- Bagian 7 -

49 9 8
                                    

El. Mau apa lagi dia kali ini, satu kelas heboh kenapa bisa seorang El mencari Dhita dan datang ke kelasnya.

“ Ada apa El?”
“ Nih bu ada titipan surat buat Dhita” jawab El sambil berjalan ke meja Dhita.

“ Jangan lupa dibaca Dhit” kata El ketika sampai di meja Dhita, “ Semangat belajarnya” Elus kepala Dhita sampe membuat rambutnya berantakan.

Dhita bingung, benar- benar tidak tahu harus apa. Sekarang mata teman- teman satu kelasnya tertuju pada dirinya menanyakan ada hubungan apa sebenarnya Dhita dengan El.

“ Jadi lo sama Kak El, Dhit?”
“ Dhit kok bisa sih?”
“ Gila Dhita, jago juga lo bisa dapetin Kak El”

“ Sudahh sudah… fokus lagi ke ibu ya”

Kelas kembali kondusif setelah guru yang mengajar mereka menyuruh mereka fokus lagi ke pelajaran, tapi nyatanya itu sulit bagi Dhita apalagi setelah seorang Elandro Navindra Rafisqy datang ke kelasnya sekadar hanya untuk memberi surat, bukankah bisa jika dititipkan saja ke oranglain biar nanti orang itu yang memberinya ke Dhita? Mengapa harus El sendiri yang datang ke kelasnya dan membuat teman-temannya tahu akan kedekatan mereka?

Dhita yang ingat akan surat pemberian El buru buru dibukanya surat itu, ia penasaran. Sangat tentang apa isi surat itu?

Hey
Kaget ya?
Kakinya gapapa kan?ga lagi sakit kan?
Jalan yu.
Gue tunggu di parkiran sepulang sekolah.

- El

Yaps, sesingkat dan sejelas itu. Dhita sedikit kesal tapi banyak senangnya, sejujurnya Dhita juga tidak tahu bagaimana perasaannya terhadap El. Entah apapun itu ia senang sekarang.

KRINGG…..
Bel tanda pulang akhirnya berbunyi, Dhita merapihkan perlengkapannya ia tidak lupa tentang surat dari El. Ia berjalan menuju tempat parkiran.

Mata Dhita mencari cari orang yang berhasil membuat hatinya ambyar tak karuan. Tentu saja, Elandro.

“ Dhita…”
Ya itu suara El, Dhita kenal betul suara itu. Dhita membalikkan badan dan melihat El yang berdiri bersandar di samping motornya.

Aneh, biasanya El selalu membawa mobilnya tapi sekarang tumben bawa motor.

“ Tumben lo bawa motor”

“ Iya biar romantis"

“ Maksudnya?”

“ Nanti juga tau, yu.. gue ajak lo ke tempat favorit gue” Sambil narik tangan Dhita untuk mendekat ke motornya, juga memasangkan helm di kepala Dhita

“ Gue bisa sendiri kali”

“ Ssttt… gausah bawel, ikutin gue aja”

“Udah selesai, Yu naik”

Dhita menaiki motor Ninja merah milik El.

“ Udah siap? Pegangan ya”

“ Gamau”

“ Bener gamau?, nanti nyesel lhooo”

Belum Dhita jawab pertanyaan itu El benar- benar hampir membuat Dhita melayang, dia gas motor itu hingga motonya melaju cepat sekali.

“ Lo mau bikin gue mati?” teriak Dhita supaya El bisa mendengar suaranya

“ APAAA… GAK KEDENGERANNN….” Tetap saja El tidak mendengarnya.

“ El pelan pelan bawa motornya”

“ APAA.. KURANG KENCENG BAWA MOTORNYA?”

langsung El gas lagi motornya, tambah kenceng lagi kecepatannya hingga membuat Dhita refleks berpengangan dengan melingkarkan tangannya di tubuh El, Dhita kuat sekali berpegang pada tubuh El.

El pintar memang, sebenarnya ia mendengar Dhita menyuruhnya untuk memelankan laju motornya tetapi jika ia menuruti itu, sekarang Dhita mungkin tidak akan berpegangan kepadanya. Dasar El modus.

Motor El berhenti tepat di sebuah gedung tua berlantai tinggi.

Dhita bertanya-tanya untuk apa El membawanya ke sini apalagi sebentar lagi matahari akan kembali ke tempat peraduannya. Itu tandanya hari akan gelap.

“ Lo ngapain sih bawa gue kesini?”

“ Udah yu ikut gue masuk”

Mereka masuk ke gedung tua itu, mereka menaiki tangga yang mengarah ke lantai paling atas gedung itu, Dhita mengeluh terus-menerus harus menaiki banyaknya anak tangga agar sampai ke atas sana.

“ Cape gue” Eluh Dhita

“ Lemah lo, sini gue gendong”

“ Gakk”

“ Yehh di tawarin gamau, yaudah yu cepetan, keburu gelap” Menggandeng tangan Dhita

Sampai di lantai paling atas gedung itu, tepatnya di bagian rooftop, disana mereka bisa melihat gedung-gedung lain dan juga melihatnya kecilnya rumah rumah penduduk dan terangnya lampu-lampu lalu lintas jika dilihat dari atas sana.

“ Gue selalu suka kesini”
Suara El memecahkan lamunan Dhita kagum melihat indahnya kota dari atas gedung itu.

“ Nyaman,  jauh dari ributnya keramaian tengah kota dan bisa liat tenggelamnya matahari di langit senja kaya sekarang ini. Specialnya lagi sekarang ada lo disini, temenin gue. Jadi gue ga sendirian, pertemuan kita emang suatu kebetulan Dhit, tapi entah kenapa gue nyaman.”

“ Kok lo jadi mellow gini”

“ Dhit gue serius, mulai sekarang kita jadian ya”

“ EL… lo baru aja nembak gue?”

“ intinya kita jadian, lo mau kan?”

“ Gakk”

Yah Dhit, lo ga baru aja nolak El kan?
Penasaran ga?
Scroll terus aja yu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ElandroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang