001 - 010 - 100

83 35 21
                                    

"Aduh masa hari pertama masuk sekolah udah telat sih jangan dong." Gerutu Fana, murid kelas sebelas salah satu SMA di Bandung.

Semoga ga telat Ya Tuhan, jangan telat tolong tolong tolong.

Itu adalah satu-satunya hal yang bisa Fana pikirkan sekarang, tetapi saat sampai di gerbang sekolah. Hasilnya nihil, matahari sudah bertengger nyaman dihamparan langit biru memperhatikan Fana yang kelelahan di depan gerbang, bagai meledek hasil jerih payah Fana yang sudah berlari mati-matian agar tidak telat.

"Lo telat?" Tanya Artha dengan suara beratnya.

"Kaget Ya Tuhan. Iya lah orang gue jelas-jelas di luar gerbang, lo niat ngeledek atau gimana nih?" Jawab Fana sinis.

"Gue juga telat sih sebenernya." Jawab Artha.

"Iya juga ya." Ucap Fana.

"Mau masuk ga?" Tanya Artha.

"Ya mau tapi kan gerbang udah di kunci." Jawab Fana.

"Lewat jalan lain. Mau ikut ga?" Saut Artha.

"Ayo deh daripada gue dihukum." Jawab Fana cepat, Artha mulai memimpin jalan dan Fana mengikutinya dibelakang.

"Dari sini masuknya." Jelas Artha.

Jendela?

Hal yang pertama kali terlintas dipikiran Fana saat melihat Artha menuntun Fana kepada sebuah jendela tertutup pada salah satu kelas. Walau jendela tersebut memang cukup besar untuk dimasuki oleh satu orang tetapi tetap membuat Fana diam terheran-heran.

"Ini jendela kelas X MIPA 4, dulu gue yang rusakin sedemikian rupa biar bisa-" Jelas Artha sembari mencongkel jendela dengan tangannya dan jendela tersebut terbuka.

"-gampang dibuka kan jadinya." Lanjut Artha dengan santai dan nada yang sedikit sombong.

Artha dengan mudah menaiki jendela dan masuk ke dalam kelas tersebut. Tetapi walaupun jendela itu di kelas lantai satu, tetap sulit jika Fana yang notabenenya perempuan dan memakai rok sekolah untuk menaiki jendela yang menurut Fana cukup tinggi.

"Wooy, wooy tolongin gue gabisa naiknya." Ucap Fana dengan sedikit berteriak agar Artha bisa mendengarnya.

"Oh lo gabisa naiknya ya." Artha dengan santai menaiki jendela itu dan kembali keluar.

"Sini gue bantu." Ucap Artha.

"Bantuin gimana?" Tanya Zaara

Artha pun berposisi seperti orang sedang sujud.

"Naik ke punggung gue." Suruh Artha.

"Eh serius gapapa? Gue berat loh." Jawab Fana.

"Cepetan." Tegas Artha.

Akhirnya Fana menaiki punggung Artha dan berhasil menaiki jendela tersebut. Lalu Artha mengikuti Fana di belakangnya.

"Eh itu di baju lo ada tapak sepatu gue." Jelas Fana.

"Ah yaudahlah gapapa santai." Jawab Artha

"Ih serius?" Tanya Fana memastikan.

"Santai asli santai." Jawab Artha.

"Sini gue bersihin dulu dikit-" Ucap Fana sembari menepuk-nepuk seragam bagian belakang milik Artha.

"-nah udah rada bersih kan." Lanjut Fana.

"Thanks." Kata Artha.

"Gue yang makasih malahan." Jawab Fana

Mereka berdua bersiap untuk berpencar ke kelasnya masing-masing.

Fananya ArthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang