- Bagian 1 -

190 43 22
                                    

22:07 (dari penulis yang ketika menulis ini merindukan seseorang)

Rintikan hujan malam ini hangat, entah apa yang membuat nyaman, mungkin karena liat senyum kamu tadi pagi.

Pagi ini awannya terlihat malu -malu untuk muncul, mungkin karena ngeliat kamu yang lagi manis-manisnya.

Suara alarm membangunkan Dhita. Kesal, baru saja ia bertemu dengan pria idamannya di mimpi itu. 'Benar benar menggangu' katanya dalam hati.

Dhita benar-benat tidak ada niat untuk bangun dari tempat tidur bergambar Doraemon kesukaannya, seakan-akan ada gravitasi yang menariknya kuat untuk tidak beranjak dari sana. Ia berusaha mengumpulkan nyawanya untuk benar-benar terbangun, nyatanya itu benar-benar sulit bagi seorang Dhita Verianda.

Butuh waktu yang lama buat seorang Dhita untuk benar-benar bangkit dari kasurnya. Setelah mengumpulkan setengah nyawanya, ia bergegas masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

" Non... ayo turun bibi sudah siapin sarapan nii.."
" Iyaa bi.. sebentar lagi Dhita turun"

Itu Bi Inah, bagi Dhita Bi Inah sudah dianggap seperti ibu keduanya setelah Mama Dessi, ibu kandungnya.

Dhita yang berusaha memahami kesibukan sang mama yang harus bolak balik pindah kota karena urusan bisnis pekerjaannya, bahkan jarang pulang atau pulang ketika Dhita sudah terlelap tidur dan berangkat kerja ketika Dhita bangun dari tidurnya.

Relasi Dhita dengan sang mama memang tidak begitu dekat, tetapi Dhita tidak menyalahkan itu, ia tetap mendukung apa yang mamanya kerjakan. Ia sadar bahwa itu semua dilakukan sang mama hanya untuk kebaikan dirinya.

Setelah rapi berpakaian, Dhita bergegas mengambil tas dan turun ke lantai bawah. Melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30 membuat Dhita terburu-buru menyantap sarapannya

" Non... pelan -pelan nanti keselek lhoo, bibi sudah siapin bekal sekalian jangan lupa di makan ya di sekolah"
" Iya bi.. udah ah bi.. Dhita berangkat ya takut telat niiihh. Dahh bii"

Dhita yang mulutnya masih penuh dengan makanan, dan tangan kanannya sambil memegang roti isi selai coklat, langsung buru-buru masuk ke mobil.

Untung saja Mas Bejo, supirnya sudah menyiapkan mobil sedari tadi, jadi Dhita tidak perlu menunggu dan tinggal berangkat.

penasaran bagaimana lanjutan nya?
just keep on scrolling.

ElandroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang