BAGIAN 2

910 32 0
                                    

Pertarungan antara Ki Bawung melawan pemuda berbaju merah yang tidak dikenal itu berlangsung sengit. Masing-masing mengeluarkan jurus-jurus yang cepat dan sangat berbahaya. Tidak terasa, sudah dikeluarkan lebih dari dua puluh jurus, namun belum ada seorang pun yang kelihatan terdesak. Mereka sama-sama tangguh dan berkepandaian tinggi.
Jurus demi jurus berlalu cepat Dan pertarungan terus berlangsung sengit. Semua orang yang berada di pinggir halaman rumah yang luas itu, hanya bisa menonton sambil menahan napas. Mereka semua berharap agar Ki Bawung dapat memenangkan pertarungan, dan mengusir pemuda edan itu. Di antara para penduduk yang tengah menonton, terlihat seorang pemuda berambut panjang sebatas bahu, berada di bawah pohon kemuning.
Pemuda berbaju rompi putih itu tanpa berkedip mengamati jalannya pertarungan. Sedikit pun tidak didengarkan celotehan beberapa orang yang berada di dekatnya.  Perhatian pemuda itu beralih ke arah jendela rumah yang terbuka. Di sana terlihat seorang gadis muda mengenakan baju biru langit yang tidak berkedip menyaksikan pertarungan. Wajahnya kelihatan begitu tegang. Demikian pula wanita setengah baya yang berada di sebelahnya. Wajahnya juga kelihatan tegang dan pucat.
Sementara pertarungan masih terus berlangsung sengit. Bahkan kini, dua orang yang bertarung itu sama-sama mengeluarkan jurus-jurus andalan yang maut dan berbahaya. Bukan hanya teriakan yang terdengar, tapi juga deru angin dari lontaran pukulan serta ledakan keras. Setiap kali tangan beradu, terdengar suara   ledakan dahsyat jelas, pertarungan mereka menggunakan ilmu tenaga dalam tingkat tinggi.
"Hup! Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja pemuda berbaju merah itu melesat ke atas agak ke belakang. Tubuhnya berputar dua kali, lalu cepat sekali dikibaskan tangan kanannya. Tiga buah benda berbentuk bintang berwarna merah meluncur deras ke arah Ki Bawung.
"Curang!" dengus Ki Bawung.
Cepat sekali laki-laki tua itu berjumpalitan menghindari terjangan senjata berbentuk bintang itu. Tapi pada saat sibuk menghindari serangan senjata rahasia itu, mendadak saja pemuda berbaju merah itu meluruk sambil melontarkan satu pukulan keras mengandung tenaga dalam tinggi ke arahnya.
"Hiyaaat...!"
Ki Bawung tidak sempat lagi mengelak. Dan.... Buk!
"Heghk!" Ki Bawung melenguh pendek.
Pukulan bertenaga dalam tinggi itu tepat menghantam dadanya. Seketika itu juga Ki Bawung terlontar ke belakang sejauh tiga batang tombak, namun cepat melompat berdiri. Tampak kedua kakinya bergetar, dan tubuhnya limbung. Dari sudut bibirnya mengucur darah kental.
"Ha ha ha...!" pemuda itu tertawa terbahak-bahak, sambil berdiri angkuh. Tangannya bertolak pinggang, bersikap penuh kemenangan.
"Phuih!" Ki Bawung menyemburkan ludahnya yang bercampur darah.
“Tidak ada yang bisa menandingi lblis Cakar Naga! Ha ha ha...!" ujar pemuda berbaju merah yang menyebut dirinya, lblis Cakar Naga. Suaranya begitu lantang.
Semua orang yang menyaksikan pertarungan itu menjadi terpana. Sungguh tidak disangka kalau Ki Bawung dapat ditaklukkan oleh pemuda asing berbaju merah yang mengaku bernama lblis Cakar Naga itu. Tak ada seorang pun yang berani membuka suara! Bahkan pelahan-lahan mereka bergerak mundur.
"Hayo! Siapa yang berani menantangku, maju...!" tantang lblis Cakar Naga.
Mendengar tantangan itu, para penduduk yang berada di sekeliling halaman rumah Ki Bawung, kontan berlartan meninggalkan tempat itu. Seketika hati mereka ciut menyaksikan orang yang selalu dihormati dan ditakuti dapat ditundukkan. Hanya Ki Bawung yang memiliki kepandaian tinggi di Desa Antang ini, dan itu disadari betul oleh seluruh penduduk desa ini.
"Ha ha ha...!" lblis Cakar Naga tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan melihat orang-orang disekelilingnya lari terbirit-birit. Sementara itu Ki Bawung tengah berusaha mengurangi rasa sakit pada dada dengan mengerahkan hawa murni dari pusat tubuhnya. Sedangkan lblis Cakar Naga sudah bersiap-siap hendak menyerang kembali. Tidak dipedulikan lagi keadaan lawannya yang sudah tidak berdaya, dan kini tengah menyembuhkan diri dari luka dalam di dadanya.
"Kematianmu sudah dekat, tua bangka! Hiyaaat..!" seru lblis Cakar Naga lantang.
Dengan jari-jari tangan mengembang kaku, pemuda berbaju merah itu melompat menerjang Ki Bawung kembali. Tampak jari-jari tangan pemuda itu berubah berwarna merah bagai terbakar.
"Awas, Ki...!" seru Jala Driya memperingatkan. "Hup!"
Buru-buru Ki Bawung membanting dirinya ke tanah, lalu bergulingan beberapa kali se belum melompat bangkit berdiri. Serangan lblis Cakar Naga hanya menghantam sebatang pohon beringin yang berdiri di tengah-tengah halaman.
Khraaakh...! Bruk!
Sungguh dahsyat pukulan lblis Cakar Naga. Beringin yang begitu besar kontan roboh Seketika. Dan yang lebih menakjubkan lagi, beringin itu seperti hangus terbakar! Daun-daunnya kering berguguran, dan seluruh batangnya menghitam jadi arang.
"Ghrrr...!" lblis Cakar Naga menggeram.
Sepasang bola matanya merah menatap tajam Jala Driya yang berada tidak jauh dari tangga berandadepan rumah. Sedangkan Jala Driya jadi bergetar hatinya, lalu pelahan bergerak ke samping.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras, lblis Cakar Naga mengibaskan tangan kanannya ke arah Jala Driya. Maka meluncurlah tiga buah bintang merah segi delapan ke arah tubuh Jala Driya. Laki-laki bertubuh tinggi tegap itu menjadi terpana disertai beliakan mata yang lebar. Namun belum juga senjata-senjata rahasia itu sampai pada sasaran, mendadak saja....
Tring! Tring! Tring...!
Tiga buah bintang merah itu langsung rontok jatuh ke tanah, tepat di ujung kaki Jala Driya. Bukan hanya Jala Driya yang keheranan, bahkan si lblis Cakar Naga serta Ki Bawung menjadi mendelik hampir tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Tiga senjata rahasia itu rontok pada saat hampir menembus tubuh Jala Driya.
"Setan alas...!" geram lblis Cakar Naga.
Perhatian pemuda berbaju merah dengan gambar naga pada bagian punggungnya itu langsung terpusat ke arah sebuah pohon kemuning. Di bawahnya, nampak seorang pemuda berbaju rompi putih dengan gagang pedang berbentuk kepala burung menyembul dari balik punggungnya. Ki Bawung dan Jala Driya juga menatap pemuda itu. Sepertinya mereka begitu yakin kalau pemuda itulah yang telah menggagalkan serangan si lblis Cakar Naga.

31. Pendekar Rajawali Sakti : Kaum Pemuja SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang