggi menyertai orang berbaju biru itu terbang ke akhirat. Hanya sebentar tubuhnya mampu menggelinjang, sesaat kemudian nyawanya telah melayang dari tubuhnya. Tampak dadanya remuk terinjak. Darah mengalir keluar dari mulut yang terbuka lebar. Sedangkan orang yang berbaju merah melompat mundur. Dipandangi mayat lawannya dengan sinar mata liar.
"Ha ha ha...!"
Sambil meninggalkan suara tawa lepas menggelegar, orang berbaju merah bergambar naga pada punggungnya itu melesat cepat bagai kilat meninggalkan Lereng Gunung Antang sebelah Barat. Sungguh luar biasa! Dalam waktu sekejap saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Hanya suara tawanya saja yang masih terdengar, dan lambat laun mulai menghilang terbawa angin pagi.
Tak ada yang menyaksikan kejadian itu, kecuali seorang gadis kecil yang melihat semuanya dari balik batu sebesar kerbau. Gadis berusia sekitar sepuluh tahun itu tidak bergerak sedikit pun. Matanya lidak berkedip memandangi sosok tubuh yang tergeletak tidak bergerak-gerak lagi. Baru saja gadis itu akan keluar dari tempat persembunyiannya, mendadak orang berbaju merah itu muncul kembali. Entah dari mana datangnya, yang jelas kini sudah berada di samping mayat yang tergeletak di antara bebatuan.
"Huh! Hampir aku lupa...!" dengus orang itu. Tanpa membuang-buang waktu lagi, digeledahnya seluruh tubuh lawannya yang sudah tergeletak jadi mayat. Tapi mendadak saja wajahnya jadi berubah. Kemudian dia berdiri sambil bertolak pinggang. Sambil mendengus berat, ditendangnya mayat itu hingga menggelinding masuk ke dalam jurang berbatu yang tidak seberapa dalam.
"Setan keparat..!" umpatnya geram.
Laki-laki berbaju merah yang wajahnya cukup tampan itu, memandang ke sekeliling. Sorot matanya terlihat memancarkan kekerasan. Pandangannya kemudian terpusat pada sebongkah batu besar, di mana di situ terdapat seorang gadis cilik yang tengah bersembunyi.
"Huh! Ternyata ada monyet busuk bersembunyi di sini!" dengusnya menggeram.
Dan belum lagi laki-laki berbaju merah dan bergambar naga pada punggungnya itu bergerak, gadis kecil yang sejak tadi bersembunyi, mendadak berlari cepat. Tentu saja laki-laki berbaju merah itu jadi berang, dan langsung melompat cepat mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi.
Jleg!
Tahu-tahu orang berbaju merah itu sudah berdiri menghadang di depan gadis kecil itu.
"Ah...!" gadis itu memekik kecil.
Seketika wajahnya pucat pasi, dan seluruh tubuhnya bergetar hebat Kedua bola matanya membeliak lebar. Tapi..., mendadak saja gadis kecil itu berdiri tegak, bersikap menantang. Tidak ada lagi gemetar ketakutan di tubuhnya, tak ada lagi rona pucat membias di wajahnya yang polos. Bibirnya yang mungil, malah terkatup rapat. Matanya tidak berkedip, menatap tajam laki-laki di depannya.
"He he he.... Ingin lari ke mana kau, anak setan?" laki-laki itu tertawa terkekeh.
"Kau yang setan!" bentak gadis itu.
"He...!" laki-laki itu terhenyak mendengar bentakan yang begitu berani dari seorang gadis cilik.
Tapi hanya sebentar terpana, dan selanjutnya laki-laki itu sudah bergerak cepat hendak menerkam. Namun sungguh tidak diduga, gadis cilik yang kelihatan polos itu mampu berkelit begitu manis. Lalu secepat mungkin dia berlari menuruni lereng gunung yang berbatu. Gerak kakinya begitu lincah, seakan-akan sudah terbiasa di daerah berbatu terjal dan rapuh ini.
"Bocah setan! Keparat...!" geram laki-laki itu.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, tubuhnya melesat cepat bagai kilat mengejar, dan sekejap saja sudah kembali menghadang. Kemudian tangannya mengibas cepat hendak menyambar tubuh kecil mungil itu. Namun lagi-lagi dia terjebak. Ternyata gadis itu bisa berkelit dengan manis. Hal ini membuat orang itu menggeram gusar.
"Mampus kau! Hih...!"
Dengan kemarahan yang meluap dalam dada, orang itu melompat sambil melepaskan satu pukulan keras bertenaga dalam tinggi. Sungguh luar biasa akibatnya!
Gadis kecil itu tidak mampu lagi berkelit, dan dengan telak dadanya terhantam pukulan yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi itu. Tak dapat dihindari lagi, tubuh kecil itu terlontar jauh ke belakang.
"Aaa...!" satu jeritan melengking terdengar.
Tubuh kecil itu meluruk deras masuk ke dalam jurang yang sangat besar dan dalam. Kenyataan ini membuat laki-laki berbaju merah itu terperanjat. Semula dia tidak bermaksud sampai sejauh itu, dan hanya ingin melukai saja. Bergegas laki-laki itu memburu, namun tubuh kecil itu demikian deras meluruk ke dasar jurang yang dalam dan berbatu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
31. Pendekar Rajawali Sakti : Kaum Pemuja Setan
AksiyonSerial ke 31. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.