Hari sudah malam kondisi Tasya yang masih belum membaik terpaksa harus dirawat intensif dirumah sakit . Riko yang selalu setia duduk disamping Tasya tak lepas dari tatapannya yang dalam melihat kondisi putrinya yang masih terlihat lemah .
Wajah Riko kusut dan masih terbalut emosi terlebih lagi ia masih berpakaian kantor dan tidak ingin pulang kerumah karena masih setia menjaga putri semata wayangnya itu . Sudah kesekian kalinya Tasya selalu menyuruhnya untuk pulang mengganti pakaiannya, namun ditolak mentah-mentah .
" Ayah.. tadi sebelum aku pingsan aku keliling sekolah " ucap Tasya dengan lembutnya membuat emosi Riko sedikit reda
" Trus aku ke kantin.. aku duduk disamping Abim beberapa centi dari dia... dan dia berdiri gak sengaja tangannya kesenggol cup es teh manis yang jatuh ditangan aku... jadii.. siapa yang salah ? " jelas Tasya yang didapati anggukkan kepala mengiyakan dari ayahnya
" Gak ada yang salah sayang.. ayah gak suka kamu keliling kelas kenapa ? Bukannya ayah udah siapin bekal buat kamu ? " ucap Riko yang menahan kesalnya
" Aku gak mau diam terus dikelas.. aku.. anak baru dan aku gak mau terus menerus disamping Tania.. belum tentu Tania selalu masuk sekolah "
Mendengar hal itu Riko seketika luluh ada benarnya niat Tasya disekolah tapi disatu sisi menurutnya ini sudah diluar kendali . Tasya tahu benar kondisinya, akan tetapi ia kadang selalu ceroboh yang selalu membuat Riko kesal pada putrinya .
" Apa yang kamu gak suka dari ayah ? Jawab jujur "
Tasya tersenyum ia tahu pasti ayahnya masih kesal padanya " Aku gak suka ayah marah sama orang-orang " ucap Tasya yang membuat Riko terkekeh kecil
" Ayah.. jangan marah ya... mereka semua orang baik aku yang terlalu ceroboh " ucap Tasya lembut membuat Riko menatap putrinya dengan senyum
" Syaa.. " ucap Riko membuat Tasya menatapnya dalam
" Coba pegang tangan ayah " ucap Riko yang menyodorkan telapak tangannya
Tasya menggeleng kepala, ia enggan mau menyentuhnya " Enggak yah.. aku takut " ucap Tasya tidak percaya
" Coba Syaa.. trust me " ucap Riko menatap dalam putrinya, membuat Tasya menahan air matanya .
" Emm... enggak yah aku takut.. " lirih Tasya yang tengah meneteskan air matanya
" Syaa.. "
Tasya menggeser telapak tangannya untuk bisa bersentuhan dengan telapak tangan ayahnya dengan hati-hati . Namun enggan karena Tasya takut akan terjadi sesuatu padanya lagi .
" Ayah.. jangan paksa aku " ucap Tasya yang kini menangis sejadi-jadinya
" Syaa.. maafin ayah ya.. "
Menyadari akan ucapan putrinya Riko menunduk dan menyesal karena membujuk putrinya untuk melakukan percobaan walau itu tidak akan mempan pada tubuh Tasya . Tasya yang mengerti niat ayahnya hanya bisa memaafkannya walau itu menyakitkan bagi Tasya .
" Ayah.. jangan pergi tinggalin aku.. "
" Kamu.. yang jangan pergi tinggalin ayah.. "
" Ayah selalu disamping aku.. " ucap Tasya yang kembali tersenyum dan memegang sebuah tali bundar buatan Riko pertanda untuk saling berpegangan tangan walau dalam 1 tali .
Sementara Abim sedang duduk melamun dibagasi terbuka milik Kiki yang sedang membetulkan motor miliknya, Abim masih mengingat jelas kejadian tadi siang dikantin yang membuat Tasya sampai pingsan .
" Udah.. jangan terlalu dipikirin . Tasya cuman beda aja fisiknya gak kayak kita " celetuk Kiki yang sembari membetulkan rantai motornya .
" Yaa.. tetep aja Ki, gue kan gak tau kalo dia gak bisa disentuh orang " gerutu Abim

KAMU SEDANG MEMBACA
TASYA [ SHE IS COLD GIRL ]
Dla nastolatkówTasya anak gadis belia yang baru saja memasuki kelas 2 di SMA Pertiwi Jakarta . ia berasal dari kota Bandung hanya saja ia selalu berpindah-pindah tempat karena ada tuntutan pekerjaan ayahnya yakni seorang manajemen di perusahaan terbesar di Jakarta...